Senja sudah merayap turun menyelimuti sebagian permukaan bumi ini. Matahari sudah begitu condong ke arah barat. Sinarnya yang semula begitu terik, kini terasa teramat lembut mengusap kulit putih halus seorang gadis berbaju putih yang berdiri tegak di atas puncak tebing. Pandangannya terasa begitu kosong, tertuju lurus ke arah Desa Jalakan.
Entah, sudah berapa lama desa itu dalam keadaan sunyi senyap, tanpa terlihat seorang penduduk pun. Dan memang, desa itu sudah ditinggalkan seluruh penduduknya, sejak Ki Langgu dan murid-muridnya datang dan langsung menguasainya. Gadis itu memalingkan kepala ke belakang, saat merasakan ada suara-suara langkah kaki yang begitu halus di belakangnya.
Perlahan tubuhnya diputar, saat melihat tiga orang laki-laki dan seorang wanita berjalan menuju ke arahnya. Gadis berbaju putih itu melangkah beberapa tindak ke depan. Langkahnya berhenti, lalu berdiri tegak disitu. Sikapnya tampak menunggu, sampai empat orang yang menghampirinya dekat di depannya. Dan mereka memang berhenti setelah jaraknya tinggal sekitar satu batang tombak lagi di depan gadis cantik berbaju putih itu. Beberapa saat mereka terdiam dengan sorot mata memancarkan ketajaman.
"Kau yang berjuluk Gadis Baju Putih...?" tegur salah seorang yang mengenakan baju warna kuning keemasan. Dialah Dewa Pedang Emas, yang pedangnya berwarna emas tampak tersampir di balik punggung.
Mereka berempat memang para sahabat Ki Langgu, yang diberi kekuasaan untuk mengusir gadis berbaju putih yang telah banyak menewaskan murid-murid Ki Langgu. Hanya saja, mereka tidak boleh membunuh gadis ini, dan hanya boleh mencederainya saja. Paling tidak, agar dia tidak kembali lagi ke Desa Jalakan.
"Siapa kalian?" gadis cantik berjuluk si Gadis Baju Putih, namun ada juga yang selalu menyebutnya si Perempuan Setan itu, malah balik bertanya. Sama sekali pertanyaan Dewa Pedang Emas tadi tidak dihiraukan.
"Kami para sahabat Kepala Desa Jalakan, dan telah mendapat tugas untuk mencari seorang gadis yang selalu mengenakan baju putih. Dan selama ini, baru kaulah yang kami temukan, Nisanak. Dan kau juga memakai baju warna putih. Apa kau benar gadis yang kami cari...?" jelas Dewa Pedang Emas.
"Kalau benar, kalian mau apa...?!" ketus sekali nada suara gadis itu.
"Kami hanya minta, agar kau tinggalkan Desa Jalakan selamanya. Dan, jangan sekali-kali kembali lagi ke sini, jika kau masih sayang dengan nyawamu sendiri," si Kipas Naga yang menyahuti.
"Oh..., jadi itu keinginan kalian...? Maaf, aku tidak bisa memenuhi permintaan itu. Bahkan aku akan merebut kembali desa ini dari tangan si Golok Setan itu. Aku akan mengusirnya, dan mengusir kalian semua dari desa ini!" tegas sekali kata-kata gadis berbaju putih itu.
Jawaban yang begitu tegas, membuat empat orang sahabat Ki Langgu itu jadi saling melempar pandangan satu sama lain. Mereka memang tidak menyangka kalau orang yang selama ini telah menggemparkan, ternyata seorang gadis yang masih muda usianya. Tubuh yang kecil mungil! dan raut wajah yang cantik, sama sekali tidak memberikan kesan kalau gadis itu mempunyai kepandaian tinggi sekali. Bahkan bisa mengacau murid-murid Ki Langgu yang dikenal berjuluk si Golok Setan itu.
"Kami hanya bicara sekali saja, Nisanak. Kalau kau tetap keras kepala, kami tidak segan-segan melakukan kekerasan untuk mengusirmu dari Desa Jalakan," ancam Dewa Pedang Emas.
"Kalian semua hanya pendatang yang merusak desa kami. Seharusnya, kalian yang angkat kaki!" sentak Gadis Baju Putih itu jadi berang.
"Biar aku yang memberinya pelajaran, Pedang Emas," selak Dewi Bulan Hitam setengah berbisik suaranya.
"Hm...," Dewa Pedang Emas menggumam pelan.
Sebentar Dewa Pedang Emas melirik Dewi Bulan Hitam yang berdiri tepat di samping kanannya. Kemudian, kepalanya terangguk sedikit. Dewi Bulan Hitam tersenyum tipis, lalu kakinya melangkah ke depan beberapa tindak. Dia mendekati Gadis Baju Putih yang masih tetap berdiri tegak, tak bergeming sedikit pun juga. Sorot matanya juga masih terasa begitu tajam. Dewi Bulan Hitam baru berhenti melangkah, setelah jaraknya tinggal lima langkah lagi di depan gadis cantik berbaju putih bersih itu.
Wuk! Wuk! Wuk...!
Dewi Bulan Hitam segera memutar-mutar sepasang tongkat pendeknya yang ujungnya berbentuk bulan sabit berwarna hitam pekat. Putarannya begitu cepat, hingga menimbulkan deru angin keras bagai hendak terjadi badai topan. Kening gadis baju putih jadi berkerut, memperhatikan gerakan sepasang tongkat pendek berujung bulan sabit itu.
"Heh...!"
Tiba-tiba saja Dewi Bulan Hitam menghentakkan tangan kanannya ke depan. Dan seketika itu juga, tongkat yang berada di tangan kanannya melesat cepat ke arah Gadis Baju Putih.
Wusss!
"Uts!"
Cepat sekali gadis cantik berbaju putih itu memiringkan tubuh, sehingga tongkat yang berputar cepat dan melesat ke arahnya jadi lewat di sampingnya. Namun dia jadi terkejut! Tiba-tiba saja, tongkat pendek yang berputar cepat itu berbalik begitu mendadak, dan langsung meluruk deras ke arahnya.
"Hup...!"
Cepat-cepat Gadis Baju Putih melenting dan berputaran beberapa kali. Rupanya, dia berhasil menghindari serangan tongkat yang berputar cepat ke arahnya. Namun begitu kaki menjejak kembali ke tanah, tongkat pendek berwarna hitam itu sudah kembali berada dalam genggaman tangan Dewi Bulan Hitam. Wanita yang mengenakan baju ketat serba hitam itu jadi tersenyum, melihat serangannya dapat dihindari gadis cantik yang usianya jauh lebih muda darinya itu.
"Bagus...! Rupanya kau memiliki kepandaian tinggi juga, Nisanak. Aku ingin tahu, sampai di mana tingkat kepandaianmu," tantang Dewi Bulan Hitam agak mendesis suaranya.
"Hhh...!" Gadis Baju Putih hanya mendengus saja, menghembuskan napasnya.
Sementara itu Dewi Bulan Hitam sudah kembali bersiap hendak menyerang kembali. Dan tiba-tiba saja, sambil berteriak keras menggelegar Dewi Bulan Hitam melompat cepat bagai kilat. Kedua tongkatnya langsung dikebutkan ke arah tubuh Gadis Baju Putih
"Hup! Yeaaah...!"
Gadis cantik berbaju putih itu, cepat-cepat melenting ke udara. Namun Dewi Bulan Hitam juga cepat melesat mengejar di udara. Terpaksa Gadis Baju Putih meliuk-liukkan tubuhnya, menghindari setiap kebutan sepasang tongkat berujung bulan sabit hitam itu. Lalu sambil memutar tubuhnya ke belakang, manis sekali kakinya menjejak tanah. Dan tepat pada saat itu, Dewi Bulan Hitam juga mendarat begitu ringan dan manis di tanah. Namun, kembali cepat tongkat di tangan kanannya dikebutkan ke arah perut.
"Heh...!"
Bet!
"Uts...!"
Untung saja gadis itu cepat-cepat menarik perutnya ke belakang, sehingga kebutan pedang berujung bulan sabit itu hanya lewat saja di depan perutnya. Tapi belum juga tubuhnya bisa ditegakkan kembali, tiba-tiba Dewi Bulan Hitam sudah kembali melakukan serangan cepat. Langsung dilepaskannya satu tendangan keras menggeledek ke arah dada, sambil memiringkan tubuh ke kanan.
"Yeaaah...!"
"Hait...!"
Gadis Baju Putih tidak ada kesempatan lagi untuk menghindar. Dengan cepat sekali, tangannya dihentakkan untuk menangkis tendangan kaki Dewi Bulan Hitam. Tak dapat dihindari lagi, tangan dan kaki itu beradu keras di depan dada Gadis Baju Putih. Lalu, mereka sama-sama melompat mundur beberapa langkah.
"Hup! Yeaaah...!"
Sret! Wuk...!
Bagaikan kilat, Gadis Baju Putih melompat sambil mencabut pedangnya yang tergantung di pinggang. Dan secepat kilat pula, pedangnya dikebutkan ke arah dada Dewi Bulan Hitam yang baru saja bisa menjejakkan kakinya di tanah.
"Heh!"
Cepat-cepat Dewi Bulan Hitam mengebutkan tongkatnya yang ada di tangan kanan, menangkis tebasan pedang Gadis Baju Putih yang mengarah ke dada.
Trang!
Bunga api seketika memercik, ketika dua senjata beradu keras di depan dada itu. Dan pada saat yang bersamaan, Dewi Bulan Hitam mengebutkan tongkat yang satu ke arah perut gadis cantik berbaju serba putih itu. Namun belum juga ujung tongkatnya mendekat, tiba-tiba saja tangan kiri gadis itu sudah mengebut cepat sekali untuk menepak pergelangan tangan yang menggenggam senjata tongkat berujung bulan sabit berwarna hitam itu. Begitu cepat tepakannya, sehingga membuat Dewi Bulan Hitam jadi terkejut. Namun dia terlambat untuk menarik pulang tangannya.
Plak!
"Ikh...!"
Hampir saja tongkat di tangan Dewi Bulan Hitam terlepas, kalau saja tidak buru-buru melenting ke belakang. Bibirnya sedikit meringis, merasakan pergelangan tangannya jadi nyeri dan berdenyut bagai baru tersengat kala berbisa.
"Hiyaaa...!"
Bagaikan kilat, Gadis Baju Putih melompat sambil melepaskan satu tendangan keras menggeledek, sebelum Dewi Bulan Hitam bisa menguasai keseimbangan tubuhnya. Sehingga, tidak ada lagi kesempatan bagi Dewi Bulan Hitam untuk menghindarinya. Tapi sedikit lagi telapak kaki gadis itu mendarat di dada Dewi Bulan Hitam, mendadak saja...
Wusss...!
"Heh...?!"
Gadis Baju Putih jadi terkejut setengah mati, begitu tiba-tiba berkelebat sebuah bayangan kuning keemasan ke arah kakinya. Buru-buru kakinya yang sudah terulur lurus ke depan ditariknya. Dan seketika itu juga tubuhnya melenting ke belakang beberapa kali. Manis sekali gadis itu menjejakkan kakinya, begitu mendarat di tanah.
Di samping Dewi Bulan Hitam, kini sudah berdiri seorang laki-laki berusia sekitar tiga puluh lima tahun. Bajunya berwarna kuning keemasan, dengan sebuah pedang yang berwarna emas tersampir di punggung. Wajahnya terlihat cukup tampan. Namun, sorot matanya memancarkan kebuasan. Terlebih lagi melihat wajah gadis itu yang memang cantik sekali. Sehingga, kedua bola matanya jadi berbinar penuh arti.
"Hhh! Kenapa tidak semuanya saja yang maju...?" dengus Gadis Baju Putih terasa begitu sinis sekali nada suaranya.
Wuk!
Langsung saja pedangnya dikebutkan ke depan, dan tersilang di depan dada. Lalu... "Hiyaaa...!"
