Chapter 2

8.5K 814 27
                                    

Cerita ini update tiap hari jam 7 malam ya~~ semoga tidak lupa hehe 

Malam ini Christy makan bersama Edibel dan Jupiter seperti janji sebelumnya di restoran yang biasa mereka datangi. Mereka hanya makan bertiga. Di restoran yang dimiliki koki terkenal bernama Sky Williams, mereka menyantap daging steak ditemani red wine. Berbeda dengan Edibel dan Jupiter yang meneguk red wine, Christy lebih suka minum air putih. Selama beberapa saat mereka fokus menyantap sambil sesekali membicarakan hal lain seputar kasus yang ditangani bersama. Barulah setelah selesai menyantap daging steak, mereka menunggu dessert yang akan datang sebentar lagi.

"Omong-omong, ada pertanyaan yang mau gue tanyain," ucap Christy tiba-tiba mengubah topik. Melihat Jupiter dan Edibel menoleh kepadanya secara bersamaan, Christy melanjutkan, "Seandainya gue ikut acara ajang cari jodoh gimana?"

"Ikut aja. Kenapa nggak?" jawab Edibel. Begitu pula Jupiter yang turut mengangguk setuju.

"Masalahnya harus bersedia dikarantina selama dua belas minggu. Gue nggak mau kehilangan pekerjaan gue kalau ikut acara itu. Belum lagi kalau orang-orang nonton acaranya. Apa tanggapan mereka tentang gue? Bisa dibilang hopeless." Christy menjelaskan kekhawatirannya. Kalau mengikuti acara itu dia berhasil merebut hati sang pangeran, berarti bagus. Kalau tidak? Sudah malu karena ikut acara seperti itu, jodoh pun tak dapat. Ibunya pasti ceramah sepanjang hari seperti biasa.

Edibel meletakkan gelas berkaki miliknya di atas meja. Topik kali ini lebih menarik daripada membahas kasus. "Well, kenapa kita harus peduli omongan orang lain? Ikut acara ajang cari jodoh kayak gitu bukan karena hopeless, tapi kita ingin mencoba sesuatu yang baru. Cari pasangan lewat teman, dijodohin, atau kenalan di dunia maya udah biasa. Cari pasangan dari acara ajang cari jodoh kayak gitu unik. Lo nggak perlu memikirkan tanggapan orang."

Christy diam memikirkan kata-kata Edibel.

"Lo udah kerja di kantor law firm bokap gue dari lulus kuliah. Gue rasa bokap nggak masalah kalau lo ambil cuti panjang selama dua belas minggu karena ingin ikut acara ajang cari jodoh itu. Gue bisa bicarakan dan pasti bokap paham. Toh, dia nggak akan kehabisan lawyer. Masih banyak yang bisa diutus urus beberapa kasus. Kalau memang lo berminat, coba aja," lanjut Edibel.

"Sebenarnya gue nggak berminat. Tapi nyokap selalu menanyakan soal calon suami. Padahal gue belum tertarik pacaran. I mean, gue masih ingin sendiri dan meniti karier." Christy menghela napas berat.

"Mungkin nyokap lo khawatir karena umur lo, Chris," kata Jupiter.

"Ini dia yang bikin gue nggak ngerti. Kenapa sih orang-orang berpikir kalau umur kita sudah memasuki umur 26 tahun ke atas, harus cepat menikah sebelum nggak laku? Gue nggak paham sama pemikiran yang kayak gitu. Padahal belum menikah itu bukan berarti nggak laku. Siapa tahu dia lebih senang sendiri. Toh, kalau gue nggak menikah nggak bakal kiamat juga," cerocos Christy mulai meninggikan nada bicaranya karena kesal.

"Calm down, Chris. Jangan sampai banting meja," canda Edibel mencoba mencairkan suasana. "Kebetulan keluarga gue bukan tipe yang rewel soal menikah. Adik gue sudah sering tunangan terus batal nikah, tapi mereka nggak mau ngomel. Mereka bilang kita sudah besar jadi tahu apa yang terbaik untuk hidup ke depannya. Ya, mungkin nyokap lo nggak mau lo punya anak di usia terlalu tua. Pikir positifnya aja."

"Iya, gue tahu itu. Ada juga yang bilang kalau umur tiga puluh belum menikah nanti bakal banting harga. Memangnya barang? Banyak kok orang menikah di umur yang lebih tua. Lihat deh Syahrini. Dia menikah di umur yang sudah matang banget. Terus kenapa? Lebih baik menikah telat ketimbang menikahi laki-laki yang salah, kan?"

Indonesia Mencari Jodoh (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang