Kemunculan Rangga yang begitu tiba-tiba, membuat seluruh penghuni Istana Karang Setra jadi geger. Terlebih lagi, Rangga datang di tengah malam buta seperti ini. Padahal, semua orang sedang terlelap dalam buaian mimpi. Dan memang, Rangga tidak mengalami kesulitan sedikit pun, meskipun harus menempuh perjalanan yang begitu jauh. Karena Pendekar Rajawali Sakti memang menunggang Rajawali Putih. Sehingga, dia bisa begitu cepat sampai di Istana Karang Setra dari Lembah Neraka.
Rangga langsung membawa Danupaksi, Ki Lintuk, Paman Bayan Sudira ke dalam kamar pribadinya. Dan siapa pun dilarang untuk masuk ke dalam ruangan ini. Sikap yang aneh ini membuat mereka jadi bertanya-tanya di dalam hati. Mereka duduk melingkari sebuah meja bundar yang berada di tengah-tengah ruangan itu.
"Aku ingin bertanya pada kalian semua. Dan aku ingin jawaban jujur, tanpa harus ada yang ditutupi," ujar Rangga begitu sungguh-sungguh nada suaranya.
Danupaksi, Ki Lintuk, dan Paman Bayan Sudira hanya diam saja. Mereka saling melemparkan pandang, satu sama lain.
"Aku ada di sini bukan sebagai raja. Dan kalian tidak perlu bersikap sungkan padaku," kata Rangga lagi mengingatkan.
Belum ada seorang pun yang membuka suara. Dan untuk beberapa saat, keadaan menjadi sunyi. Rangga sendiri terdiam membisu beberapa saat, sambil merayapi wajah-wajah yang berada di depannya.
"Siapa saja di antara kalian yang melihat penculik Cempaka?" tanya Rangga langsung, dengan nada suara agak ditekan.
Semua kepala bergerak menggeleng.
"Jadi tidak ada seorang pun yang melihat?"
"Aku datang, si penculik itu sudah pergi, Kakang," jelas Danupaksi.
"Jadi, siapa yang melihat?" tanya Rangga lagi.
"Tidak ada," Ki Lintuk yang menyahuti.
"Semua prajurit yang memergokinya tewas," sambung Paman Bayan Sudira.
"Tidak ada...? Lalu, kenapa kalian bisa menyangka kalau Ratu Lembah Neraka yang menculik Cempaka...?" agak tinggi nada suara Rangga.
Tidak ada yang menjawab seorang pun.
"Ki Lintuk..., kau pernah berurusan dengan Ratu Lembah Neraka?" tanya Rangga seraya menatap tajam laki-laki tua itu.
"Tidak," sahut Ki Lintuk.
"Kau tahu, bagaimana rupa wanita itu?" tanya Rangga lagi.
Kali ini, jawaban Ki Lintuk hanya dengan gelengan kepala saja.
"Dan kau, Paman Bayan Sudira...?" Rangga beralih menatap Paman Bayan Sudira.
"Aku juga belum pernah bertemu dengannya. Namanya saja baru kudengar kali ini," sahut Paman Bayan Sudira.
"Dewata Yang Agung...," desah Rangga.
"Kalian semua tidak ada yang mengetahuinya, tapi kenapa bisa mengatakan penculik itu adalah Ratu Lembah Neraka...?"
"Kakang...," selak Danupaksi.
"Ya, ada apa...?"
"Cempaka pernah cerita, dia punya seorang bibi yang sudah bertahun-tahun menghilang. Dan Cempaka banyak cerita tentang bibinya memang menginginkannya. Dan ketika Cempaka diculik, aku langsung berpikir ke sana. Maka, kukirim beberapa orang telik sandi untuk menyelidiki Lembah Neraka. Mereka mengatakan, di sana memang ada sebuah bangunan istana. Lalu aku langsung mengirim beberapa jago istana, prajurit, dan beberapa panglima. Tapi mereka semua tidak ada yang kembali lagi. Bahkan aku sempat pergi ke sana, dan hampir saja tewas. Untung saja Paman Bayan Sudira segera datang menolongku," jelas Danupaksi.
"Kenapa kau sampai bisa berpikir ke sana, Danupaksi?" tanya Rangga meminta penjelasan.
"Aku hanya berpikir, tidak ada orang lain lagi yang menginginkan Cempaka selain Ratu Lembah Neraka, Kakang. Karena dia, adalah bibinya Cempaka. Dan Cempaka sendiri yang mengatakan kalau bibinya sudah beberapa kali mencoba merebutnya dari Eyang Balung Gading. Dan itu sebelum Ratu Lembah Neraka menghilang, Kakang," jelas Danupaksi panjang lebar.
"Kau sudah melakukan tindakan yang sangat ceroboh, Danupaksi," ujar Rangga tegas.
"Maafkan aku, Kakang," ucap Danupaksi menyesal.
"Hhh..., sudahlah," desah Rangga seraya bangkit berdiri dari kursinya.
Sementara Danupaksi hanya tertunduk saja. Ki Lintuk dan Paman Bayan Sudira juga terdiam, tidak berkata-kata sedikit pun juga. Sementara Rangga melangkah menghampiri jendela. Dibukanya jendela itu lebar-lebar, membuat angin malam yang dingin langsung menerobos masuk menerpa tubuhnya.
"Aku akan pergi lagi. Dan kuminta, jangan ada seorang pun dari kalian bertiga yang meninggalkan istana," pesan Rangga.
Dan belum juga ada yang memberi jawaban, Pendekar Rajawali Sakti sudah melesat begitu cepat bagaikan kilat. Sehingga dalam sekejapan mata saja, bayangan tubuhnya sudah tidak terlihat lagi. Pendekar Rajawali Sakti benar-benar lenyap seperti tertelan bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
68. Pendekar Rajawali Sakti : Geger Putri Istana
ActionSerial ke 68. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.