"May, kamu gak anterin pak Reyhan kebandara?" Tanya Tasya, teman satu kantornya, yang juga sahabatnya.
Maya yang semula mengerjakan pekerjaannya, mendongak menatap Tasya bingung. "Maksudnya?" Tanyanya.
"Lho, emang kamu gak tau kalau hari ini pak Reyhan berangkat ke Jerman?" Tanya Tasya merasa tidak enak. Maya terdiam, mencerna ucapan Tasya.
Maya tersenyum tipis menatap Tasya. "Aku gak tau." Balas Maya singkat.
"May," panggil Tasya merasa tidak enak.
"Gpp. Reyhan pasti punya alasan sendiri kenapa gak ngasih tau aku." Balas Maya melanjutkan pekerjaannya. Memang raganya disini, tapi jiwanya melayang memikirkan apa alasan Reyhan tidak memberitahukannya.
Tasya menjadi tidak enak sendiri melihat respon sahabatnya itu yang sekarang diam, tidak seceria tadi. Tasya berpamitan kembali kemejanya pada Maya.
"Maya." Sebuah panggilan membuat Maya mendongak dan melihat siapa yang memanggilnya.
Maya terdiam saat mengetahui siapa yang memanggilnya. Dia, ayah Reyhan. "Iya, pak?" Balas Maya dengan nada tanya.
"Saya minta, selama Reyhan di Jerman jangan kamu hubungi dia. Saya ingin Reyhan fokus pada pendidikannya." Ucapnnya yang sudah Maya duga sebelumnya.
Maya tersenyum, "Baik." Balasnya. Setelah mengucapkan itu ayah Reyhan pergi dari hadapan Maya.
Maya terdiam dan termenum, dia bimbang. Dia tau selama ini ayah Reyhan tidak menyukainya. Tapi, apa tidak boleh Maya bahagia sebentar saja?.
"Aku bakalan nunggu kamu, Rey."
***
Beberapa bulan kemudian
Sudah beberapa bulan ini Maya hidup tanpa kehadiran Reyhan. Selama kepergian Reyhan, Maya cenderung pendiam dan tertutup.
Beberapa kali Reyhan menghubunginya, memberi hadiah kepada Maya bahkan ribuan surat selalu Reyhan kirim tetapi tak kunjung diterima oleh nya surat balasan yang diinginkannya. Maya mengabaikan semuanya bahkan setelah dia mendapatkannya dia selalu menaruhnya didalam lemarinya. Bukan, bukan dia tidak rindu Reyhan hanya saja, dia menuruti permintaan ayah Reyhan.
"Mbak Maya, ada yang telfon." Ucap Sadam office boy sambil menaruh kopi kemeja Maya. Maya yang semula melamun tersentak kaget, lalu Maya mendongak dan menatap Sadam dengan tatapan tanya.
"Siapa?" Tanya Maya tanpa suara.
"Dari pak Reyhan."
"Bilang kalau saya lagi sibuk." Ucap Maya dengan pelan dan menolak hp Sadam yang disodorkan kepadanya.
"Tapi mbak, saya gak enak ngomongnya." Ucap Sadam.
"Please!" Pinta Maya.
"Yasudah." Ucap Sadam menjawab panggilan Reyhan diponselnya. Sadam terpaksa menuruti permintaan Maya, setelah itu Sadam berpamitan kepada Maya.
Setelah Sadam keluar Maya kembali terdiam bahkan tumpukan kertas dihadapannya seperti debu dilihatnya. Perlahan-lahan air matanya turun membasahi pipinya. Maya merindukan Reyhan nya, Maya berusaha menguatkan hati selama ini selalu ditindas oleh ayah Reyhan, tapi cukup hingga hari ini saja Maya bersabar.
Segera dihapusnya air matanya sendiri dan mengeluarkan sesuatu dari laci mejanya.
Tbc
ekhem ada yang kanget kok diduanya update?😂
Harus ada dung, ininih kejutan dariku dan gabi_iinJangan lupa vote and comenbya ya gaes ehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Adicted
RomanceCoba bayangin kalau kalian punya bos yang nyebelin, suka nyuruh, tapi kalian terlanjur cinta sama dia. Gimana dong? Itulah yang dirasakan Maya selama dia bekerja bersama Reyhan, Maya tidak tahu kapan pastinya perasaan itu muncul. Dia mulai menyadar...