Sebuah Penyesalan II

19 5 0
                                    

1 minggu Ali telah berada di rumah sakit dan selama 1 minggu pula Dinda atau dokter Dinda merawa Ali.

"Bagai mana keadaanmu Ali" ucap dokter Dinda "lumayan membaik sedikit" balas Ali"Alhamdulilah kalo begitu"ucap dinda."Din aku bosen di sini boleh kah aku keluar?"tanya Ali"eh-em boleh tapi hanya di halaman belakang rumah sakit saja mau"ucap Dinda "oke lah kalo begitu setidaknya aku tidak akan mati karena bosan hehehe" ucap Ali kembali"aku ambil kursi roda dulu ya"ucap Dinda dan di balas anggukan oleh Ali

Skipp halaman belakang rumah sakit

"Em din apa kamu tidak bekerja setelah seharian kamu ngejaga aku?" tanya Ali "huh!sudah kuduga cepat atau lambat kamu akan menanyakan itu" ucap Dinda"maksud mu apa aku tidak tau!"tanya Ali kembali"huh sebenarnya aku adalah dokter pribadi kamu yang di pilih oleh orang tua kamu sebelum meninggal. Sebelum kamu mengetahui penyakit mu aku dan keluarga kamu sudah mengetahui terlebih dahulu,mereka memintaku untuk melindungi kamu dan setelah selesai kuliah jurusan dokter sepesial jantung. Tidak ada penyembuh penyakit yang kamu idap karena itu sangat langka huh mau tidak mau kamu harus minum obat supaya kamu bisa bertahan cukup lama." ucap Dinda panjang lebar membuat Ali terkejut bukan main karena ternyata keluarganya dan mantan kekasihnya telah mengetahui penyakitnya sebelum seseorang yang memilikinya

"kenapa kamu tidak memberi tau aku Dinda" tanya Ali kembali"maaf karenaitu amanah yang di beri orang tua mu sebelum kita pisah"ucap Dinda menyesal "yaudah sudah itu terlanjur kita tidak boleh memikirkan hal hal yang sudah kita lalui" ucap Ali lagi sebelum hening menyelimuti mereka berdua. Mata mereka tertuju pada san mentari yang sebentar lagi di telan oleh gelapnya malam dan di gantikan oleh sinar rembulan dan bintang.

Hari selanjutnya pada siang hari

Mereka Dinda dan Ali mengunjungi halaman belakang rumah sakit dengan Ali yang di atas kursi roda dan Dinda yang mendorong kursi rodanya. Setelah sampai"kamu mau minum?"tanya Dinda kepada Ali yang di balas anggukan,entahlah semenjak pagi Ali tidak banyak bicara. Sementara Dinda bingung dengan kelakuan Ali yang berstatus mantan kekasihnya

Kenapa dia banyak diam batin Dinda

Sementara di lain fikiran

Mungkin ini saatnya aku pergi meninggalkan kehidupan di sini dan bertemu dengan keluargaku di atas sana batin Ali

"Ini di minum sini aku bantu" ucap Dinda di balas anggukan lagi oleh Ali. Selepas minum "Dinda huh mingkin ini saatnya aku mengucapkannya sebelum aku pegri jauh dan kembali ke keluargaku" ucap Ali membuat si pemilik nama terkejut "kumohon jangan pergi aku tiada yang menemani di sini tiada keluarga" ucap Dinda dengan mata berkaca-kaca karena mengetahui apa yang di maksud oleh Ali "maaf tapi ini sudah menjadi garis hidup ku dengan mu. Maaf jika aku pernah menyaktimu" ucap Ali sementara Dinda telah menangis "Ada surat untukmu di kamarku laci meja belajar sekali lagi terima kasih" ucap Ali sebelum menutup mata, menghembuskan nafas terakhirnya dan bibirnya tercetak sebuah senyum. Dinda semakin menangis terisak-isak karena satu-satunya orang yang ia sayang telah tiada untuk selamanya
___________________________________ ______

Upacara pemakaman seseorang telah selesai satu persatu teman sahabat dan kerabatnya meninggalkan makam seseorang yang baru saja terkubur dan di sana masih ada seorang gadis yang menangis sendu menatap makam seseorang yang sangat di cintainya dia masih mengelus nisan yang tercetak nama Muhammad Ali Pratama bin Galih Pratama. Ya gadis itu Adinda Giseila atau Dinda.

Cerpen KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang