BAGIAN 8

555 25 0
                                    

Rangga berdiri tegak di atas sebongkah batu yang cukup besar dan tinggi. Pandangannya lurus, mengamati Desa Haruling yang masih tampak terang benderang oleh cahaya api obor dan pelita. Namun, keadaannya masih tampak begitu sunyi. Hanya terlihat beberapa orang saja yang meronda. Senyuman kecil tersungging di bibir, saat melihat Ki Rampik, Pandan Wangi, dan beberapa orang gadis berada pada tempat yang cukup tersembunyi. Tampak di antara mereka terlihat ada juga Suryani yang didampingi Goradi.
Memang, sejak peristiwa yang menimpa gadis itu, Goradi selalu mendampinginya terus. Sehingga, Suryani benar-benar aman dan terlindungi. Ada empat orang gadis bersama mereka. Dan gadis-gadis itu adalah korban si Kumbang Bukit Lontar yang berhasil diselamatkan Pendekar Rajawali Sakti. Sehingga, mereka tidak sempat ternoda. Walaupun sempat terbius aji 'Pemikat Dara' yang ditebarkan si Kumbang Bukit Lontar.
"Bagus.... Dia sudah datang," gumam Rangga, ketika melihat seseorang berjalan cepat, keluar dari Desa Haruling.
Saat itu memang sudah menjelang pagi. Cahaya matahari juga mulai terlihat menyemburat di ufuk timur. Dan burung-burung pun sudah sejak tadi ramai berkicau, menyambut datangnya sang mentari. Sementara orang yang berjalan cepat itu semakin dekat saja dengan Rangga yang berdiri di atas batu.
"Hup...!"
Dengan gerakan ringan sekali, Rangga melompat dari batu yang sangat tinggi itu. Beberapa kali tubuhnya berputaran, lalu ringan sekali mendarat tepat sekitar satu tombak lagi di depan seorang laki-laki muda berbaju biru.
"Heh...?!"
"Kau terkejut, Sentanu...? Atau, sebaiknya aku memanggilmu si Kumbang Bukit Lontar saja...?" dingin sekali nada suara Rangga. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis.
"Bagaimana kau tahu aku akan ke sini...?" tanya pemuda itu yang ternyata memang Sentanu, yang selama ini lebih dikenal berjuluk si Kumbang Bukit Lontar.
"Itu mudah sekali, Sentanu," sahut Rangga kalem. "Aku juga tahu siapa kau sebenarnya. Bahkan aku tahu pula gurumu, dan tujuan kalian berdua berada desa ini. Rasanya, dunia ini kecil sekali, Sentanu. Sekarang kau tidak mungkin lagi bisa lolos dariku. "
"Phuih! Kau yang akan mampus di tanganku, keparat!" geram Sentanu langsung memerah wajahnya.
Bet!
Si Kumbang Bukit Lontar langsung saja mengebutkan tangannya ke depan. Saat itu juga, dari balik lipatan lengan bajunya melesat beberapa buah benda berbentuk paku yang berwarna kuning keemasan. Paku-paku emas itu meluruk deras sekali ke arah Pendekar Rajawali Sakti.
"Hup! Yeaaah...!"
Dengan gerakan manis sekali, Rangga melenting ke udara, dan melakukan beberapa kali putaran. Sehingga paku-paku emas itu hanya lewat saja di bawah tubuhnya. Namun si Kumbang Bukit Lontar tidak berhenti sampai di situ saja. Kembali kedua tangannya dikebutkan bergantian, begitu cepat sekali.
Kembali paku-paku emas semakin banyak bertebaran di sekitar tubuh Rangga. Tapi tak ada satu pun yang sampai mengenai tubuh pendekar muda berbaju rompi putih ini. Gerakan-gerakan yang dilakukan Rangga di udara begitu manis dan indah.
"Hap...!"
Begitu ringannya, Rangga meluruk deras ke arah si Kumbang Bukit Lontar yang jadi kelabakan. Sungguh tidak disangka kalau Pendekar Rajawali Sakti bisa bergerak begitu cepat, di saat tengah menghadapi serangan senjata-senjata rahasia. Cepat-cepat Sentanu melenting ke belakang, dan berputaran beberapa kali untuk menghindari terjangan Pendekar Rajawali Sakti.
Tepat ketika Sentanu baru saja menjejakkan kakinya di tanah, Rangga sudah melepaskan satu pukulan cepat sekali, disertai pengerahan tenaga dalam sempurna.
"Hiyaaa...! "
"Uts...! "
Hampir saja dada Sentanu jebol terkena pukulan bertenaga dalam sempurna itu. Untung saja tubuhnya cepat-cepat dimiringkan ke kanan. Namun sebelum sempat menarik tubuhnya kembali tegak, Rangga sudah melepaskan satu tendangan cepat ke arah pinggang...
"Yeaaah...!"
Desss!
"Akh..!"
Begitu cepat sekali tendangan yang dilepaskan Rangga, sehingga si Kumbang Bukit Lontar itu tidak dapat lagi menghindarinya. Tubuhnya langsung jatuh terguling di tanah, sambil memekik keras agak tertahan. Namun, si Kumbang Bukit Lontar berhasil cepat bangkit berdiri. Dan pada saat itu juga, Rangga sudah melompat cepat bagal kilat, sambil melepaskan satu pukulan menggeledek dari jurus 'Pukulan Maut Paruh Rajawali' .
"Hiyaaa...!"
"Hup...!"
Sentanu sempat terperangah sejenak, tapi masih bisa cepat berkelit dengan meliukkan tubuhnya. Pada saat tangan kanan Rangga berada di samping tubuhnya, Si Kumbang Bukit Lontar mengebutkan tangan kirinya ke arah lambung.
"Hait..! "
Plak!
Memang sukar bisa dipercaya. Pada saat tubuh condong ke depan, Rangga masih bisa memberikan sentakan dengan tangan kirinya ke tangan yang menyodok ke arah lambung. Dan hal ini membuat Sentanu jadi tersentak setengah mati.
Belum juga Sentanu berpikir lebih jauh oleh tepakan tangan lawan, bagaikan kilat Pendekar Rajawali Sakti sudah melepaskan satu tendangan keras menggeledek dengan tubuh berputar dan bertumpu pada satu kaki.
"Yeaaah...!"
Begkh!
"Aaakh...!" lagi-lagi Sentanu terpekik.
Tendangan Pendekar Rajawali Sakti tepat menghantam samping kiri dada si Kumbang Bukit Lontar. Akibatnya dia terpental sejauh beberapa langkah, namun tidak sampai jatuh mencium tanah. Pada saat itu juga, Rangga sudah kembali melakukan serangan yang begitu cepat.
"Hiyaaa...!"
Begitu cepatnya serangan yang dilakukan Pendekar Rajawali Sakti, sehingga si Kumbang Bukit Lontar tidak sempat lagi menghindar. Maka satu pukulan yang dilepaskan Rangga, bersarang telak di dada yang kosong tak terlindungi sedikit pun juga.
"Aaakh...!" Sentanu menjerit keras melengking tinggi.
Tubuh si Kumbang Bukit Lontar itu terpental jauh sekali ke belakang. Beberapa batang pohon yang terlanda tubuhnya langsung tumbang menghantam tanah. Sementara, Rangga terus melayang cepat mengikuti tubuh si Kumbang Bukit Lontar. Tepat ketika tubuh si Kumbang Bukit Lontar menghantam batu, Rangga segera mendarat turun dengan manis sekali. Batu sebesar badan kerbau itu jadi retak setelah mendapat hantaman tubuh si Kumbang Bukit Lontar yang begitu keras sekali.
"Hap...!"
Hanya sekali lesatan saja, Rangga sudah berada di samping tubuh si Kumbang Bukit Lontar yang tergeletak tak berdaya lagi. Dari mulutnya mengeluarkan darah segar yang agak kental. Tampak dadanya sedikit melesak ke dalam. Entah berapa tulang iganya yang patah akibat terkena pukulan dahsyat Pendekar Rajawali Sakti. Untung saja dia masih terlihat bisa bernapas.
Pada saat itu dari tempat persembunyiannya, Ki Rampik, Pandan Wangi, dan yang lainnya segera berdatangan menghampiri Rangga yang masih berdiri tegak di samping tubuh si Kumbang Bukit Lontar. Kaki kanan Pendekar Rajawali Sakti tampak menjejak dada muda yang berjuluk si Kumbang Bukit Lontar itu.
"Dia mati, Kakang...?" tanya Pandan Wangi langsung, begitu dekat di samping Pendekar Rajawali Sakti.
"Tidak," sahut Rangga sambil menjauhkan kakinya dari dada si Kumbang Bukit Lontar.
"Iblis keparat...! Seharusnya kau mampus saja. Hiyaaat... !"
"Goradi, tahan...!" sentak Pandan Wangi.
Tapi Goradi memang sudah tidak bisa lagi dicegah Pemuda itu sudah mencabut pedangnya. Tubuhnya langsung melompat dengan ujung pedang tertuju ke dada si Kumbang Bukit Lontar yang masih tergeletak tak berdaya lagi di tanah.
"Hap! "
Tap!
Cepat sekali Rangga menghentakkan tangan kanannya.
"Akh...!" Goradi terpekik kaget.
Entah bagaimana caranya, tahu-tahu pedang Goradi sudah berpindah ke tangan Pendekar Rajawali Sakti. Memang sangat cepat gerakan tangan Rangga sehingga sukar diikuti pandangan mata biasa. Sedangkan Goradi terhuyung-huyung ke belakang beberapa langkah, saat Rangga mendorongnya dengan tangan kirinya.
"Simpan kembali senjatamu! " dengus Rangga sambil melemparkan pedang yang dirampasnya. Pedang itu langsung tertancap tepat di ujung kaki Goradi. Sebentar Goradi menatap Rangga, lalu berpindah menatap si Kumbang Bukit Lontar dengan sinar mata penuh dendam dan kebencian yang membara. Goradi memang sangat dendam, karena kekasihnya hampir saja ternoda.
Sementara Rangga mendekati Ki Rampik. Sedangkan Goradi menyarungkan kembali pedangnya. Kini pemuda itu sudah didampingi Suryani, yang langsung memeluk lengan kekasihnya ini. Di tempat lain, Pandan Wangi sudah membangunkan Si Kumbang Bukit Lontar yang meringis menahan rasa sakit pada dadanya. Keadaannya benar-benar sudah tidak berdaya lagi. Tangannya terpelintir ke belakang, dipegangi gadis yang berjuluk si Kipas Maut.
"Kau kenali dia, Ki?" tanya Rangga.
"Ya! Dia adalah pembantunya Paman Walung," sahut Ki Rampik dengan nada suara seperti tidak percaya.
"Keparat...! Jadi dia biang keladinya...?" geram Goradi sambil melepaskan pelukan Suryani pada tangannya. "Akan kubunuh dia!"
Goradi langsung saja berlari cepat, mempergunakan ilmu meringankan tubuh.
"Kakang...!" pekik Suryani.
"Goradi...!" seru Ki Rampik terkejut
"Hup...!"
Rangga tidak banyak tanya lagi. Pendekar Rajawali Sakti langsung melesat cepat mengejar Goradi yang sudah jauh berlari. Sementara Ki Rampik yang juga mau mengejar, jadi membatalkan niatnya. Dia mendengus, menatap tajam Si Kumbang Bukit Lontar yang masih diringkus Pandan Wangi.
"Kau akan menerima hukuman yang setimpal, Keparat. .!" desis Ki Rampik geram.
Ki Rampik memandangi Pandan Wangi sebentar, kemudian mengambil si Kumbang Bukit Lontar dan tangan si Kipas Maut itu dengan gerakan yang kasar sekali. Lalu, digiringnya Sentanu pergi dari tempat itu. Sedangkan Pandan Wangi segera mengawal gadis-gadis yang hampir saja menjadi korban kebuasan nafsu pemuda itu.

70. Pendekar Rajawali Sakti : Kumbang Bukit LontarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang