Part 10

113 11 7
                                    

"Melepasmu"

(Saran ya buat para readers, coba lihat video yang aku kasih di atas. Coba resapi dulu, kalau bisa download lagunya dan dengarkan itu selagi membaca ini...)

Rara's POV

Gue membuka mata, merasa dingin. Seluruh ruangan gue liat warna putih. Di tangan gue ada selang infus, selimut biru menyelimuti. Gue lihat sekeliling, Mama dan Ayah, melihat gue dengan sedih.

"Kenapa, Ma? Yah? Aku kenapa di sini? Aku kan lagi KKN."

Gue mencari Bang Raka, tapi sepertinya dia sedang kerja.

"Kamu gak usah urusin itu, kamu istirahat dulu ya, Nak. Jangan pikirin itu dulu, ya? Jangan tanya apa-apa dulu.. kamu belom pulih betul," jawab Ayah.

Gue  saat itu memutuskan untuk gak bertanya,  meskipun gue gak ngerti kenapa ada di sini.

***

Malam yang dingin, hujan baru reda saat gue memutuskan untuk menemui Aldo. Gue udah gak sadarkan diri lama banget, tepatnya sejak terakhir kali gue inget itu adalah KKN hari ke-11. Dan gue baru sadar seminggu terakhir, tapi masih di rawat di rumah sakit.

Sudah sadar dari seminggu lalu, gue kaget kenapa gue di rumah sakit. Gue di infus, gue gak tau kenapa waktu itu, gue lupa. Badan gue lemes, kepala gue sakit, perut gue mual dan rasanya tubuh gue bener-bener gak sehat.

Hari ini mungkin udah lewat dua minggu dari tanggal selesainya KKN, dan gue udah lebih sehat, gue udah boleh pulang dari rumah sakit.

Sesampainya gue di rumah, gue langsung pergi ke rumahnya Aldo.

Malam ini pukul 8, gue pergi ke rumah Aldo dengan kursi roda, badan gue masih cukup lemas dan kaki gue belum bisa jalan dengan benar sejak kejadian pingsan ini. Gue belum di kasih tau apa-apa.

Gue duduk terdiam di atas kursi roda, terdiam melihat banyak sandal berjejer di depan rumah Aldo. Gue denger alunan suara mengaji dari dalam, gue gemetar. Gue takut Aldo kenapa-kenapa.

Gue berdiri, berpegangan tembok dan mencoba berjalan perlahan. Melangkah satu demi satu, memasuki pintu yang terbuka. Gue masuk ke dalam, terdiam saat melihat ada banyak orang di sana.

Gue menangis, menangis dengan kuat. Masih tertahan, gue menggigit bibir gue kuat, menahan suara gue. Hanya isakan kecil yang terdengar oleh telinga gue sendiri.

Badan gue mulai bergetar, tangan gue menutup wajah gue, mengusap rambut gue juga menariknya kuat-kuat. 

Apakah ini kenyataan?

Tuhan, ku mohon bangunkan aku dari mimpi ini...

Gue membuka mata gue, melihat orang-orang disana. Gue gak mimpi, ini kenyataan. Banyak orang duduk di karpet, mereka duduk berjajar dengan baju putih, duduk di dekat tembok dengan menyisakan celah untuk berjalan di belakangnya.

Mereka sudah selesai mengaji, dengan Aldo di tengah-tengahnya, di ujung tembok sana, lurus dengan berdirinya gue. Dia mengusapkan kedua tangan di wajahnya, mengamini do'a-do'a itu. Do'a yang gue gak tau apa maksudnya.

Ada banyak bunga berwarna pink, dekor cantik, juga lampu-lampu yang menghiasi tembok putih ruang tengah.

Aldo duduk tak jauh dari seorang gadis. Gadis itu...adalah Kayla. Cewek yang satu kelompok sama gue di KKN, yang bahkan gue belom sempet ngomong apa-apa sama dia waktu itu. Gue sekamar sama dia, tapi belom satu dialog pun berlangsung di antara kita berdua.

Psycho But You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang