Kim Taehyung, wajah tampan dan segala tentangnya terus berputar-putar mengelilingi kepala Ahrin bak sebuah gulungan badai. Kendati telah berbagai cara si gadis lakukan untuk menghilangkan sejenak wajah dengan kelopak mata ganda yang terus menghantui pelupuk matanya setiap malam, namun semua terasa sia-sia saja. Ternyata, jatuh cinta lebih mengerikan dari sekedar tagihan listrik yang membengkak di akhir bulan.
Layaknya terkena demam di musim panas, jantung berdebar tak terkendali disertai rasa hangat yang menjalar di seluruh permukaan wajah hingga perlahan berubah menjadi sewarna tomat segar yang berjajar di dalam lemari es. Ahh, apakah jatuh cinta memang selalu terasa begitu memberatkan semacam ini?
Ahrin baru mengalaminya sekarang. Namun sial sekali, mengapa pria itu harus seorang Kim Taehyung? Tak adakah orang yang lebih baik darinya? Sejujurnya, cinta memang tidak dapat memilih dimana ia akan berlabuh, tatapi hati bisa. Hati bisa menentukan kemana ia akan tertuju, dan Ahrin berusaha memegang erat perinsip tersebut.
Pikirannya mendadak berkelana pada musim panas tahun lalu, pada perkataan Jungkook di pesisir pantai seraya menyedot es jeruk hasil memeras uang bulanannya waktu itu.
"Aku dengar kau ditolak oleh anak kedokteran semester tiga. Siapa namanya? Jung Ara?" Tertawa geli, Ahrin memegang perutnya sendiri. "Semua orang tahu, si playboy angkatan alias Jeon Jungkook tertolak oleh gadis anak konglomerat dengan cara paling tidak menyenangkan."
"Lalu, apa salah jika aku menyukainya? Dia cantik, seksi. Kurasa, wajar-wajar saja aku menaruh hati padanya," ujarnya sinis. "Lagipula, mencintai seseorang dalam diam itu menyebalkan. Kau tidak akan mengalami kemajuan.
"Alih-alih mengalami peningkatan, kau malah terkena pukulan dengan telak dan akhirnya mundur secara sukarela."
Menghela napas panjang, Jungkook menatap jauh ke atas awan. "Setidaknya, aku bisa melanjutkan hidupku. Tidak lagi bertanya-tanya tentang perasaannya padaku. Jadi aku tahu jawaban gadis itu, tidak hanya menunggu dalam ketidak pastian seperti orang bodoh."
Sungguh saat itu, jawaban serta ekspresi sedih Jungkook justru terkesan konyol, hingga menjadi salah satu alasan mengapa Ahrin tertawa sampai hendak berguling-guling di atas pasir putih. "Kau bodoh. Kau mempermalukan dirimu sendiri."
Namun jika jawaban Jungkook dicerna saat ini, saat Ahrin merasa jatuh hati terhadap seseorang dan merasakan perasaan yang dirasakan Jungkook waktu itu, jawaban yang menurutnya konyol dulu terasa sedikit masuk akal. Sejauh inikah cinta mengubah otak logisnya? Ya Tuhan, mengapa cinta sungguh menyebalkan?
Menyukai, ah tidak, tidak. Perasaan ini lebih dalam dari sekedar menyukai. Lebih tepatnya mencintai sang Casanova seperti Taehyung bukan kisah impian yang telah ia tata dalam kisah cinta roman picisan dan menjadi dambaan setiap anak gadis, terutama yang baru mengenal kata cinta seperti Song Ahrin.
Taehyung itu mimpi buruk.
Impiannya adalah menjadi seorang gadis beruntung yang mendapatkan pria baik, dewasa dan kalau bisa, memiliki pekerjaan bergaji besar. Tidak perlu kaya, setidaknya ia memiliki pekerjaan tetap dan mau bekerja keras. Ayolah, Ahrin hanya seorang gadis biasa yang berpikir menggunakan logika. Ia bukan tipe gadis yang terlalu mengagungkan cinta. Semua orang juga tahu, jika rasa cinta tidak bisa dijadikan hidangan di atas meja makan sebagai pemuas rasa lapar. Jaman sekarang, semua perlu uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Under The Shadow✔
Fanfic[COMPLETED] ˡᵘˡᵘˢ ᵏᵘˡᶤᵃʰ ᵗᵉᵖᵃᵗ ʷᵃᵏᵗᵘ, ᵐᵉᶰᶜᵃʳᶤ ᵖᵉᵏᵉʳʲᵃᵃᶰ ᵗᵉᵗᵃᵖ, ᵐᵉᶰᶤᵏᵃʰ, ᵈᵃᶰ ʰᶤᵈᵘᵖ ᵇᵃʰᵃᵍᶤᵃ. Namun nyatanya, hidup tidak sesederhana apa yang Ahrin tata dalam list sejak awal. Apalagi ketika ia terjerat dalam pesona sang cassanova kampus, hamil diluar...