Part 6

116 17 7
                                    

"Lihat, dengar, dan rasakan"

Menantimu menjadi takdirku adalah sebuah kebodohan. Tapi aku suka menjadi bodoh, demi sebuah harapan bernama "kamu" -Leo

Leo's POV

Rara duduk di depan gue, dengan gaya simpel dan manisnya. Dia adalah gadis yang selama ini, diam-diam gue cintai. Gue do'akan bisa menjadi jodoh gue, dan sedikit gue do'akan putus dari Aldo yang juga adalah sahabat gue.

Gue jahat, gue pengecut. Bersembunyi di balik label "persahabatan" tapi dalam diam mengamini pertengkaran Aldo dan Rara menjadi sebuah akhir cerita mereka. Berkali-kali gue berpikir Rara dan Aldo bakalan putus dan gue punya celah buat gantiin Aldo di hidupnya Rara.

Inilah gue, dengan sisi jahat dalam diri gue.

Sejak gue tau dia pacaran sama Aldo, gue kehilangan kesempatan buat maju. Sejujurnya, gue ini satu SMP sama Rara. Kelas gue selalu di sebelahnya kelas Rara. Tapi karna Rara udah sibuk dengan karate, dan berbagai macam kegiatannya, dia gak pernah punya waktu buat kenal cowok culun kaya gue. Satu kelas sama dia juga belum tentu dia bakalan kenal dan hafal namanya, apalagi gue yang beda kelas.

Bener-bener bukan siapa-siapa. Gue cuma Leonardo Edwin, anak culun di sekolah yang gak dikenal. Bukan anak populer, bukan anak pinter, hanya cowok biasa yang sederhana.

Selalu ada cerita lain dari sebuah kejadian. Beda pencerita, beda alur. Mungkin buat Rara, kejadiannya hanya sebatas dia pingsan, dia lupa makan dan sebagainya. Tapi di posisi gue, kejadian dia pingsan itu bagian besar dari penantian gue dan kisah yang gak bisa gue ceritain ke siapapun. Bahkan Aldo sahabat gue, gak bisa dengerin ini, karna gue pasti kena amuk duluan. Dia akan cap gue sebagai musuh dalam selimut, nusuk dia dari belakang. Padahal, gue pun memendam perasaan gue dalam dalam tanpa seorangpun tau. Demi apa? Demi persahabatan gue, dan demi hubungan mereka.

Rara mengenal gue sebagai temennya Aldo. Temen dia di SMA. Padahal, gue ini temennya Rara. Gue lebih dulu kenal Rara daripada Aldo. Gue udah ngeliatin Rara latihan karate dari kelas 1 SMP.

Gue bukan orang baru di hidupnya, tapi gue yang gak enak kalo tiba-tiba Aldo tau gue suka sama Rara dan gue takut Aldo bilang gue sebagai orang yang "makan temen".

Gue berkali-kali ngawasin Rara, ngejaga dia dari jauh karna takut dia pingsan tiba-tiba atau ngedadak jadi orang yang ngehukum dirinya sendiri dengan cara-cara kayak lari di lapangan, muterin sekolahan, atau tiduran di lapangan tengah hari bolong.

Meski gue ini kenal dia dari SMP, gue ngerasa gak perlu Rara tau kisah gue di masa itu. Toh dia gak akan bisa mengiyakan keberadaan gue yang dia gak tau. Cukup dia kenal gue sebagai temen SMA, temen dari pacarnya.

Karna sebenarnya, gue udah lebih dari 10 kali bawa Rara ke UKS waktu SMA. Waktu itu sebelum mereka pacaran, dan setelah mereka pacaran, Rara gak pernah pingsan lagi karna Aldo selalu maksa dia makan sampai mereka harus berantem tiap hari.

Gue mencoba diam waktu Aldo bilang dia jadian sama Rara. Gue pikir, karna itu cuma kebetulan, hubungan mereka gak akan lama. Gue nunggu, sebulan, dua bulan, dan sampai sekarang 5 tahun mereka pacaran. Total gue nunggu Rara itu 8 tahun.

Gue mencoba mengurangi waktu gue nunggu dengan beberapa hitungan sederhana, sekedar untuk bikin gue gak ngerasa sedih dan lebay.

Gue anggap 3 tahun SMP itu cuma cinta monyet, cuma cinta yang tumbuh dan akan hilang saat gue liat cewek lain. Bukan cinta yang perlu dipikirkan sambil menangis di kamar, seperti yang selalu gue lakukan sejak dua tahun terakhir.

Psycho But You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang