BAGIAN 2

625 21 0
                                    

Rangga berdiri tegak sambil memandangi bangunan istana yang tampak angker itu. Sementara, hujan semakin lebat menyirami seluruh lembah ini. Entah, sudah berapa lama Pendekar Rajawali Sakti berdiri mematung di depan istana tua di depannya ini. Secercah kilat bersinar terang, sehingga tampak membelah angkasa, disertai ledakan guntur yang menggelegar, menyentakkan Pendekar Rajawali Sakti.
"Kali ini kau menang, Dewi Anjungan," desis Rangga. "Hhhh..., maafkan aku, Cempaka. Aku pasti akan datang kembali untuk membebaskanmu."
Beberapa saat Pendekar Rajawali Sakti masih memandangi bangunan istana tua yang tampak angker itu, kemudian memutar tubuhnya. Rangga kini melangkah perlahan-lahan meninggalkan istana tua di Lembah Neraka ini. Sementara, hujan masih terus turun begitu lebat mengguyur bumi. Rangga terus melangkah, tidak mempedulikan keadaan dirinya yang masih kuyup terguyur hujan.
"Kakang...!"
Rangga agak tersentak kaget ketika tiba-tiba saja mendengar sebuah suara memanggilnya. Pendekar Rajawali Sakti langsung berhenti melangkah. Wajahnya berpaling ke kanan, ke arah suara yang didengarnya tadi. Kelopak matanya jadi menyipit, melihat Pandan Wangi berdiri di ambang pintu mulut sebuah gua yang tidak jauh dari jalan setapak ini. Gadis itu tengah melambaikan tangan, memanggil.
Bergegas Rangga melangkah menghampirinya. Tampak kilatan cahaya api membersit dari dalam gua yang tidak begitu besar, namun hampir tertutup lebatnya semak belukar dan pepohonan. Rangga langsung menerobos masuk ke dalam gua itu, dan langsung duduk di dekat api. Sementara Pandan Wangi masih berdiri tidak jauh dari mulut gua. Gadis itu kemudian melangkah menghampiri kemudian duduk di depan Pendekar Rajawali Sakti.
"Kenapa kau di sini, Pandan? Bukankah aku menyuruhmu tetap di istana...?" tegur Rangga langsung, begitu tubuhnya terasa hangat kembali.
"Aku tidak bisa tenang, Kakang. Apalagi mendengar cerita mereka tentang Dewi Anjungan dan Istana Neraka miliknya itu. Aku begitu khawatir, lalu terus saja menyusulmu ke sini. Tapi hujan ini menghalangiku, Kakang. Untung aku menemukan gua, dan menunggumu di sini," sahut Pandan Wangi beralasan.
"Terima kasih," ucap Rangga perlahan.
Pendekar Rajawali Sakti duduk diam. Pandangannya lurus ke depan, menikmati titik-titik air hujan yang masih turun deras sekali. Sedangkan Pandan Wangi memandanginya disertai berbagai macam perasaan berkecamuk di dalam dirinya. Bisa dirasakan, apa yang sedang dirasakan Rangga saat ini. Mereka memang langsung ke Karang Setra, begitu mendapat kabar Cempaka diculik seorang wanita yang menamakan diri Ratu Lembah Neraka.
Bahkan ketika menculik Cempaka di Istana Karang Setra, Ratu Lembah Neraka sempat menewaskan beberapa prajurit yang mencoba menghalanginya. Bahkan pula, satu orang panglima kerajaan itu tewas di tangannya. Dan tidak sedikit pula jago-jago Karang Setra yang tewas, saat mencoba merebut kembali Cempaka dari dalam Istana Neraka itu. Hingga sekarang ini, tak ada seorang pun yang berhasil mengeluarkan Cempaka dari dalam Istana Neraka.
"Kakang...," lembut sekali suara Pandan Wangi. Rangga mengangkat kepala, dan berpaling menatap Pandan Wangi yang masih tetap duduk dekat di depannya. Hanya sebuah api unggun saja yang menghalangi mereka berdua. Beberapa saat mereka terdiam, dan hanya saling pandang saja tanpa berbicara sedikit pun.
"Kau bertemu wanita itu, Kakang?" tanya Pandan Wangi pelan sekali suaranya. Begitu pelannya, sehingga hampir tidak terdengar tertelan gemuruh air hujan yang masih turun deras sekali.
"Ya," sahut Rangga juga pelan suaranya.
"Lalu..., Cempaka ada di sana?"
Rangga hanya menggelengkan kepala saja.
"Tapi kau berhasil masuk ke dalam istana itu, kan?" tanya Pandan Wangi lagi, ingin tahu.
"Hhh...!" Rangga menghembuskan napasnya yang begitu berat sekali. Kembali Pendekar Rajawali Sakti memandang keluar, merayapi titik-titik air hujan yang masih turun deras sekali. Kemudian kembali dipandanginya Pandan Wangi. Perlahan Rangga menggeser duduknya mendekati gadis itu, dan melingkarkan tangannya ke pundak yang ramping. Pandan Wangi merapatkan tubuhnya, membenamkan diri ke pelukan Pendekar Rajawali Sakti.
"Memang tidak mudah masuk ke dalam istana itu, Pandan. Terlalu banyak rintangannya...," pelan sekali suara Rangga.
"Apa pun rintangannya, Cempaka harus bisa dikeluarkan dari sana, Kakang," tegas Pandan Wangi memberi semangat.
"Ya..., kita memang harus bisa mengeluarkan Cempaka dari Istana Neraka itu," desis Rangga.
Mereka saling berpandangan, kemudian berpelukan erat dan hangat sekali. Tak ada lagi yang bicara, karena masing-masing sudah tenggelam dengan pikiran yang berkecamuk dalam kepala.

68. Pendekar Rajawali Sakti : Geger Putri IstanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang