"Lo ngerasa nggak sih, Kyu?"
Junkyu yang awalnya lagi sibuk ngunyah bakso nya itu diem, "Apa? Pedes? Enggak ah, b aja." sahutnya, dan kembali menikmati bakso Mang Ucil langganannya.
Yoonbin yang ada di depannya itu leluasa menjitak kepala Junkyu dengan mudah, "Maksud gue, soal kematian Yena." sambungnya, membenarkan.
Junkyu yang sehabis di jitak oleh tetangganya itu mengelus pelan kepalanya, "Gila, udah setahun, Ben. Dan lo masih kepikiran?" sungutnya kesal.
"Lo sadar ngomong gitu, Kyu?"
Junkyu mengangguk pelan sambil meraih teko bening di depannya untuk menuangkan air mineral dari teko.
"Kyu, selama apapun Yena ninggalin dunia, nggak akan gue lupain keberadaan dia. Lagian, dia mati dengan cara yang bisa dibilang nggak wajar, Kyu." ucap Yoonbin sembari membenarkan kursi plastik yang di dudukinya.
Junkyu mengangguk mengerti, "Ya terus, lo mau gue ngapain? Selidiki pembunuhan Yena yang kejadian nya setahun lalu? Gue nggak mahir, Ben, gue bukan detektif." ucapnya tak tahu lagi harus bicara apa.
Yoonbin mengusap wajahnya kasar, beruntung jidatnya yang mulus bak tanah lapang itu tak ada jejak satu beruntusan pun disana.
"Yuk tanya ke Renjun!" ucapnya sambil menarik pergelangan tangan Junkyu yang masih memegang sendok.
"hAh? Renjun bukannya kasir apaanmart depan rumah Yena? Lo mau ngapain ke sana, mau cari lowongan?" bantahnya sambil menarik lengannya dari tangan Yoonbin.
"Renjun pasti tau siapa pelakunya. Secara, dia selalu cek ulang cctv daerah Yena."
Junkyu membulatkan matanya beberapa saat, "Gue baru inget, sumpah. Tapi, Ben, kalo dia selalu cek ulang cctv nya, mungkin dia udah lapor ke pihak keluarga Yena setelah kejadian?" tanya Junkyu bingung.
"Mungkin dia nggak tau kalo Yena di bunuh?"
Junkyu kini menggeleng tak setuju, "Nggak tau darimana? Orang dia selalu jaga disana tanpa absen— atau, dia ada sangkut pautnya sama kasus Yena?" ucapnya kaget, sambil merogoh saku celana jeans yang dipakainya, "Coba lo hubungin Bang Winwin, Ben. Gue mau telepon anak-anak dulu buat ngomongin soal ini." sambungnya hampir membuat Yoonbin kelimpungan.
Yang membahas soal inikan, Yoonbin. Lah, kok Junkyu yang kelihatan heroik? Gila, pinter banget bocah itu memutarbalikkan keadaan.
Selepas, perbincangan dua cowok tadi, meja dengan bentuk persegi panjang ini sudah dipenuhi oleh beberapa remaja, diantaranya; Yoonbin, Junkyu, Winwin, Dahyun, Mashiho, Minju, Yedam, Jihoon, Yuri, dan Doyoung?
Entah siapa yang menghubungi cowok itu. Tapi dari alasan yang didengar oleh 8 remaja yang kini sudah duduk di meja makan ditemani bakso dan minuman masing-masing, bahwa Doyoung datang kemari karena kebetulan ia berpapasan dengan Jihoon di depan kompleksnya, dan jadilah Doyoung ikut nebeng saat tahu Jihoon akan kumpul dengan KKS siang ini.
"Udah, lah bodo amat meski pun ada Doyoung. Toh, dia nggak ada sangkut pautnya sama kasus Yena, kan?" ucap Jihoon tak terima saat ketujuh sahabatnya itu menatap nya malas.
