Part 01. Kematian Ruby

354 34 21
                                    

"Maybe, you only know my name, not my life." — Jerico Nolan Sagara.

Jeno menutup pintu lokernya sambil menghela napas pelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jeno menutup pintu lokernya sambil menghela napas pelan. Dia berjalan pergi menuju ruang musik dengan cepat. Cowok itu menyadari bahwa koridor fakultasnya hari ini masih sangat ramai. Kematian Ruby lah yang membuat Fakultas Seni dan Desain banyak dikerubungi orang untuk memberikan penghormatan terakhir pada cewek itu.

Kematian Ruby yang mendadak membuat kampus seakan berkabung. Bunga lambang kematian itu makin memenuhi loker milik Ruby. Ada juga yang membawa boneka Light Fury hingga makanan ringan yang kalau Jeno boleh berkomentar tidak akan bisa Ruby makan karena sudah berbeda alam. Namun, Jeno tidak berhak protes. Dia ikut berbelasungkawa atas meninggalnya Ruby.

Tabrak lari yang tragis membuat orang amat mengasihani nasib Ruby. Cewek yang menjadi idola kampus itu pergi untuk selamanya. Tak akan ada lagi sosok cantik nan enerjik bernama Ruby.

Jujur, Jeno tidak amat mengenal siapa itu Ruby. Dia hanya tahu jika Ruby adalah salah satu cewek populer yang memiliki ribuan fans di kampusnya. Followers Instagramnya juga membeludak, berbeda dengan Jeno yang hanya memiliki tiga followers. Pertama milik Jean, kakak laki-lakinya yang sudah bekerja, yang kedua fake akunnya yang iseng dia buat untuk stalk Instagram crushnya saat SMA, dan yang terakhir akun olshop mamanya yang sudah jarang digunakan lagi karena mamanya sibuk mengurus restoran ayam.

Sejak SMP, Jeno mulai asing dengan yang namanya persahabatan. Teman-temannya perlahan menjauh saat tahu Jeno berbeda. Tatapan Jeno yang sangat mengintimidasi pun membuatnya kerap kali dicap sebagai cowok yang menakutkan. Kebiasaan Jeno yang sering berbicara sendiri pun menjadi salah satu penyebab cowok itu disebut sebagai orang aneh. Jeno awalnya ingin klarifikasi, tapi dia berakhir diabaikan sehingga sekarang ke mana-mana nyaman sendirian.

Jeno juga tidak bisa menyalahkan siapapun. Dia merasa sedang kena azab dari Tuhan akibat kemampuan anehnya.

Oleh sebab itu, wajar kehidupan kampusnya berjalan dengan biasa saja. Dia tidak berniat membuat pertemanan dengan siapapun karena sama seperti dulu, orang-orang masih melihatnya dengan tatapan aneh. Alhasil, dia mulai menyukai kesendiriannya tanpa berinteraksi dengan siapa-siapa.

Jeno mendecak lirih, dia mempercepat langkahnya. Pikirannya tiba-tiba bercabang. Hari ini pun kelas ditiadakan hingga membuatnya bingung harus melakukan apa.

Ruby, ya?

Jeno tahu ini terdengar tidak masuk akal. Tapi Jeno berani bersumpah kalau dia bisa melihat kematian Ruby dua hari sebelum cewek itu meninggal. Tentu saja bukan melihat secara langsung melainkan lewat penglihatan istimewanya.

Siang itu, Jeno niatnya ingin pulang lebih awal setelah menyelesaikan satu mata kuliah. Tidak ada alasan lain untuknya tetap berada di kampus. Kegiatan kampus juga tidak punya sehingga pulang adalah ide yang satu-satunya terlintas di benak Jeno. Namun, baru beberapa meter melangkah, dia ingat sesuatu yang amat penting.

STAY | YJWhere stories live. Discover now