Belum pernah Rangga melihat keadaan sebuah Desa Nelayan yang begitu indah. Bukan hanya pemandangannya, tapi juga keadaan rumah-rumahnya yang begitu bagus. Rasanya seperti bukan sebuah desa, tapi sebuah kota kadipaten. Walaupun, memang masih terlalu kecil untuk bisa dikatakan kota kadipaten. Hanya keadaannya saja yang tidak kalah dengan kota. Sayangnya, Pendekar Rajawali Sakti sama sekali tidak bisa menikmati keindahan desa ini. Perhatiannya masih terpusat pada Pandan Wangi dan Eyang Danarpati yang sampai saat ini belum tentu di mana sekarang berada.
Sudah dua hari dua malam, Rangga dan Intan Kemuning mencari keterangan di Desa Nelayan ini. Tapi, mereka belum juga mendapat keterangan apa pun yang dicarinya. Bahkan tak ada seorang pun yang mengenal Rampita. Tapi, Rangga punya perasaan lain. Dan itu segera diutarakannya pada Intan Kemuning, ketika mereka berada di pinggiran desa tidak jauh dari pantai.
"Kau merasakan ada sesuatu yang janggal di desa ini, Intan...?" ujar Rangga bernada memberikan pertanyaan.
"Ya," sahut Intan Kemuning seraya menghentikan ayunan langkahnya. Tubuhnya berbalik dan memandang Pendekar Rajawali Sakti itu.
"Apa...?" tanya Rangga ingin tahu. "Sikap penduduk yang seperti tidak mau tahu. Mereka juga seperti takut jika kita bertanya tentang Rampita," sahut Intan Kemuning.
"Ya.... Itu juga yang kurasakan," desah Rangga, tidak mengira kalau Intan Kemuning juga punya pikiran yang sama dengannya.
"Aku yakin, cepat atau lambat mereka pasti akan menemui kita, Kakang. Bukannya kita yang mencari mereka, tapi justru merekalah yang mencari," kata Intan Kemuning.
"Kau yakin itu, Intan?"
"Tentu! Dari sikap penduduk, aku begitu yakin. Mereka pasti kenal orang yang bernama Rampita. Dan karena mendapat tekanan, sehingga mereka merasa takut untuk mengatakan tempat tinggalnya," sahut Intan Kemuning lagi.
"Di mana-mana, yang namanya desa pasti begitu. Hhh.?.," keluh Rangga perlahan, seperti untuk diri sendiri.
"Jangan menyalahkan mereka, Kakang. Mereka memang hanya bisa pasrah pada keadaan tanpa dapat berbuat sesuatu untuk keluar dari keadaan. Walaupun, kenyataan itu sangat buruk."
"Aku akan membebaskan mereka dari tekanan Ratu Pantai Selatan. Keadaan seperti ini tidak bisa didiamkan terus-menerus, Intan. Perempuan itu akan menjarah ke desa-desa lain, kalau di sini sudah tidak ada pemuda-pemuda yang bisa diperolehnya lagi. Hhh..., apa sebenarnya yang dicari Rampita..?" lagi-lagi Rangga mengeluh.
"Kita pasti mengetahuinya, Kakang."
"Ya, kita harus mengetahui dan menghentikannya. Harus...!" Rangga bertekad.
Mereka kembali melangkah menyusuri pantai yang berpasir putih seperti bertaburkan batu-batu mutiara ini. Tak ada lagi yang berbicara. Sementara, matahari sudah begitu jauh tenggelam di batas permukaan air laut. Hanya cahayanya saja yang merah lembayung membias di cakrawala. Begitu indah untuk dinikmati. Namun Rangga dan Intan Kemuning tidak punya kesempatan untuk menikmati keindahan senja di pantai ini.
Mereka terus sibuk dengan pikiran masing-masing. Mereka belum bisa tenang kalau belum berhasil menghentikan semua tindakan Ratu Pantai Selatan yang menitis pada diri Rampita. Bahkan mereka masih belum tahu, siapa sebenarnya Rampita itu. Dan untuk apa dilakukan persekutuan dengan Ratu Pantai Selatan yang dikenal sebagai penguasa seluruh samudera di mayapada ini. Memang sulit untuk mencari tahu, karena mereka sama sekali tidak mendapat bantuan dari penduduk Desa Nelayannya ini.
Sebenarnya, penduduk desa ini bukannya tidak peduli, dan hanya merasa ketakutan. Namun, Rangga dan Intan Kemuning belum bisa menemukan alasan dari ketakutan mereka. Yang jelas, mereka pasti tahu tempat tinggal Rampita yang bersekutu dengan Ratu Pantai Selatan, dan menimbulkan rasa takut di seluruh Desa Nelayan di Pesisir Pantai Selatan ini."Tolooong...!"
