BAGIAN 5

547 28 0
                                    

"Mereka benar-benar tangguh. Hhh! Akan kucoba dengan aji 'Baju Bajra'," dengus Rangga dalam hati.
Pendekar Rajawali Sakti cepat-cepat merapatkan kedua tangannya di depan dada. Lalu, napasnya segera ditahan. Dan sambil menghembuskan napas keras-keras. Rangga menghentakkan kedua tangannya, hingga merentang lebar ke belakang. Maka... "Aji 'Bayu Bajra'! Yeaaah...!"
Wesss...!
Seketika itu juga berhembus angin yang begitu keras sekali, melebihi badai topan yang amat dahsyat. Batu-batu di sekitar tebing itu seketika berhamburan ke udara. Bahkan pepohonan juga terbongkar ke akar-akarnya. Alam di sekitar tebing batu Lereng Bukit Rangkas ini benar-benar diamuk badai topan yang begitu dahsyat!
"Ha ha ha...!"
"Hmmm...."
Kening Rangga jadi berkerut melihat Ratu Pantai Selatan masih tetap berdiri tegak, dan malah tertawa terbahak-bahak. Bahkan sepuluh orang gadis pengawalnya juga tetap berdiri tegak, tak terpengaruh sedikit pun oleh aji "Bayu Bajra' yang dikerahkan Pendekar Rajawali Sakti.
Mereka terus tertawa terbahak-bahak. Bahkan begitu keras sekali, seakan-akan hendak mengalahkan deru angin dari badai topan yang diciptakan Pendekar Rajawali Sakti. Hal itu malah membuat alam di sekitar tebing batu itu semakin hancur. Bebatuan di tebing itu kini tergetar hebat bagai hendak runtuh.
"Hap!"
Rangga tiba-tiba saja merapatkan kedua tangannya di depan dada. Maka seketika itu juga badai yang diciptakannya terhenti. Bersamaan dengan itu, suara tawa dari Ratu Pantai Selatan dan sepuluh gadis pengawalnya juga berhenti. Alam di sekitar tebing itu kembali tenang. Namun, keadaannya sudah demikian hancur!
"Ada lagi kesaktian yang kau miliki, Rangga...?" terasa begitu sinis sekali nada suara Ratu Pantai Selatan.
"Hmmm...," Rangga hanya menggumam pelan saja.
Pendekar Rajawali Sakti memandangi wanita cantik penguasa samudera itu. Memang, tidak mudah untuk mengalahkan Ratu Pantai Selatan. Dan selama ratusan tahun, tak ada seorang pun yang bisa menandingi kesaktiannya. Tapi, itu bukan berarti Rangga akan menyerah begitu saja. Perlahan-lahan tangan kanannya diangkat, dan dipegangnya gagang Pedang Pusaka Rajawali Sakti yang berada di punggung.
Tatapan matanya masih tetap tajam, menusuk langsung ke bola mata wanita cantik penguasa samudera yang berdiri sekitar dua batang tombak di depannya.
Srettt! Cring!
Cahaya biru berkilau tiba-tiba saja menyemburat terang, begitu Rangga mencabut Pedang Pusaka Rajawali Sakti dari warangka di punggung. Perlahan-lahan pedang pusakanya disilangkan di depan dada. Sementara itu, Ratu Pantai Selatan tampak agak terkejut melihat pamor pedang yang tergenggam di tangan Pendekar Rajawali Sakti.
"Wadyabala...!" seru Ratu Pantai Selatan keras menggelegar.
Sepuluh orang gadis cantik pengawal wanita penguasa samudera itu seketika berlompatan mengurung Pendekar Rajawali Saka. Tangan mereka terangkat ke atas, dan tiba-tiba saja mengeluarkan cahaya. Lalu begitu cahaya itu lenyap, di tangan mereka sudah tergenggam pedang yang memancarkan sinar merah membara bagai pedang api.
"Hmmm...," Rangga menggumam pelan. Rangga agak terkejut juga, melihat pedang sepuluh gadis cantik itu muncul secara begitu aneh. Belum pernah Pendekar Rajawali Sakti melihat senjata yang memiliki pamor begitu dahsyat, dan muncul tanpa di ketahui dari mana asalnya. Dan belum lagi rasa keterkejutan Pendekar Rajawali Saka itu lenyap, mendadak saja dua orang gadis yang mengenakan baju warna merah menyala itu melompat cepat sambil mengebutkan pedang bagai kilat.
"Hiyaaat...!"
"Hup! Yeaaah...!"
