Setelah sampai di perkampungan, Doni mulai memeriksa semua siswa satu persatu.
"Aditya!" ada kak.
"Intan !" ada kak.
"Dodit !" Ada kak.
"Nimas!" Ada kak.
"Yogas!" Ada kak.
"Irma!" Ada ka.
"Robi!" Ada kak.
"Dimas!" Ada kak.
"Yoda!" Ada kak.
"Suci!" Ada kak.
"Alina!" Ada kak.
"Danang!" Ada kak.
Elina! " Namun tidak ada sautan. "Elina!" pangil Doni kembali dengan keras, belum juga ada sahutan, lantas mulai sejak itu Doni merasa panik, "di mana Elin, apa ada yang bersamanya?" tanya Doni kepada semua siswa, namun tidak ada yang mengetahuinya.
"Tidak kak!" kata semua siswa.
"Alin di mana Elin!" tanya Doni tegas.
"Ti, ti, ti, tidak, aku tidak tahu kak," jawab Alin, Doni bisa tahu Alin menyembunyikan sesuatu, dari cara bicaranya memang sudah terlihat, sementara semua mulai panik, bubar dari barisan mencari tahu di mana keberadaan Elin.
"Alin aku tahu, kamu menyembunyikan sesuatu?" Tanya Doni ketika Alin hendak masuk ke rumah warga.
"Ti, ti, tidak kak,"
"Bohong! terakhir Elin bersama kamu." Alin terdiam, ia tidak dapat berkata-kata lagi, Doni pun pergi meninggalkannya.
"Aku sudah meninggal kan Elin di tengah hutan, mungkin sesuatu sudah terjadi padanya," kata Alin membuat Doni kaget, langkah kedua kakinya terhenti, ia berbalik ke arah Alin berada.
"Apa!" Doni berjalan mendekati Alin.
"Apa maksudnya!" bentak Doni.
" dari cara kamu memperhatikan Elin, aku cemburu, di belakang aku kalian ada hubungan, aku sayang kakak, aku cinta kakak, aku tidak mau kakak berhubungan dengan Alin."
"Hubungan?" Tukas Doni, "aku sama Elin, ngaco kamu, aku sudah punya istri."
"Punya istri?" Tanya Alin seakan dia tidak percaya, tidak mungin sudah menikah karena Doni masih usia pelajar dan memang masih sekolah.
"Tidak mungkin!" Seru Alin sedikit tertawa, ia mengangap itu lelucon.
"kamu salah, dulu waktu kecil orang tua aku kecelakaan, mereka meningal, aku sebatang kara, ada keluarga yang kasihan dengan aku, aku di angkat jadi anak mereka. Hinga aku besar, saat pertama masuk SMA, keluarga yang mengangkat aku juga punya anak perempuan se usia aku, agar sesuatu yang tidak di inginkan terjadi, ayah angkat aku menikahkan aku dengan anak mereka, itu sebabnya selama ini aku selalu menutup hati dari cewek manapun yang mencoba mendekati aku."
"Lalu? Bagaimana hubungan kaka dengan Elin." Tanya Alin.
"kamu salah besar! kamu gegabah, kamu egois, aku memberikan perhatian lebih kepada Elin karena dia tidak semandiri kamu, aku angap kamu dan Elin sudah seperti adik kandung aku sendiri." Doni merasa terpukul seperti kehilangan salah satu anggota keluarganya.
"Tidak, tidak, tidaaaaaak!" teriak Alin histeris, ia berlari hendak memasuki hutan, warga yang berjaga melarangnya, Doni juga berusaha masuk hutan untuk menyelamatkan Elin, tetapi usaha mereka gagal, mereka tidak di izinkan masuk.
"aku mohon pak, izinkan aku menolong adik aku," Alin terus meronta, memohon agar di izinkan memasuki hutan.
"Tidak dek tidak boleh." Ujar warga.
"tolong pak, tolong izinkan aku masuk," kata Alin kembali, ia memohon dan menangis histeris hinga ia jatuh pingsan lalu di bawa masuk kerumah warga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alina & Elina
FantasyBalada sederhana tentang kesalahpahaman dan ke egoisan, hinga berujung dengan kematian.