Warning!
Di sini saya menulisnya usia mereka tidak berbeda jauh. Biar sayanya ga bingung wkkwkwkwkwk
"Mas, gue duluan." Dama berpamitan pada sang kakak seraya menyampirkan tas punggungnya yang bertuliskan 'Anti Sosial Sosial Club'.
Namun, sebelum benar-benar berlalu dari hadapan Gaza, Dama dengan iseng mengacak rambut Senja yang berdiri di samping Gaza.
"Dam!" Gaza memperingati sang adik. Matanya melirik Senja yang tampak cemberut karena ulah Dama.
"Kabur!" teriak Dama begitu merasakan alarm bahaya.
"Nggak apa-apa, kan?" Gaza memperhatikan Senja yang tampak merapikan rambutnya. Tatapan dalam yang diberikan Gaza ternyata mampu membuat Senja menjadi salah tingkah.
"Nggak," ucap Senja pelan sambil menunduk. Menyembunyikan rona merah di kedua pipi gembilnya.
"Ayo, Mas antar ke kelas." Senja mengangguk dengan wajah tertunduk.
Sejak kepindahan Senja ke sekolah yang sama dengan Gaza, Senja selalu ke kelasnya bersama Gaza. Perlakuan istimewa itu membawa Senja menjadi bahan pembicaraan seantero sekolah. Terutama teman-teman sekelasnya. Walau perasaan tidak nyaman itu selalu membayangi Senja, gadis itu tidak bisa mengutarakan penolakan.
"Nanti Mas jemput. Kita ke kantin bareng," pesan Gaza begitu keduanya sudah berada di depan pintu kelas Senja. Dan, Senja kembali menganggukkan kepalanya, menyetujui keinginan sang kakak.
Sejujurnya, Senja ingin Gaza memberikannya kelonggaran. Senja ingin mandiri. Dia ingin berteman dengan yang lain, ingin ke kantin bersama teman-teman perempuannya, tetapi Senja sadar dia sendiri tidak memiliki teman. Jadi, untuk apa menolak keinginan Gaza?
Ting.
Satu notifikasi pesan masuk ke ponsel Senja.
Mas
Kalau ada yang ganguin bilang sama Mas.
Seketika kepala Senja terangkat, matanya menatap punggung lebar Gaza yang sudah menjauh darinya. Hatinya berdebar saat menyadari betapa perhatian Gaza pada dirinya. Menyadari hal itu, Senja akhirnya tahu dia harus tetap mengikuti semua perkataan Gaza.***
Setelah mengantarkan Senja, Gaza menuju ke kelasnya. Jujur saja, Gaza menginginkan bisa selalu berada di dekat Senja. Memastikan gadis itu akan selalu jauh dari kesulitan apa pun. Namun apa daya, Senja terpaut satu tahun di bawahnya. Sehingga mau tak mau Gaza harus banyak-banyak bersabar.
Gaza memasuki kelasnya dengan senyum kecil tersungging di bibirnya. Aura bahagia terpancar dari wajah.
Tetapi, ekspresi bahagia itu justru terlihat aneh bagi Aqsa, sahabat Gaza.
"Za, lo kerasukan?"
"Sembarang. Lo, tuh, yang kerasukan. Pagi-pagi udah nanya yang aneh," sahut Gaza sambil duduk di sebelah Aqsa. Mood Gaza seketika hancur, ekspresi bahagia di wajahnya luntur dan digantikan dengan ekspresi datar.
Aqsa, sahabat sehidup semati Gaza--bagaimana tidak, keduanya seolah sudah ditakdirkan untuk selalu bersama. Mereka telah menjadi sahabat sekaligus teman sekelas ples teman sebangku sejak dari TK sampai SMA. Wajar jika keduanya dilabeli 'Sahabat Sehidup Semati.'
"Nanti sore jadi les matematika, kan?" tanya Aqsa sambil membuka kotak bekalnya yang berisi roti bakar dan telur mata sapi kesukaannya.
Gaza melirik, melihat Aqsa yang sibuk dengan roti bakar isi selai kacang dan telur mata sapi. Hah, kebiasaan Aqsa sejak dulu tak pernah berubah. Selalu membawa sarapannya ke sekolah.
"Buruan makan, sebelum guru masuk."
