Chapter 9 || Sentuhan Sang Casanova

5.1K 545 108
                                    

NUANSA ramai tidak bisa lepas dari kafe menengah yang berada tepat di sebrang jalan di depan kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NUANSA ramai tidak bisa lepas dari kafe menengah yang berada tepat di sebrang jalan di depan kampus. Kafe yang menyajikan beragam menu lezat dengan harga cukup untuk kantong para mahasiswa dan jangan lupakan wifi gratis yang disediakan secara cuma-cuma di sana. Setiap sudut nyaris terisi penuh, mulai dari pasangan berkencan sampai dengan mahasiswa yang hanya menikmati waktu luang mengerjakan tugas.

Ahrin menyesap kopinya perlahan-lahan, tak peduli jika kopi tersebut mulai mendingin karena dibiarkan terlalu lama. Hanya karena tidak memiliki uang untuk membeli paket intenet untuk mengerjakan tugas, gadis itu akhirnya memutuskan menumpang berselancar gratis dengan alibi membeli secangkir kopi yang tak habis selama hampir dua jam ia terduduk di sana.

Para pelayan kafe beberapa kali mendatangi mejanya sekedar bertanya hendak kembali memesan atau tidak, mereka menatap Ahrin risih sebab tak kunjung pergi dan membuat sebagian pengunjung yang datang tidak mendapat tempat. Namun si gadis tetap tidak peduli. Menulikan telinga. Membutakan pandangan. Berpura-pura bodoh dan tetap terfokus pada layar laptop.

"Woah, Jeon. Lihat gadis cantik ini sendirian." Jimin tiba-tiba datang, menaruh tas di atas kursi kosong, kemudian duduk tepat di hadapan Ahrin bersama senyum yang menenggelamkan kedua mata kecilnya. "Hai, Ahrin. Aku tahu namamu sekarang. Bukankah itu suatu kemajuan?"

Tak berselang lama, Jungkook datang mengekor di belakang Jimin, membawa tas super besar dengan pakaian serba hitam, wajah tertutup topi juga masker menyisakan dua bola mata bulat bersinar. Pria bertubuh tegap itu duduk pada kursi kosong di sebelah Ahrin tanpa berniat menjawab perkataan konyol Jimin. Mengisi meja kosong yang sejak dua jam lalu dikuasai Ahrin tanpa ada seorangpun yang berani mendudukinya.

Menatap Jimin pada sela-sela kesibukannya sejenak, Ahrin tersenyum dan menjawab, "itu luar biasa. Aku pikir pemuda popular sepertimu tidak akan sudi mengingat nama ataupun wajahku."

"Terkadang meski kepalaku terkesan lamban mencerna beberapa pelajaran, tetapi otakku bisa menyimpan wajah serta nama gadis cantik tanpa dikehendaki."

"Aku merasa tersanjung," ujar si gadis dengan wajah datar, tak lantas tersipu ketika dipuji. Apalagi dipuji oleh spesies buaya jantan yang terdesak ingin berkembang biak layaknya Park Jimin.

"Kau mengerjakan tugas dari Mrs.Jung?" Jungkook mengintip sedikit pada layar laptop sebelum melambaikan tangan memanggil pelayan.

"Hmm," jawab Ahrin singkat.

Membuka buku menu sesaat setelah pelayan sampai di depan meja, Jungkook memilah-milah kemudian beralih menatap Jimin sejenak. "Kau ingin pesan apa?"

"Apa saja, asal dapat dimakan."

Lantas Jungkook menolehkan pandangan menuju Ahrin. "Kau ingin pesan apa?" Yang sontak dibalas oleh gelengan cepat gadis di sana yang masih menunduk, terfokus pada layar di hadapannya. Jungkook menghela napas pendek, menyenggol bahu Ahrin sekedar meminta atensi dari gadis tersebut. "Cepat katakan, tidak usah sungkan, biar Jimin yang membayar makananmu."

Under The Shadow✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang