Part 02. Dosa Ruby

211 32 17
                                    

Kalau di dunia ini ada hal yang paling menyebalkan, jawabannya adalah melihat setan. Tapi setan yang Jeno lihat kali ini adalah setan jenis baru yang takut kemaksiatannya terbongkar oleh kedua orang tuanya.

Jeno benar-benar tidak paham, tapi Ruby masih mencoba membujuknya. Jeno jelas menolak keras. Selain ogah berurusan dengan setan, Jeno tidak ingin mengurusi dosa orang lain. Baginya mati ya sudah mati saja tidak perlu memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi. Sempat Jeno bacakan ayat kursi, tapi Ruby malah cengengesan sambil membenarkan tajwidnya lalu menceletuk enteng,

"Sebenarnya gue mualaf. Jadi, gue udah bisa baca Al-Qur'an dan paham tajwid."

Jeno mendecak. Dia beralih menyetel musik. Dia sengaja mengeraskan volume musik hapenya sampai-sampai kedua telinganya berdenging saking kerasnya. Dia sengaja. Karena dengan itu, dia bisa berpura-pura tidak mendengar ocehan Ruby yang seperti berdakwah dengan mengangkat tema tolong menolong itu.

Melihat Jeno kerap kali kesal, mamanya sempat bertanya apa ada yang mengikutinya lagi. Jeno justru menggeleng dan segera melenggang memasuki kamar mandi seteleh menuding Ruby.

"Sampai lo berani ngikutin gue masuk, gue tempelin jimat paling sakti milik gue biar lo lenyap karena kebakar."

Ruby mencebik kalem. Cewek itu menunggu di depan kamar mandi. Anehnya, mama Jeno tidak takut sama sekali. Wanita itu terlihat terbiasa dengan keanehan anaknya. Ruby tersentak saat mama Jeno melihat ke arahnya lalu berbicara.

"Tante nggak bisa lihat kamu, tapi karena sejak kecil udah biasa lihat Jeno begitu, Tente santai saja. Dilihat dari cara Jeno memeringatkan kayaknya kamu cewek ya."

Ruby manggut-manggut antusias. Mama Jeno jelas tidak melihatnya. Namun, wanita itu mesem dan lanjut mencuci beras. Sambil menunggu Jeno, Ruby mendekat ke arah mama Jeno. Tanpa mengajukan pertanyaan, wanita itu justru berujar memberitahu.

"Dia selalu dianggap aneh. Orang-orang selalu menyayangkan kegantengannya, tapi Tante nggak bisa melakukan apapun karena sekalipun sudah diobati, dia nggak bisa lepas dari keistimewaan itu. Kamu mungkin baru kenal dia setelah jadi hantu, tapi Tante mau bilang kalau Jeno tidak selalu membantu hantu yang menemuinya. Jadi, kalau nantinya Jeno nggak mau bantuin kamu, kamu jangan teror dia, ya. Biarkan dia hidup dengan nyaman. Sudah cukup baginya hidup melelahkan karena melihat kalian."

Ruby tersentak. Kalimat mama Jeno membuatnya diam tak berkutik. Nadanya terdengar lembut dan penuh pengharapan menandakan wanita itu amat tahu apa yang telah dialami putranya.

Setelahnya, Ruby terdiam. Cewek itu duduk di atas kasur Jeno, menunggu Jeno selesai mandi sambil mengamati kamar cowok itu.

"Baru sehari gue sama lo, tapi gue bisa menyimpulkan kalau lo orang yang ngebosenin," kata Ruby setelah melihat Jeno masuk kamar dan mengusap rambutnya dengan handuk.

Jeno masih enggan menjawabnya. Cowok itu sibuk berganti baju tanpa peduli ada Ruby di sana. Ruby sempat mendecak saat melihat Jeno seakan sengaja menunjukkan tubuh bagian atasnya.

"Ck, gue cewek ya njir. Beradab dikit dong."

"Sengaja sih biat minggat."

"Mana ada. Gue malah pengen ngokop tubuh lo."

"Fuck!"

Ruby terkekeh. Dia merasa unggul satu kosong dengan Jeno.

"Jeno?"

"..."

"Nama lengkap elo Jenodi, ya?"

"Bukan."

Sedetik kemudian Jeno menyesal telah menjawab pertanyaan itu. Dia menepuk mulutnya pelan, lalu lanjut berlagak tidak peduli. Ruby yang melihat itu tertawa kencang meledeki Jeno.

STAY | YJWhere stories live. Discover now