Sementara itu jauh dari Desa Jalakan, tepatnya disebuah bangunan besar yang dikelilingi pagar tinggi berbentuk benteng, tampak Rangga dan Pandan Wangi duduk bersila di depan seorang gadis cantik yang tengah bersemadi. Di samping Pendekar Rajawali Sakti, duduk bersila seorang pemuda berwajah tampan yang tidak berkedip memandangi gadis cantik berbaju putih di depannya. Dialah Jaka Umbaran, putra sulung Ki Jambak Gora.
Sedangkan gadis berbaju putih itu adalah Sutiningsih, yang telah diselamatkan Pendekar Rajawali Sakti atas keroyokan empat dari Lima Iblis dari Utara. Sutiningsih memang harus melakukan semadi beberapa kali, agar kesehatannya pulih kembali. Hanya saja, kali ini dia sudah boleh mengenakan baju.
Tak ada seorang pun yang mengeluarkan suara. Di dalam ruangan berukuran tidak begitu besar itu terasa sangat sunyi. Setelah cukup lama Sutiningsih melakukan semadi, lalu perlahan-lahan kemudian membuka kelopak matanya sedikit demi sedikit. Kemudian matanya dikerjapkan beberapa kali. Pandangannya langsung bertemu tatapan mata Rangga yang duduk disamping Pandan Wangi.
Sementara, Jaka Umbaran langsung merangkak menghampiri adiknya itu. Beberapa saat mereka saling berpandangan tanpa mengucapkan satu kata pun juga. Rangga dan Pandan Wangi juga mendekati gadis itu. Tampak sekali raut wajah Sutiningsih sudah kelihatan segar. Bahkan senyuman manis pun tersungging di bibirnya yang selalu memerah.
Namun, kelopak matanya jadi berkerut begitu menatap Rangga dan Pandan Wangi. Dia teringat kalau pemuda berbaju rompi putih itulah yang menyelamatkannya dari keroyokan empat orang tokoh persilatan undangan si Golok Setan.
"Bagaimana...? Sudah membaik?" tanya Rangga, sambil memberikan senyuman.
"Terima kasih atas pertolonganmu," ucap Sutiningsih, juga tersenyum. Gadis itu kemudian menatap Pandan Wangi sebentar, kemudian mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan ini. Lalu, ditatapnya Jaka Umbaran.
"Mana ayah?" tanya Sutiningsih, terus menatap Jaka Umbaran.
Sedangkan Jaka Umbaran hanya diam saja, dengan kepala sedikit tertunduk. Entah kenapa, pemuda itu tidak bisa menjawab pertanyaan adiknya ini. Dan Rangga juga tidak bisa menjawab. Demikian pula Pandan Wangi hanya diam saja, sambil memandangi Jaka Umbaran. Pandan Wangi sendiri tidak tahu, ke mana perginya Ki Jambak Gora setelah Sutiningsih dibawa ke sini oleh Pendekar Rajawali Sakti.
"Kakang Umbaran..., mana ayah?" Sutiningsih mengulangi pertanyaannya yang belum terjawab.
"Pergi," sahut Jaka Umbaran pelan. Begitu pelannya, hampir saja tidak terdengar suara pemuda itu. Sedangkan Sutiningsih semakin dalam memandanginya. Dan Jaka Umbaran terus tertunduk, lalu perlahan-lahan mengangkat kepalanya. Dibalasnya tatapan adik perempuannya ini. Sebentar kemudian dia bangkit berdiri, dan melangkah mendekati jendela yang sejak tadi tertutup rapat.
Begitu tangannya membuka jendela, sinar matahari langsung menerobos masuk menerangi ruangan ini. Pemuda itu terus berdiri di depan jendela memandang keluar. Seakan-akan ada sesuatu yang mengganjal, yang membuat hatinya begitu berat untuk mengatakan tentang perginya Ki Jambak Gora. Sedangkan Sutiningsih, Rangga, dan Pandan Wangi terus memandanginya. Sepertinya, mereka mengharapkan Jaka Umbaran mengatakan ke mana perginya Ki Jambak Gora.
"Ayah pergi ke Desa Jalakan...," jelas Jaka Umbaran pelan sekali, sambil memutar tubuhnya membelakangi jendela yang kini sudah terbuka lebar.
"Ke mana...?!" Sutiningsih tampak begitu terperanjat sekali mendengar kata-kata Jaka Umbaran barusan. Gadis itu langsung melompat bangkit dari duduknya. Bergegas dihampirinya Jaka Umbaran yang masih tetap berdiri membelakangi jendela.
Sementara itu, Rangga dan Pandan Wangi juga sudah berdiri. Mereka melangkah menghampiri Jaka Umbaran. Beberapa saat mereka semua terdiam. Sedangkan Jaka Umbaran sendiri kini sudah tertunduk, seakan tidak kuasa menerima tiga pasang sorot mata yang seperti tengah mengadilinya.
Dia merasa bersalah karena membiarkan Ki Jambak Gora pergi ke Desa Jalakan, yang sekarang dikuasai si Golok Setan. Terlebih lagi, sekarang ini di sana ada Dewi Bulan Hitam, Dewa Pedang Emas, Setan Tongkat Putih, dan Kipas Naga. Empat tokoh persilatan yang sudah ternama, dan tidak bisa dipandang rendah tingkat kepandaiannya.
"Kenapa kau biarkan ayah pergi ke sana, Kakang...?" ujar Sutiningsih bernada menyesal atas kepergian ayahnya ke Desa Jalakan.
"Ayah sendiri yang menginginkannya begitu. Ayah juga membawa semua muridnya," sahut Jaka Umbaran tidak mau disalahkan.
"Oh, celaka...," desah Sutiningsih.
"Sudah lama perginya?" selak Rangga, bertanya.
Jaka Umbaran hanya mengangguk saja.
"Berapa orang semua muridnya?" tanya Rangga lagi.
"Lima puluh orang," sahut Jaka Umbaran.
Rangga menatap Pandan Wangi sebentar, kemudian melangkah mendekati jendela Jaka Umbaran menggeser ke samping, seakan-akan memberi tempat bagi Pendekar Rajawali Sakti. Sebentar saja Rangga menatap keluar dari jendela yang dibiarkan terbuka lebar. Kemudian, pandangannya beredar merayapi wajah-wajah yang berada di dekatnya.
"Kalian disini saja. Biar aku yang mencari ayahmu," ujar Rangga sambil menatap Sutiningsih dan Jaka Umbaran bergantian.
"Aku ikut, Kakang," selak Pandan Wangi cepat.
Tapi pada saat itu, Rangga sudah melompat cepat bagai kilat keluar dan ruangan ini melalui jendela yang terbuka lebar. Dan tanpa membuang-buang waktu lagi, Pandan Wangi segera mengerahkan seluruh kekuatan ilmu meringankan tubuhnya. Tubuhnya langsung melesat menyusul Pendekar Rajawali Sakti yang sudah tidak terlihat lagi.
Kini di dalam ruangan itu tinggal ada Sutiningsih dan Jaka Umbaran. Mereka sama-sama berdiri di depan jendela, tapi tidak melihat Rangga maupun Pandan Wangi yang sudah begitu cepat sekali menghilang. Hal itu sudah menandakan kalau ilmu meringankan tubuh yang mereka miliki sudah mencapai tingkat yang tinggi. Terlebih lagi, Pendekar Rajawali Sakti. Ilmu meringankan tubuhnya memang sudah mencapai tingkat kesempurnaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
71. Pendekar Rajawali Sakti : Ladang Pembantaian
БоевикSerial ke 71. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.