Part 03. Dream Launch

235 32 14
                                    

Kuliah pagi itu sebuah penderitaan bagi Kamden

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kuliah pagi itu sebuah penderitaan bagi Kamden. Dia merasa kembali menjadi anak SMA saja. Jam tujuh yang biasanya masih dia gunakan untuk tidur, pagi ini harus berangkat kuliah setelah mencomot pisang dan meminum susu buatan mamanya. Bahkan, Pak Giri-supir keluarganya harus mengantarkan mamanya yang buru-buru ada meeting hingga dia harus berakhir naik bus dan sibuk berdesak-desakan.

Kamden komat-kamit, menunggu bus dengan tak sabaran. Memang itu bukan first time Kamden naik bus mengingat betapa sultannya dia hidup, tapi tetap saja dia sedikit keberatan.

Kamden memilih berdiri. Membiarkan beberapa anak SMA atau ibu-ibu duduk. Dia berpegangan pada tsurikawa sambil menscroll hape mendendengarkan musik. Beberapa anak SMA terdengar memuji visualnya. Ada beberapa yang sengaja memotret Kamden, membuatnya sedikit risih dan akhirnya menunduk. Kamden memang tampan. Wajah menawannya cukup membuat para abege ambyar.

Kamden sengaja memasang wajah judes. Dia malas meladeni orang. Jujur, dia tidak suka dengan hal-hal seperti itu.

"Geser dong!"

Hingga suara seorang cewek membuatnya mendongak, melihat siapa cewek rusuh yang tiba-tiba mendorongnya paksa hanya agar dia bisa berpegangan tsurikawa yang sejajar dengan dirinya. Kamden mengeryit, sedikit melirik cewek itu. Tampilannya membuat Kamden nyengir. Cantik, tapi dandanannya membuat Kamden puyeng dadakan. Cewek itu memakai hoodie pink dan celana jeans. Memakai tas besar bersamaan dengan kamera DSLR yang digantungkan di lehernya. Belum puas dengan outfit serabutannya, cewek itu memakai kacamata trendi yang entah itu kacamata minus atau cuma buat gaya-gayaan.

"Lo mahasiswa juga?"

Kamden tidak menjawab. Merasa bukan dia yang cewek itu ajak bicara.

"Heh, lo mahasiswa juga??"

Kamden tersentak. Cewek itu tiba-tiba memukul pundaknya, nengajaknya ngobrol layaknya pernah kenal sebelumnya. Kamden tahu cewek itu pun baru kali ini. Dia tidak merasa pernah bertemu sebelumnya.

"Gue?"

"Iyalah. Siapa lagi?"

Kamden memilih mengangguk saja. Cewek itu hanya ber-oh sambil mengangguk paham.

"Universitas Hansang juga?"

"Iya."

"Wow, di Hansang emang nggak ada yang buluk ya, cowok-cowoknya," batin cewek itu.

Setelah itu, tidak ada obrolan. Saat beberapa orang mulai turun satu per satu di halte, cewek itu pindah dan duduk di kursi. Sibuk dengan kamera DSLRnya. Kamden sendiri sudah mengabaikan cewek itu sejak tadi.

Seina. Nama cewek itu Seina atau biasa dipangil Sei. Anak jurusan Ilmu Komunikasi yang suka sekali dengan fotografi. Kamera adalah item favoritnya setelah hape harga lima belas jutanya. Cewek itu selalu memotret apapun yang dia rasa ingin dipotretnya. Seperti halnya pagi ini. Dia melihat cowok tampan di bus. Setelah mendapat kursi untuk duduk, dia diam-diam memotret cowok itu tanpa sepengetahuannya.

STAY | YJWhere stories live. Discover now