"Heh...?!"
"Hah...?!"
Rangga dan Intan Kemuning tiba-tiba saja dikejutkan teriakan panjang melengking tinggi. Teriakan meminta tolong, dan bersumber dari batik gundukan batu-batu karang tidak jauh di depan kedua pendekar rajawali itu. Sesaat mereka saling berpandangan, lalu tanpa berbicara lagi berlompatan cepat mempergunakan ilmu meringankan tubuh ke arah sumber suara teriakan yang didengarnya barusan.
"Hup! Yeaaah...!"
"Hap!"
Hanya beberapa kali lompatan saja, kedua pendekar muda yang sama-sama memiliki tunggangan seekor burung rajawali raksasa itu sudah sampai di atas puncak gundukan batu karang yang tertinggi. Dari tempat itu bisa terlihat seorang wanita tengah menangis tertelungkup, meratapi seorang lelaki muda yang tengah mencoba melepaskan diri dari belitan tambang yang dipegangi empat orang gadis cantik berbaju merah menyala.
"Hup! Hiyaaa...!"
Tanpa menunggu waktu lagi, Rangga segera melentingkan tubuhnya sambil mempergunakan ilmu meringankan tubuh yang sudah mencapai tingkat kesempurnaan. Begitu cepat dan ringan sekali gerakan Pendekar Rajawali Sakti Hanya dua kali lompatan saja, dia sudah berhasil mencapai tempat itu.
"Hap! Yeaaah...!"
Bettt!
Tasss!
Hanya sekali kebutan tangan kiri dari jurus 'Sayap Rajawali Membelah Mega', tambang-tambang yang membelit tubuh pemuda desa itu langsung putus. Akibatnya empat gadis cantik berbaju merah itu terpental beberapa langkah ke belakang. Sedangkan pemuda itu jatuh bergulingan beberapa kali di atas hamparan pasir yang berbatu kerikil karang ini.
"Apa yang kalian lakukan di sini, heh...?!" bentak Rangga geram, melihat empat orang dari sepuluh gadis pengawal Ratu Pantai Selatan itu.
Empat orang gadis berwajah cantik yang mengenakan baju warna merah menyala itu melemparkan pandang beberapa saat. Mereka memang saling berhadapan, dan sudah tahu kepandaian yang dimiliki masing-masing. Begitu bisa bangkit berdiri, keempat gadis berbaju serba merah itu langsung berlompatan mengepung Pendekar Rajawali Sakti.
"Hup! Hiyaaa...!"
Rangga yang memang sudah geram oleh segala perbuatan gadis-gadis dari dasar samudera itu, tidak mau lagi tanggung-tanggung menghadapinya. Maka belum juga gadis-gadis itu menjejakkan kakinya di atas tanah berpasir putih, Rangga sudah melentingkan tubuhnya. Langsung dilepaskannya serangan cepat menggeledek pada salah seorang gadis itu, lewat jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' pada tingkat terakhir. Begitu dahsyatnya jurus yang dikeluarkan Rangga, sehingga membuat kedua kepalan tangannya jadi berwarna merah, bagai besi terbakar dalam tungku.
"Yeaaah...!"
"Uts...!"
Untung saja gadis itu cepat-cepat meliukkan tubuhnya, sehingga pukulan Rangga yang begitu dahsyat tidak sampai mengenainya. Tapi belum juga berhasil menjejakkan kakinya di tanah. Rangga sudah memberi satu tendangan keras menggeledek disertai pengerahan tenaga dalam tingkat sempurna.
"Jebol! Yeaaah...!"
Begkh!
Begitu cepatnya tendangan yang dilakukan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga gadis berbaju merah itu tidak sempat lagi menghindar. Telapak kaki Rangga tepat menghantam dada gadis berbaju merah itu.
"Aaakh...!"
Sambil memekik keras, gadis itu terpental deras sejauh tiga tombak. Keras sekali tubuhnya menghantam pasir pantai, dan bergulingan beberapa kali. Pada saat yang bersamaan, satu orang gadis lainnya sudah melompat menyerang Rangga dari belakang.
Rupanya, tanpa kehadiran Ratu Pantai Selatan keempat wanita itu seperti tidak berarti apa-apa. Memang, bila Ratu Pantai Selatan ada di samping mereka barulah mereka mendapat kesaktian secara langsung. Jadi tidak heran bila Ratu Pantai Selatan berubah wujud, mereka juga berubah wujud. Juga kalau Ratu Pantai Selatan menciptakan pedang, di tangan mereka juga akan ada pedang.
Yang jelas, mereka tergantung pada Ratu Pantai Selatan itu sendiri. Maka bila Ratu Pantai Selatan tidak ada, maka sama saja mereka tidak berarti apa-apa. Tentu saja hal ini membuat Rangga jadi berada di atas angin. Jadi tidak heran kalau Pendekar Rajawali Saka mampu membuat mereka kalang kabut!
"Hait..!"
Cepat Rangga memutar tubuhnya, dan melepaskan satu pukulan keras disertai pengerahan tenaga dalam sempurna dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat terakhir. Gerakan Rangga yang begitu cepat dan tiba-tiba itu, sama sekali tidak diduga gadis berbaju merah itu. Sehingga, pukulannya yang luput dari sasaran belum sempat ditarik kembali. Bahkan dia juga tidak sempat lagi menghindari pukulan keras bertenaga dalam sempurna yang dilepaskan Pendekar Rajawali Sakti, dalam waktu bersamaan. Sehingga...
Desss!
"Aaakh...!"
Gadis berbaju merah pengawal Ratu Pantai Selatan itu terjerembab beberapa tombak jauhnya dari Pendekar Rajawali Sakti. Sebongkah batu karang yang cukup besar ukurannya, seketika hancur berkeping-keping terhantam tubuhnya. Sementara, Rangga cepat memutar tubuhnya pada dua orang gadis lain yang sudah berhadapan dengan Intan Kemuning.
"Hiyaaat..!"
Bagaikan kilat, Rangga melompat cepat sambil melepaskan satu pukulan dahsyat mengandung pengerahan tenaga dalam tinggi ke arah kepala seorang gadis yang bertarung melawan Intan Kemuning. Begitu cepatnya pukulan dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali', sehingga gadis berbaju merah pengawal Ratu Pantai Selatan itu tidak dapat lagi menghindarinya. Akibatnya, pukulan Pendekar Rajawali Sakti itu tepat menghantam kepalanya.
Prakkk!
"Aaakh...!" satu jeritan panjang, melengking tinggi terdengar begitu menyayat.
Begitu kerasnya pukulan yang dilepaskan Rangga, sehingga gadis itu langsung ambruk, menggelepar di atas tanah berpasir putih ini. Tampak darah mengucur deras dari kepalanya yang retak akibat terkena pukulan dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' tingkat terakhir.
Hanya sebentar saja gadis itu masih mampu bergerak menggelepar meregang nyawa, kemudian diam tidak bergerak-gerak lagi. Darah terus berhamburan keluar dari kepalanya yang hampir hancur terkena pukulan bertenaga dalam sempurna dari Pendekar Rajawali Sakti. Kejadian ini membuat tiga orang gadis lain jadi terkejut setengah mati. Terlebih lagi, yang tadi sempat menerima pukulan Rangga. Mereka langsung berlompatan menjauh, memandangi seorang temannya yang tergeletak tak bernyawa lagi, seakan-akan tidak percaya atas kematian temannya ini.
Slrattt! Glarrr!
Tiba-tiba saja membersit seleret kilat di angkasa, disertai ledakan guntur yang begitu dahsyat menggelegar. Bukan hanya Rangga dan Intan Kemuning yang terkejut, tapi juga tiga orang gadis berbaju merah pengawal Ratu Pantai Selatan itu sampai mendongak ke langit.
"Hup!"
"Hiyaaa!"
"Yeaaah...!"
Tiba-tiba saja ketiga gadis berbaju merah itu berlompatan cepat meninggalkan tempat yang berbatu karang itu, di saat Rangga maupun Intan Kemuning belum sempat menyadari apa yang terjadi. Tapi kepergian ketiga gadis cantik berbaju merah itu cepat diketahui Rangga, Dan....
"Intan, kau urusi mereka! Hiyaaat..!"
Cepat sekali Rangga melenting mengejar ketiga gadis cantik pengawal Ratu Pantai Selatan itu. Sedangkan Intan Kemuning hanya bisa memandangi saja, lalu cepat menatap satu orang pengawal Ratu Pantai Selatan yang sudah menggeletak tak bernyawa lagi. Kemudian, bergegas dia menghampiri pemuda yang lolos dari cengkeraman gadis-gadis berbaju merah tadi. Tampak seorang wanita setengah baya, terus menangis sambil memeluki tubuh pemuda yang masih terikat tambang di seluruh tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
69. Pendekar Rajawali Sakti : Titisan Ratu Pantai Selatan
ActionSerial ke 69. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.