BAB 1 [Ayah, Dia Wanita yang Kucinta]

3.1K 201 109
                                    

Cerita ini sedikit berbeda dengan saudara sebelahnya, KARMA. Tapi masih satu jalur... kayanya.. wkwkwkwk..

Ini setingnya ketika Jingga sudah pergi ke Jerman 😁😁

Mungkin cerita ini lebih banyak benang kusutnya daripada KARMA.

Jangan bingung ya😂😂







Senja dari awal kelahirannya hingga tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik, hidupnya hanya berputar-putar dengan obat-obatan dan rumah sakit. Dilahirkan dengan kondisi tak sehat, membuatnya harus berjuang keras untuk hidup.

Kondisi menyedihkan itu tidak hanya dirasakan Senja, saudara kembar pun tumbuh dengan kondisi yang tidak berbeda jauh. Jingga, kembaran Senja yang lahir tujuh menit lebih duluan itu dalam keadaan tidak bisa melihat.

Senja tidak tahu pasti apa yang melatarbelakangi kondisi tidak sempurna yang dialami ia dan kakaknya. Keluarganya tidak sekalipun membicarakan perihal kecacatan yang ia dan kakaknya pikul sejak melihat dunia.

Menderita penyakit jantung bawaan sejak kecil membuat Senja hidup berdampingan dengan obat-obatan. Ia juga kerap kali menginap di rumah sakit, itu terjadi jika kondisinya drop. Karena lebih banyak menghabiskan separuh hidupnya dengan berkencan dengan obat-obatan, menginap di rumah sakit, Senja tidak merasakan kehidupan yang normal. Ia tidak bisa merasakan yang namanya pacaran, apalagi berboncengan berdua dengan pacar. Jangankan pacar, gebetan saja ia tidak punya.

Akan tetapi, Senja justru memiliki seorang tunangan. Yang tidak lain adalah sepupunya.

Pria itu adalah Gaza Diwangga Adi Yaksa.

Pria arogan, dingin, datar, kasar, cuek, dan yang paling penting adalah tidak romatis sama  sekali.

Senja hanya bisa bersembunyi di balik tembok dan mendengarkan pembicaraan antara kakak sepupunya, Gaza dengan pamannya.

Pandangannya tidak lepas dari punggung lebar sang tunangan, punggung itu yang sampai detik ini belum mampu Senja sentuh.

"Mas, perlu Ayah ingatkan lagi. Sekarang ini Mas punya tanggung jawab lain, untuk itu Ayah berharap Mas bisa menempatkan diri dengan baik. Karena saat ini Mas sudah menjadi tunangan Senja. Luangkan waktu lebih banyak lagi bersama Senja," terang Bintang sembari menatap putra sulungnya.

"Ayah tahu, Mas bisa menempatkan diri dengan baik. Senja saat ini bukan hanya adik Mas, tapi juga tunangan Mas."

"Mas tahu itu, Ayah," ujar Gaza mantap.

"Jaga Senja dan cintai dia seperti seharusnya. Dia ... layak untuk itu."

Ingin sekali Gaza mengamuk dan meraung setiap kali ia diingatkan dengan kondisi tak sempurna sang tunangan. Jujur, itu sangat menyakitkan.

"Mas janji akan menjaga--"

"Ayah nggak butuh janji, Ayah butuh bukti. Laki-laki dipegang perkataannya, tapi bukan berarti dia akan menepatinya."

"Mas sayang sama Senja--"

"Tapi lebih sayang pada Jingga," potong Bintang cepat.

Gaza terbelalak. Bagaimana bisa ayahnya menyimpulkan semua hanya dari pengamatannya tentang tugas Gaza menjaga adik-adiknya-- termasuk Jingga dan Senja.

"Ayah--"

"Ayah mohon, Mas harus bisa menyayangi keduanya dengan adil, nggak boleh berat sebelah. Apalagi Senja sekarang tinggal sama kita, Om Aldo dan Tante Nindi lagi ke luar negeri buat menemani Jingga berobat. Ayah harap Mas bisa menggunakan kesempatan ini untuk lebih perhatian sama Senja."

Mendengar permohonan ayahnya hati Gaza meradang. Bagaimana bisa semua keluarganya menganggap Gaza lebih menyayangi Jingga dibanding Senja. Namun, Gaza akhirnya sadar bahwa semua yang ia tampilkan ketika bersama Senja memang tidak ada satu pun yang menunjukkan sisi manisnya sebagai seorang tunangan. Karena Gaza lebih sering terlihat cuek dan dingin saat bersama Senja.

Tetapi di balik semua itu dan tanpa orang-orang sadari Gaza mencintai tunangannya, Senja. Ia telah mencintai gadis itu jauh sebelum mereka dijodohkan. Hanya saja Gaza tidak tahu bagaiamana harus menunjukkan rasa cintanya pada Senja.

Untuk perhatian Gaza pada Jingga  lebih dikarenakan pria itu takut tidak bisa mengendalikan dirinya jika terlalu dekat dengan Senja. Sejak awal, perasaan sayangnya pada Senja memang bukan lagi perasaan kakak pada adiknya melainkan perasaan pria pada seorang wanita. Maka dari itu Gaza selalu terlihat cuek pada Senja.

Mas cinta Senja, Ayah.

"Ayah cuman mau bilang itu, sekarang Mas boleh kembali ke kamar."

Tanpa banyak bicara Gaza kembali ke kamar. Membawa perasaan gundah dan gelisah karena memikirkan ucapan ayahnya.

"Perasaan yang merepotkan," gumam Gaza.

Sementara Senja yang sejak tadi menguping, harus merasa sakit saat dengan jelas ia mendengar ucapan Gaza saat ke luar dari ruang kerja ayahnya.

"Apa Senja selalu merepotkan Mas Gaza?" Senja memandang punggung Gaza yang mulai menghilang dari pandangannya. "Mas, Senja sayang sama Mas Gaza. Sayang banget," ujar Senj dengan mata yang berkaca-kaca.

Mungkin, Senja akan selalu dilanda gelisah, gundah, galau, bahkan sedih yang berkepanjangan selama ia tinggal seatap bersama sang tunangan. Hatinya akan diuji lebih keras lagi, sudah dipastikan ia akan menghabiskan waktu dengan air mata.

Yogyakarta 31 Januari 2020

Senja dan Gaza [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang