Part 05. Kesempatan

237 33 22
                                    

Gemuruh tepuk tangan mengiringi selesainya lagu Time of Our Life.

Begitu turun panggung, Jeno niatnya ingin terus mengabaikan kasak-kusuk yang mulai membicarakannya. Telinganya agak risih sehingga berencana pergi dengan segera. Mario dan Steven juga tidak sibuk ngartis. Mereka berlagak biasa dan berjalan di belakang Jeno setelah ngobrol sebentar dengan pembawa acara. Jeno tidak begitu peduli dengan apa yang mereka bicarakan. Ruby kembali mengikuti Jeno ke manapun nantinya langkah cowok itu akan berakhir. Namun, baru saja Jeno keluar dari kerumunan, baik Jeno maupun Ruby dikejutkan oleh kedatangan Kamden dan Sei.

Meski belum pernah bertemu sebelumnya, Jeno tahu jika itu Kamden. Seharian bersama Ruby yang fokus mengamati Kamden membuat Jeno yang agak minus matanya pun tahu wajah cowok itu. Jeno agak risih ketika Kamden datang bersama Sei di mana cewek itu secara terang-terangan menunjukkan ketidaknyamanannya berada di dekat Jeno. Sebaliknya, Kamden justru memandang Jeno dengan raut serius.

Apa gerangan, nih? Jeno mau dilabrak, kah?

Tapi belum sempat Jeno berpikiran aneh-aneh, Kamden mengawali obrolan mereka.

"Bisa bicara bentar nggak?"

Jeno menunjuk dirinya sendiri menggunakan telunjuknya. "Gue?"

"Iya."

"Di sini?"

"Agak nepi kalau bisa. Terus pengennya sih berdua aja."

Sei tersentak. "Jadi, gue nggak boleh ikutan nih?"

Tanpa sedikitpun menoleh pada Sei, Kamden menjawab. "Bukan urusan lo, jadi lo dilarang ikut campur. Mending lo pergi urusin berita yang mau lo tulis."

Sei berniat melayangkan protes, tapi Kamden terlihat serius dengan ucapannya. Ruby sejak tadi mengamati Kamden dan Sei secara bergantian. Jujur, Ruby berkali-kali tersenyum karena Kamden dan Sei terlihat sangat cocok. Meski baru bertemu, tapi Ruby merasa Sei menaruh rasa suka pada Kamden. Ruby agak pongah, dia mengakui adiknya itu memang tampan. Meski agak dingin, Kamden cowok yang hangat setelah kenal. Gengsinya yang setinggi Himalaya itu bisa roboh jika bertemu dengan orang receh.

Namun, ucapan Kamden tentang ingin bicara berdua saja dengan Jeno pun tidaklah main-main semata. Mau tidak mau, kecewa tidak kecewa, Sei membiarkan Jeno—beserta Ruby pastinya—dan Kamden bicara empat mata. Sei memilih melipir untuk mewawancarai Steven dan Mario. Dua cowok itu merasa terhormat diwawancarai Sei.

Sebelum Sei melenggang pergi, cewek itu sempat berbisik pada Kamden.

"Sampai ketemu lagi ya, Kamden!"

Ruby tersenyum puas saat melihat wajah Kamden yang memias. Dari gelagatnya, Kamden tidak nyaman dengan sikap Sei. Meski begitu, Kamden terlalu baik untuk mengusir Sei. Diam-diam Ruby berdoa agar Sei terus menerus mengganggu Kamden agar cowok itu tidak ndekem mulu.

"Mau ngomong apa?" tanya Jeno tepat setelah Sei pergi meninggalkan mereka.

Kamden menatap Jeno. "Lo teman kakak gue yang namanya Jeno?"

Jeno mengangguk lantas menjawab. "Kenapa tiba-tiba nanya?"

"Soalnya gue heran aja. Setahu gue sahabat dekat Ce Ruby tuh cuma Bang Haris sama Teh Oci. Tapi nyokap beberapa hari yang lalu bilang katanya lo datang ke rumah buat ngambil file lagu."

STAY | YJWhere stories live. Discover now