Bergegas Rangga melenting, menghindari tebasan pedang yang mengarah ke kaki. Dan bersamaan dengan itu, pedangnya dibabarkan untuk menangkis pedang lain yang memancarkan cahaya merah bagai api.
Trang!
Tak pelak lagi, dua senjata berpamor dahsyat beradu tidak jauh di depan dada Pendekar Rajawali Sakti. Ledakan keras menggelegar terdengar begitu dahsyat, dari dua pedang yang beradu tadi. Rangga cepat-cepat melenting ke belakang, dan berputaran beberapa kali. Bibirnya agak meringis merasakan getaran pada tangan, ketika pedangnya tadi beradu dengan pedang salah seorang gadis itu.
"Hiyaaat...!"
Pada saat itu, satu orang gadis lain sudah melompat cepat melakukan serangan. Pedangnya berkelebat begitu cepat, mengarah ke kepala Pendekar Rajawali Sakti. Namun hanya dengan sedikit saja mengegoskan kepala, ujung pedang itu lewat sedikit di samping kepala Pendekar Rajawali Sakti.
"Uts! Gilaaa...!" dengus Rangga terkejut. Betapa Pendekar Rajawali Sakti tidak terkejut..?
Pedang bercahaya merah bagai api itu mengeluarkan hawa yang begitu panas, seakan-akan ingin membakar seluruh kepalanya. Cepat-cepat Rangga menarik kakinya ke samping kanan dua langkah. Dan secepat itu pula pedangnya dikebutkan agak menyilang, tepat di saat satu orang gadis lainnya juga membabatkan pedang ke arah dada.
Trang!
Lagi-lagi dua pedang yang sama-sama memiliki pamor dahsyat beradu keras, menimbulkan ledakan yang begitu dahsyat bagai guntur di angkasa. Kembali Rangga terpaksa harus melompat mundur beberapa langkah, dan kembali harus meliukkan tubuhnya. Pendekar Rajawali Sakti memang bisa menghindari serangan yang cepat sekali datangnya, mengincar tubuhnya.
Rangga benar-benar terkejut menghadapi serangan-serangan dari sepuluh orang gadis cantik yang begitu cepat dan dahsyat itu. Mereka menyerang secara bergantian dan beruntun, bagai tidak memberikan kesempatan sedikit pun pada Pendekar Rajawali Sakti untuk balas menyerang. Namun mereka juga tidak menyangka kalau pemuda berbaju rompi putih ini mampu menandingi serangan-serangan yang begitu cepat dan dahsyat. Bahkan Rangga masih sekali-sekali mampu memberi serangan-serangan balasan yang tidak kalah dahsyatnya.
Dan itu membuat Ratu Pantai Selatan yang sejak tadi memperhatikan jalannya pertarungan, jadi berkerut juga keningnya. Bahkan ada terselip perasaan khawatir dalam hatinya melihat ketangguhan Rangga yang tidak diduga sama sekali. Terlebih lagi, pertarungan sudah berjalan beberapa jurus, tapi belum juga ada tanda-tanda kalau sepuluh gadis pengawalnya bisa mendesak Pendekar Rajawali Sakti.
Jurus demi jurus berlalu cepat. Dan Rangga bukan saja mengeluarkan jurus-jurus yang didapat dari Pendekar Rajawali, tapi juga mengeluarkan jurus-jurus yang didapatkan dari Satria Naga Emas. Jurus-jurus tingkat tinggi yang teramat dahsyat, dan selama ini belum ada tandingannya. Hal itu membuat sepuluh orang gadis pengawal Ratu Pantai Selatan kelihatan semakin sulit untuk mendesaknya. Apalagi untuk mengalahkannya. Bahkan beberapa kali Rangga malah membuat mereka kelabakan menghindari serangan-serangannya yang begitu dahsyat sekali.
"Mundur kalian semua...!" teriak Ratu Pantai Selatan tiba-tiba.
Belum lagi teriakan yang lantang menggelegar itu hilang dari pendengaran, sepuluh orang gadis cantik berbaju serba merah itu sudah melompat keluar dari pertarungan. Pada saat yang bersamaan, Ratu Pantai Selatan melompat cepat menghampiri Pendekar Rajawali Sakti. Tahu-tahu, dia sudah berdiri sekitar lima langkah lagi di depan pemuda tampan berbaju rompi putih itu.
"Aku akui, kau memang hebat, Rangga," puji Ratu Pantai Selatan tulus. 'Tapi sekarang saatnya kau harus menghadapiku...!"
"Hmmm...!" Rangga hanya menggumam pelan saja.
Pendekar Rajawali Sakti sudah kembali menyilangkan pedang di depan dada. Sikapnya sama sekali tidak memandang rendah pada wanita cantik penguasa samudera ini. Bahkan wanita itu malah dianggapnya sebagai lawan yang paling berat, sejak Pendekar Rajawali Sakti keluar dari Lembah Bangkai, dan melanglang buana menjelajahi ganasnya rimba persilatan. Rangga semakin meningkatkan kewaspadaannya menghadapi wanita yang dikenal sebagai Ratu Pantai Selatan ini.
"Haaap...!"
Perlahan-lahan kedua tangan Ratu Pantai Selatan terangkat ke atas. Dan tiba-tiba saja, dari kedua telapak tangannya memancarkan cahaya yang berkilau terang menyilaukan mata. Rangga sampai menutupi wajahnya dengan punggung tangan kiri, menghalangi cahaya yang menyilaukan mata itu.
"Hmmm...."
Lagi-lagi Rangga menggumam perlahan ketika tiba-tiba cahaya yang memancar pada kedua telapak tangan Ratu Pantai Selatan lenyap. Dan tahu-tahu, di tangan wanita cantik penguasa samudera itu sudah tergenggam sebatang tongkat berukuran cukup besar. Ujung tongkat itu berbentuk seekor ular kobra yang lehernya berkembang mengerikan. Kedua mata ular kobra itu memancarkan sinar merah membara, seperti sepasang bola api yang siap membakar apa saja yang ada di depannya.
"Hadapilah aku, Pendekar Rajawali Sakti...!" desis Ratu Pantai Selatan dingin menggeletar.
"Memang sudah lama aku ingin bertarung denganmu," sahut Rangga tidak kalah dinginnya.
"Hmmm, bersiaplah kau!"
Bettt!
Wanita cantik penguasa samudera di seluruh mayapada ini langsung mengebutkan tongkatnya ke depan. Seketika itu juga, dari bola mata tongkat ular kobra Ratu Pantai Selatan memancar cahaya merah seperti api yang langsung meluruk deras ke arah Rangga.
"Hup!"
Bergegas Pendekar Rajawali Sakti melentingkan tubuhnya ke udara, sambil melakukan beberapa putaran. Sinar merah itu menghantam tanah, tempat tadi Rangga berdiri. Ledakan keras menggelegar terdengar begitu dahsyat sekati, membuat tanah berbatu itu terbongkar. Sehingga melontarkan bebatuan tinggi-tinggi ke udara. Sementara itu, Rangga kembali menjejakkan kakinya dengan gerakan ringan dan manis sekali.
"Hap!"
Cepat-cepat Pendekar Rajawali Sakti meletakkan mata pedangnya di telapak tangan kiri, lalu menggosoknya perlahan-lahan, hingga ke ujung Pedang Pusaka Rajawali Sakti. Kembali pedang itu digosoknya sampai ke pangkal tangkai. Dan kini cahaya biru yang memancar pada pedang itu menggumpal di ujungnya.
"Aji 'Cakra Buana Sukma'! Yeaaah...!"
Cepat sekali Rangga menghentakkan ujung pedangnya ke depan, sambil menarik ke samping kedua kakinya sampai merentang lebar. Gumpalan sinar biru sebesar kepala, meluncur deras dari ujung pedang Pendekar Rajawali Sakti.
"Hiyaaa...!"
Ratu Pantai Selatan cepat-cepat menyilangkan tongkatnya yang berbentuk ular kobra itu ke depan dada. Dan tak pelak lagi, cahaya biru yang menggumpal itu menghantam keras bagian tengah tongkat berbentuk ular kobra itu.
Glarrr...!
Kembali terdengar ledakan yang begitu keras menggelegar dahsyat. Tampak Ratu Pantai Selatan terdorong dua langkah ke belakang. Sedangkan Rangga kembali menghentakkan pedangnya ke depan sambil berteriak keras menggelegar, bagai hendak meruntuhkan tebing batu ini.
Rrrt!
Cahaya biru yang berkilau menyilaukan mata, kembali meluncur deras dari ujung pedang Pendekar Rajawali Sakti. Dan pada saat yang bersamaan, Ratu Pantai Selatan juga menghentakkan tongkatnya ke depan. Maka dari bola mata tongkat ular kobra itu, meluncur cahaya merah bagai api.
Glarrr...!
"Akh...!"
Tepat ketika dua sinar merah dan biru berbenturan di udara, tampak Rangga terpental ke belakang sambil memekik keras agak tertahan. Sedangkan Ratu Pantai Selatan hanya terdorong saja beberapa langkah ke belakang.
Rangga bergelimpangan beberapa kali, dan baru berhenti setelah punggungnya menghantam sebongkah batu yang begitu besar. Batu itu sampai retak terkena benturan punggung Rangga yang begitu keras. Sebentar Pendekar Rajawali Sakti menggeleng-gelengkan kepala, lalu berusaha bangkit berdiri. Tubuhnya terhuyung-huyung, dan dari mulutnya mengeluarkan darah kental agak kehitaman.
"Hiyaaat...!"
Pada saat itu, Ratu Pantai Selatan sudah melompat cepat bagai kilat sambil mengayunkan tongkatnya ke arah kepala Pendekar Rajawali Sakti. Serangannya begitu cepat, membuat Rangga yang belum bisa menguasai keadaan diri hanya bisa terperangah saja. Tidak ada lagi kesempatan bagi Pendekar Rajawali Sakti untuk bisa menghindari serangan wanita cantik penguasa samudera ini.
"Dewata Yang Agung..," desah Rangga perlahan.
"Khraaagkh...!"
Tepat ketika tongkat berkepala ular kobra itu hampir menghantam kepala Rangga, tiba-tiba saja dari angkasa meluncur seekor burung raksasa putih keperakan. Burung itu kuat sekali mengepakkan sayapnya ke arah Ratu Pantai Selatan.
"Heh! Uts...!"
Wanita cantik penguasa samudera itu jadi terkejut setengah mati. Buru-buru tubuhnya melenting ke belakang menghindari kibasan sayap rajawali raksasa berbulu putih. Sehingga, membuat serangannya pada Rangga jadi gagal. Dan sebelum Ratu Pantai Selatan bisa menyadari apa yang terjadi, Rajawali Putih sudah menyambar Rangga dengan cakarnya yang kuat dan kokoh. Secepat kilat, burung raksasa itu melesat tinggi ke udara membawa pemuda berbaju rompi putih yang dikenal berjuluk Pendekar Rajawali Sakti.
"Apa itu...?" desis Ratu Pantai Selatan sambil memandang ke atas.
Masih terlihat sedikit bentuk burung rajawali raksasa itu, sebelum menghilang di balik awan. Ratu Pantai Selatan terus berdiri tegak memandang ke awan, tempat burung rajawali raksasa berbulu putih menghilang membawa Rangga dengan cakarnya yang begitu besar dan kokoh.
"Kalian lihat, apa itu tadi...?" tanya Ratu Pantai Selatan pada sepuluh orang gadis cantik berpakaian merah pengawalnya.
Sepuluh gadis cantik berbaju merah itu hanya menggelengkan kepala saja. Mereka juga terkejut dengan kejadian yang begitu cepat dan tidak terduga sama sekali, sehingga tidak sempat lagi melihat kalau yang baru saja muncul dan menyelamatkan Rangga adalah seekor rajawali raksasa. Memang kejadiannya begitu cepat, sehingga sulit dilihat jelas. Terlebih lagi, gerakan Rajawali Putih dalam menyerang Ratu Pantai Selatan dan menyelamatkan Rangga.
"Hmmm..., itu tadi seperti burung rajawali. Tapi apa mungkin...?" gumam Ratu Pantai Selatan berbicara sendiri.
Sebentar wanita cantik penguasa samudera itu masih memandang ke atas, lalu perlahan matanya terpejam. Dan tiba-tiba saja, seluruh tubuhnya terselimut cahaya terang menyilaukan mata. Lalu begitu cahaya itu lenyap, wujudnya sudah berganti kembali menjadi Rampita. Sedangkan sepuluh orang gadis pengawal Ratu Pantai Selatan juga sudah tidak lagi menyandang senjata. Mereka kini sudah berdiri di belakang wanita berbaju biru yang sekarang bukan lagi Ratu Pantai Selatan, melainkan sudah berganti menjadi Rampita lagi.
"Ayo kita pergi dari sini," ajak Rampita.
"Baik, Nini," sahut sepuluh gadis berbaju merah itu bersamaan.
Tanpa ada yang bicara lagi, gadis-gadis cantik itu segera meninggalkan tebing batu Lereng Bukit Rangkas itu. Mereka bergerak cepat menuju ke arah Selatan dengan gerakan begitu ringan. Sehingga, kaki-kaki mereka seperti tidak menyentuh tanah sama sekali. Dan sebentar saja, mereka sudah jauh meninggalkan tebing batu itu, lalu menghilang ke dalam hutan di Lereng Bukit Rangkas ini.

***

69. Pendekar Rajawali Sakti : Titisan Ratu Pantai SelatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang