Ini adalah purnama kedua bagiku sejak menikahi Ares sang Dewa Perang. Melakukan perjalanan lintas waktu, dan terbangun dalam tubuh seorang putri cantik adalah hal yang dulu kupikir hanya dapat terjadi di film atau novel.
Aku adalah Jill Adelaide, aktris Hollywood yang sedang berada pada puncak popularitas. Film-filmku laris manis dan langganan box office. Namaku baru saja masuk nominasi oscar dan bisa dibilang saat ini adalah puncak karirku.
Berakting, adalah sesuatu yang kutekuni sejak belia. Aku profesional, hidupku yang ambisius disibukkan dengan casting berulang kali dan latihan teater rutin. Mana mungkin aku punya waktu untuk pacaran, aku mengenal cinta hanya dari film-film yang kutonton dan film romantis yang aku perankan.
Walaupun Portia sangat cantik, fisikku yang asli juga bisa dibilang tidak kalah mengesankan. Portia memiliki rambut panjang lurus berwarna pirang keemasan. Sementara aku memiliki rambut cokelat gelap berombak yang tidak kalah indah. Garis wajah kami berdua bisa dibilang mirip, dipikir-pikir aku memang memiliki darah Yunani yang menurun dari nenek pihak ibuku.
Portia diberikan gelar putri tercantik di Yunani oleh banyak orang di sekitarnya. Namun aku sendiri termasuk dalam daftar 10 wanita tercantik di dunia versi majalah Vogue. Artinya secara fisik aku juga lumayan kan?
Seperti yang tadi kubilang, aku ini wanita mandiri dan bisa dibilang sedikit feminis. Aku tidak pernah berpacaran karena kupikir itu melelahkan dan penuh drama. Hidupku sebagai aktris kan sudah penuh drama. Aku tidak butuh pria. Aku bahagia dan sudah merasa cukup dengan pekerjaanku.
Hidup di masa Yunani Kuno sebagai seorang putri yang senantiasa dilayani dan dilindungi membuatku jadi punya banyak waktu untuk berpikir. Aku memiliki terlalu banyak waktu luang dan mayoritas hidupku di sini berkutat hanya seputar Ares!
Aku sendiri cukup kesulitan untuk menerka karakter Ares.
Dia pria yang luar biasa tampan dengan postur tubuh sempurna tentu saja. Kalau boleh jujur, secara fisik Ares adalah tipe laki-laki kesukaanku. Hanya saja sifatnya yang egois dan pemaksa seringkali membuatku lelah.
Ares romantis dan perhatian padaku. Dia kerap melindungiku dan menjagaku. Semua kebutuhanku dia penuhi dan para penjaga serta pelayan di Istananya selalu berusaha melayani dan membuatku betah.
Namun aku tidak leluasa bergerak dan Ares membatasiku. Dia tidak mengizinkanku keluar dari Istananya tanpa dirinya dan para pelayannya selalu mengawasiku. Ares adalah pria posesif dan belakangan dia menunjukkan gelagat cemburu kepada Apollo karena aku menunjukkan reaksi emosinal ketika menerima hadiah darinya.
Apakah Ares mencintaiku? Kemungkinan besar tidak.
Aku kerap mengunjungi planetarium dan menara pengamatan bintang yang terletak di sisi utara Istana Ares. Tentu saja Alastair selalu bersamaku untuk menjagaku—lebih tepatnya mengawasiku.
Di sana aku bertemu Hadreda—seorang centaur alias manusia setengah kuda. Dia adalah makhluk cantik yang memiliki bulu dan rambut keperakan. Hadreda adalah pemanah unggul, dan centaur itu sudah bertarung di sisi Ares selama ribuan tahun. Hadreda hanya lebih muda seratus tahun dari Ares.
"Ares hanya pernah mencintai Aphrodite," begitulah yang dikatakan centaur wanita itu padaku ketika suatu hari aku iseng menanyakannya.
Saat itu perasaan cintaku mulai tumbuh pada Ares. Secara logika saja, wanita normal mana yang tidak akan goyah hatinya dirayu dan diperlakukan romantis terus menerus oleh laki-laki setampan Ares?
"Ares melakukan semua perhatian itu pada puluhan kekasihnya terdahulu. Sama seperti yang dia lakukan padamu saat ini. Tapi dari pengakuannya, yang benar-benar pernah dia cintai hanya Dewi Aphrodite," perasaanku berubah mendung ketika mendengar cerita Hadreda.
Aku tahu, aku hanya manusia biasa yang punya keterbatasan umur. Sementara Ares adalah seorang Dewa yang hidup abadi. Aku harus berkali-kali menegaskan pada diriku sendiri, kalau aku hanya seorang wanita biasa yang pernah singgah di kehidupan abadinya.
"Apakah pernah ada kekasihnya yang memutuskan hubungan dengan Ares secara sepihak? Apa yang Ares lakukan padanya?" Aku menatap mata Hadreda menanti jawaban.
"Ada beberapa, Ares tidak terlalu peduli dan membiarkannya saja. Kenapa kamu menanyakan ini? Apa kamu ingin meninggalkan Ares?" Hadreda bertanya.
"Iya, mungkin saja. Aku sedang mempertimbangkannya," jawabku sambil merenung.
"Putri Sparta! Apa maksud Anda? Anda ingin meninggalkan Ares yang selama ini menjaga dan menyayangimu? Apa yang kurang dari Ares?" Alastair melakukan protes keras. Yah, sejenak aku lupa kalau Alastair selalu di dekatku. Dia tentu mendengar pembicaraan kami walaupun demigod itu seringnya tidak menanggapi apa-apa.
"Aku tidak mau menyia-nyiakan masa mudaku selamanya di Istana Ares. Aku senang tinggal di sini tapi aku ingin melakukan sesuatu untuk diriku sendiri Alastair." Demigod muda itu tampak tetap tidak setuju.
"Kamu sudah berada di Istana Ares, kenapa tidak menggunakan kesempatan ini untuk mengembangkan dirimu? Bagaimana dengan seni pedang atau memanah? Ares memiliki segala fasilitas terbaik bagi prajurit dan ksatria untuk menjadi yang tertangguh. Ketika kamu menjadi Janda Ares; tidak akan ada lagi yang melindungimu. Kemungkinan kamu akan lama tinggal di Olympus. Ini adalah tempat yang sangat berbahaya bagi manusia sepertimu," Hadreda memberikan nasihat kepadaku.
"Mungkin aku bisa meminta Ares untuk mengantarku keluar Olympus ketika kami berpisah," kataku menanggapi.
"Itu tidak mungkin, kau harus mendapat izin langsung dari Zeus untuk itu. Aku tahu Ares pernah membawamu ke Thebes, tapi itu karena kamu selalu bersama Ares dan tidak berlangsung lama. Hanya ada dua cara untuk meninggalkan Olympus. Pertama kau harus mendapat restu dewa Zeus dan kedua; kau harus bisa melewati perbatasan dengan kekuatanmu sendiri," Hadreda menjelaskan lagi.
"Apa maksudnya? Apakah Olympus memang sangat berbahaya bagi manusia?" Selama aku tinggal di sini aku tidak pernah melihat monster.
"Percayalah, monster-monster itu berkeliaran di Olympus dan diperintahkan untuk memburu manusia, mereka bisa mencium baumu dan melacakmu dengan mudah," Hadreda mengatakannya dengan ekspresi menakut-nakuti.
"Aku mengerti, jadi aku harus jadi lebih kuat agar bisa melawan monster-monster itu jika ingin meninggalkan Olympus?"
"Tepat sekali"
"Itu hal yang mustahil Putri Sparta, bahkan aku sendiri pun tidak yakin bisa mengalahkan para monster itu. Mereka tidak hanya satu atau dua ekor." Alastair berusaha merubah pikiranku. Apakah ini memang takdirku untuk selamanya tinggal di Istana Ares sampai dewa itu bosan dan mencampakkanku?
"Walaupun mustahil, aku tidak mau menyerah tanpa berusaha. Alastair kau harus melatihku cara bertarung," pintaku.
"Anda harus mendapatkan izin Ares untuk itu," kata Alastair padaku.
***
"Jill, akhirnya kamu mau bicara padaku." Ares tampak sumringah ketika aku mengunjungi kamarnya. Memang beberapa hari ini, sejak kami tiba dari Thebes aku menjaga jarak dengannya. Aku masih kesal karena dia mencurigaiku tentang Apollo.
"Tunggu, aku hanya ingin meminta izin padamu." Dewa tampan itu mencoba memeluk dan menciumku. Yah, seperti biasa, tangannya bergerak sangat cepat.
"Apa aku boleh melakukannya?" Ares bertanya. Dia melihatku seperti hewan yang sedang kehausan. Untuk apa dia basa-basi bertanya? Aku istrinya dan dia seorang Dewa Perang yang tidak pernah menerima penolakan.
Aku hanya mengangguk pelan, aku tahu wajahku sangat merah saat ini. Aku ternyata tidak bisa lama-lama marah pada dirinya. Satu hal yang pasti, aku harus membulatkan tekadku dan meninggalkannya sebelum perasaan cinta tidak berbalas ini berubah semakin dalam dan meracuniku.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Bride Of Olympus
FantasyJiwa seorang aktris di era modern, terjebak di dalam tubuh Putri Sparta dan dinikahkan dengan Ares, Dewa Perang Yunani yang terkenal kejam. * * * Jill Adelaide adalah aktris populer dengan kehidupan sempurna. Dikarenakan sebuah ritual misterius yang...