"Oke." Dengan lahap Aqsa memakan bekalnya hingga ludes tak tersisa. Tak sedikit pun laki-laki penyuka basket itu menawarkan bekalnya pada Gaza. Bukan bermaksud pelit, tapi Aqsa tahu jika Gaza tidak suka selai kacang.
Setelah melahap habis bekalnya, Aqsa meneguk air mineral yang dibelinya di minimarket. "Alhamdulillah, kenyang." Tanpa sadar Aqsa bersendawa dengan keras hingga membuat Gaza mendelik ke arahnya.
"Sorry Za, kenyang gue."
Jam pelajaran berlalu dengan cepat tak terasa waktu istirahat pun tiba. Aqsa tidak heran lagi melihat Gaza lebih dulu keluar kelas daripada biasanya. Pasti sahabatnya itu akan menemui sepupu yang berstatus sebagai tunangannya.
Mengenai hubungan Gaza dan Senja yang bertunangan, hal itu hanya diketahui oleh keluarga dan orang-orang terdekat Gaza. Sisanya hanya tahu jika Senja adalah adik sepupu Gaza.
Bel istirahat yang telah berbunyi dua menit lalu tak membuat Senja meninggalkan tempat duduknya. Gadis itu terlihat betah duduk seorang diri.
"Ayo, ke kantin bareng."
Senja mengangkat wajahnya, sejenak dia tertegun menatap teman sekelasnya yang mengajak ke kantin bersama. Galuh, nama teman yang mengajak Senja.
"Kenapa? Kamu nungguin Gaza, ya?" Seharusnya, Galuh tidak perlu menanyakan hal yang sudah jelas.
"Iya, Maaf, ya. Kamu duluan aja, Galuh." Senja menolak dengan halus. Dia kembali menunduk, enggan menatap Galuh yang masih setia berdiri di sampingnya.
"Nggak apa-apa kali ke kantinnya bareng aku. Nanti juga bakalan ketemu Gaza di kantin. Takut amat sih," sungut Galuh. Laki-laki itu terus saja berceloteh tentang Gaza, bahkan memanggil Gaza tanpa embel-embel kak. Meskipun Gaza kakak kelasnya.
"Maaf, tapi aku mau nungguin Masku," balas Senja sopan.
Mendengar penolakan halus Senja-- Galuh berdecak malas.
"Jauhin tangan lo dari adik gue!"
Galuh sontak menurunkan tangannya yang hampir menyentuh Senja. Keduanya menoleh serentak pada sosok yang berdiri di depan pintu kelas. Terlihat Dama yang menatap tajam pada Galuh.
"Gue cuman mau ngajak Senja ke kantin." Galuh membela diri.
"Senja nggak boleh ke kantin sama cowok lain." Dama mendorong pelan pundak Galuh hingga memberi akses untuknya. "Jangan deketin adek gue lagi! Ini peringatan."
"Kak," Senja menggeleng, "Senja nggak apa-apa."
Dama berdecak. Tangannya terangkat dan menyentil dahi Senja hingga membuat Senja meringis.
"Galuh tadi cuman nawarin Senja ke kantin bareng," jelas Senja ketika menyadari raut ketidaksukaan Dama pada Galuh. Senja tahu Dama bersikap seperti itu karena ingin memastikan Senja selalu baik-baik saja.
"Tetap aja, Senja. Kakak nggak mau kamu ke kantin sama cowok sok cakep itu. Dia cowok hidung belang. Jauh-jauh darinya," pesan Dama. Matanya melirik sini Galuh yang sudah hengkang dari kelas.
Senja menurut. Walau tidak tahu apakah yang dikatakan Dama itu benar atau tidak, Senja akan mendengarkan. Selain itu, Senja juga harus tahu batasannya. Dirinya saat ini adalah milik Gaza, dan untuk itu dia harus menjaga jarak dari laki-laki lain.
Akan tetapi, ada hal lain yang jauh lebih penting Senja tak ingin menimbulkan keributan jika sampai nanti Dama melaporkan apa yang baru saja terjadi kepada Gaza. Senja tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi.
Yogyakarta 1 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan Gaza [New Version]
Teen FictionDI UNPUBLISH SEBAGIAN PART. TERIMA KASIH. PEMILIK CERITA INI LABIL WKKWWKK... Bercerita tentang Senja dan Gaza yang merupakan saudara sepupu, keduanya dijodohkan oleh orang tua mereka. Senja yang pendiam, pemalu dan ceroboh kemudian bersama dengan...