"Justru itu masalahnya, Park Jihoon! Dia nggak ada sangkut pautnya .., jadi, apa nggak salah kalo lo bawa anak orang ke kasus penting begini?" sungut Dahyun emosi.
Seisi meja itu mengangguk setuju dengan ucapan Dahyun yang banyak benarnya.
"Lagipula, ini masalah kasus Yena yang serius lho, Hoon." sahut Minju menambah 0,1% ke keakuratan ucapan Dahyun.
"Ya siapa yang bilang kita lagi main ular tangga sih, Ju? Gue paham maksud kalian, tapi niat dia disini cuma mau bantu kalian buat menyelesaikan masalah ini." ucapnya berusaha menguatkan diri karena tak ada yang membela.
"Udah, lah kalo emang gini, mending gue balik ya, Hoon?" ucap Doyoung tiba-tiba yang membuat semua mata menatap nya dengan cara tatap yang beragam.
"Jangan, Young! Lo nggak bawa motor, kan?" cegah Jihoon tak enak hati.
"Iya, tapi temen-temen lo kayak nggak suka kalo gue ada di tengah-tengah mereka. Lagian—"
"Persepsi apaan, sih yang lagi lo bahas? Kebanyakan bacot! Gue terima kalo kehadiran lo gabung disini buat nyelesain kasus kematian Yena. Tapi, kalo lo emang ada niat terselubung, mending lo pergi sekarang juga." ucap Yoonbin to the point.
Winwin yang mendengar ucapan Yoonbin itu berdiri kokoh hendak mengelak, "Lo gila, Ben? Lo tau, kan kalo Doyoung itu nggak suka sama Yena selama Yena hidup? Dan sekarang, lo main setuju-in gitu aja dia gabung sama kita?" ucapnya tak percaya dengan kekasih mendiang Yena, sepupunya.
Yuri yang berada di sampingnya itu kerap menenangkan Winwin dari emosi nya, "Udah, Win. Yoonbin bener, kalo Doyoung emang ikhlas mau bantu kita pecahkan kasus kematian Yena, kenapa engga? Lagian, kamu jangan egois. Pikirin ketenangan Yena di alam sana juga, dia pasti nggak tenang kalo pembunuhnya nggak di kasih hukuman yang setimpal sama apa yang udah dia perbuat ke Yena sampai dia kehilangan nyawanya." ucapnya dengan nada lembut.
Winwin kikuk, "Tapi, Ri—" Yuri menggenggam tangannya bermaksud meyakinkan kekasihnya itu untuk tenang, "Percaya. Yang kita butuhkan cuma itu, Win."
Winwin mengangguk pasrah, "Oke, lo boleh ikut misi ini dengan satu syarat."
"Hah? Syarat?" ucap kedelapan remaja itu kompak. Bisa di dengar jika suara paling nyaring adalah suara milik Junkyu yang membuat Mang Ucil tergusur dari dapurnya dan melihat suasana meja makan tempat para remaja itu berkumpul.
"Doyoung harus turut in apapun persyaratan yang gue buat." sambung Winwin dengan muka tembok.
Seluruh anggota KKS dibuat menganga, pasalnya Winwin tak menyebutkan apa persyaratan nya.
Tanpa pikir panjang, Doyoung menganggukkan kepalanya dan menatap Winwin lekat-lekat, "Gue setuju."
ciaa dikasih bonus wkwk. btw, udah genap setahun nih gue nggak mampir di lapak ini hehe, gimana? ada yang kangen KKS— koala kumal squad??
![](https://img.wattpad.com/cover/179275880-288-k580018.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 1. PROMISE (Only You) | Choi Yena x Treasure 13
Humor[ c o m p l e t e d ] Berisi kisah Choi Yena, para sahabatnya (KKS) Koala Kumal Squad, dan lelaki pujaannya, Ha Yoonbin. Notes; Belum terkena sentuhan revisi dan unpub. Lemungkinan terdapat typo, kesalahan dalam letak nama peran, bahasa yang kurang...