Cepat sekali gadis cantik berbaju serba putih itu melesat sambil cepat sekali mengebutkan pedang kearah Setan Tongkat Putih yang sejak tadi tidak bergeming sedikit pun dari tempatnya. Serangan Gadis Baju Putih yang begitu cepat dan tidak terduga sama sekali, sungguh sangat mengejutkan. Sehingga, membuat Setan Tongkat Putih jadi terbeliak.
"Hup!" Namun dengan gerakan cepat sekali, Setan Tongkat Putih meliukkan tubuhnya menghindari tebasan pedang gadis cantik berbaju putih itu. Namun serangan itu tidak berhenti sampai di situ saja. Dengan cepat sekali gadis itu memutar tubuhnya, dengan pedang terus berkelebat cepat menyerang ke arah si Kipas Naga yang berada tidak jauh dari Setan Tongkat Putih.
Bet!
"Uts!"
Cepat-cepat si Kipas Naga mengebutkan kipasnya yang bergambar seekor naga hitam, hingga terkembang di depan dada. Sehingga, ujung pedang Gadis Baju Putih itu hanya menghantam kipas bergambar naga hitam yang terkembang di depan dada.
Tring!
"Hiyaaa...!"
"Hup...!"
Gadis Baju Putih cepat-cepat melenting ke atas, ketika tiba-tiba saja dari arah belakang Dewi Bulan Hitam menyerang cepat dengan kedua tongkat kembarnya, gerakan menggunting ke arah pinggang. Namun serangan dari belakang itu tidak sampai mengenai sasaran. Memang, Gadis Baju Putih sudah cepat mengetahui. Maka tubuhnya segera melenting ke udara, sampai melewati atas kepala wanita berbaju serba hitam itu.
Dua kali Gadis Baju Putih melakukan putaran di udara, lalu manis sekali menjejakkan kakinya di tanah. Tapi baru saja tubuhnya ditegakkan, Dewa Pedang Emas sudah melakukan serangan cepat sekali. Pedangnya yang berwarna kuning keemasan berkelebat bagai kilat ke arah leher gadis cantik bertubuh kecil mungil itu.
"Hiyaaa...!"
"Hait...!"
Dengan hanya menarik kepala ke belakang, pedang berwarna keemasan itu lewat di depan tenggorokan gadis itu. Dan dengan cepat sekali pedangnya dikebutkan ke depan, membuat Dewa Pedang Emas terpaksa harus bersalto ke belakang. Empat orang tokoh persilatan sahabat Ki Langgu itu, kini memang tidak bisa lagi mencegah pertarungan dengan gadis cantik bertubuh kecil mungil yang selama ini dikenal sebagai Gadis Baju Putih itu.
Karena, gadis itu memang seperti sengaja. Mereka dipaksa harus bertarung menggeroyoknya. Dia selalu mencuri kesempatan menyerang siapa saja. Padahal, mereka tampaknya enggan mengeroyok. Dan hal ini membuat mereka jadi berang juga. Hingga, tidak lagi mempedulikan pesan Ki Langgu untuk tidak sampai menewaskan gadis ini.
Mereka sekarang melakukan serangan-serangan dahsyat, membuat gadis berbaju putih itu terpaksa harus berjumpalitan menghindarinya. Hingga, sedikit pun tidak lagi diberi kesempatan untuk bisa membalas serangan. Dan dia hanya bisa berkelit, menghindari setiap serangan yang datang dari empat penjuru itu. Beberapa kali pedangnya beradu untuk menangkis serangan masing-masing lawan.
Pertarungan sengit pun tidak dapat dihindari lagi. Serangan demi serangan datang silih berganti dengan kecepatan begitu tinggi. Akibatnya, gadis itu semakin kelihatan kewalahan saja menghadapinya. Beberapa kali dia terpaksa harus menjatuhkan diri dan bergelimpangan di tanah, menghindari serangan-serangan yang datang dari empat penjuru. Bahkan sudah beberapa kali pula, terpaksa menerima pukulan maupun tendangan keras. Akibatnya, pertahanannya semakin kelihatan mengendur.
"Hiyaaa...!"
Tiba-tiba saja, Dewa Pedang Emas melenting ke udara. Dan secepat itu pula, pedangnya dikebutkan kearah kepala Gadis Baju Putih ini. Tapi, gadis cantik bertubuh kecil mungil itu cepat merunduk menghindari tebasan pedang berwarna kuning keemasan itu. Dan pada saat yang bersamaan, si Kipas Naga sudah melepaskan satu pukulan keras yang mengarah ke dada. Begitu cepat pukulannya, sehingga Gadis Baju Putih tidak sempat lagi menghindarinya. Dan....
Desss!
"Akh...!" gadis itu terpekik keras agak tertahan.
Di saat tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang, satu tendangan menggeledek dari Dewi Bulan Hitam kembali mendarat dipunggungnya. Tak pelak lagi, gadis itu langsung tersungkur mencium tanah sambil memekik keras sekali. Dan pada saat menggelimpang di tanah, tiba-tiba saja Setan Tongkat Putih sudah melompat cepat sambil berteriak keras menggelegar. Ujung tongkatnya yang runcing, terarah lurus ke dada Gadis Baju Putih itu.
"Hiyaaa...!"
"Oh...?!"
Gadis itu hanya bisa ternganga saja. Dan memang, dia tidak punya kesempatan lagi untuk menghindari. Di samping dadanya masih terasa sesak akibat terkena pukulan si Kipas Naga, juga punggungnya begitu nyeri karena terpaksa harus menerima tendangan Dewi Bulan Hitam tadi. Dan sekarang, Setan Tongkat Putih sudah meluruk deras dari atas dengan ujung tongkatnya yang runcing tertuju lurus ke arah dada. Namun....
Wusss...!
Trak!
"Heh...?!"
"Ohhh...."
Tiba-tiba saja berkelebat sebuah bayangan putih ke arah tongkat yang hampir menghujam ke dada gadis berbaju serba putih itu. Akibatnya, tongkat yang berujung runcing tajam itu jadi terpental ke udara, sehingga mengejutkan pemiliknya. Cepat-cepat Setan Tongkat Putih melenting ke udara, mengejar tongkatnya yang melayang tinggi ke angkasa.
"Hap!"
Begitu berhasil mendapatkan tongkatnya yang terpental kembali, Setan Tongkat Putih kembali menjejakkan kakinya di tanah. Gerakannya begitu manis dilihat. Setan Tongkat Putih langsung jadi terbeliak lebar matanya, dengan mulut ternganga. Demikian pula Dewi Bulan Hitam, si Kipas Naga, dan Dewa Pedang Emas jadi terlongong begitu melihat seorang pemuda tampan berbaju rompi putih tahu-tahu sudah berdiri tegak di samping tubuh Gadis Baju Putih yang tergolek di tanah.
Memang, pemuda itulah yang tadi menggagalkan maksud Setan Tongkat Putih untuk mengakhiri hidup si Gadis Baju Putih ini. Sementara itu, pemuda berbaju rompi putih yang tiba-tiba muncul ringan sekali mengangkat tubuh gadis itu, dan memondongnya. Sebentar dirayapinya empat wajah yang memandanginya seperti tidak percaya atas kemunculannya yang begitu tiba-tiba bagai setan tadi. Kemudian....
"Hup...!"
Begitu cepat dan ringan sekali gerakannya. Sehingga hanya sekali lompat saja, pemuda tampan berbaju rompi putih itu sudah lenyap dari pandangan mata. Tentu saja sambil membawa si Gadis Baju Putih yang berada di dalam pondongannya. Sementara, empat orang tokoh persilatan sahabat Ki Langgu hanya bisa berdiri bengong, saling melemparkan pandangan satu sama lain. Tidak ada yang bisa mereka lakukan. Bahkan untuk mengejar pun, sudah tidak mungkinlagi dilakukan. Karena, gerakan pemuda berbaju rompi putih itu demikian cepat sekali. Bagaikan lenyap ditelan bumi saja kepergiannya.***
KAMU SEDANG MEMBACA
71. Pendekar Rajawali Sakti : Ladang Pembantaian
ActionSerial ke 71. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.