Part VI

554 68 36
                                    

Tangan kekar itu terus melancarkan serangan membabi buta. Tidak bisa mengimbangi, Todoroki menghabiskan seluruh kekuatannya untuk melindungi diri. Bakugou seperti hewan buas yang hilang kontrol. Meski keduanya tahu mereka bukan lawan yang seimbang, Bakugou terus melempar pukulan tanpa jeda.

Todoroki berhasil lolos dari lancaran serangan Bakugou. Semakin menghindar, semakin lelaki itu menggeram marah padanya.

Satu waktu dimana Todoroki berpikir pertahanannya tidak lagi cukup, pemuda pendiam itu melancarkan satu pukulan. Lelaki itu terkena pukulannya dan terjungkal ke belakang.

Seketika senyap. Bakugou sejenak menghentikan amukannya.

Bakugou menyeka darah di sudut bibirnya. Bahu tegap pemuda tampak itu bergetar. Tidak lama kemudian, terdengar suara gelak tawa membahana.

"Aku masih belum mengerti apa yang terjadi." Bakugou menatap tajam. Pemuda itu tampak mendengus dengan wajah sinis. "Tapi siapa orang itu yang bisa membuatmu sampai begini padaku?"

Meski lelaki itu telah berhenti mengamuk, Todoroki tetap menjaga jarak. Tidak ada alasan logis untuk menghadapi seorang Bakugou Katsuki secara langsung dalam keadaan marah.

"Tahan emosimu, Bakugou. Ingat ada di mana kita sekarang. Kau boleh marah padaku, tapi nanti. Tidak di sini, dan tidak dengannya."

"Aku tidak mengerti. Kenapa kau begitu keras kepala membelanya? Jika kau mau tau, yang kau bela itu adalah orang yang dengan menjijikannya berani menantangku!"

Todoroki seketika membulatkan mata tidak percaya.

"Seumur hidup tidak ada yang pernah berani melawanku. Bahkan kalian. Tapi di orang baru sialan itu." Bakugou menggeram, tangannya yang memerah mengepal kuat. Emosi pemuda itu tampak menyulut-nyulut.

Bukan hanya Todoroki, bahkan seisi aula berdesis tidak percaya. Mereka saling melempar pandangan, mengumpat dengan sumpah serapah. Menghujani Midoriya Izuku dengan tatapan kebencian.

"Berani mencari masalah padaku berarti siap untuk apapun. Dikeluarkan, atau pencabutan beasiswa. Rakyat jelata harus diajarkan sopan santun."

Teriakan para mahasiswa memenuhi aula dengan sangat menggila. Mereka serentak memaki dan melempar sembarang benda ke satu arah. Ke tempat dimana seseorang bersembunyi meringkuk di balik kursi. Todoroki di tempatnya terkejut, mendapati Midoriya Izuku belum juga pergi dari sana.

Pemuda malang itu berusaha bersembunyi dari serangan benda-benda yang terlempar kepadanya. Aula raksasa ini penuh dengan caci-makian, teriakan, seruan, semua menyerukan namanya. Entah bagaimana orang-orang itu bisa tahu namanya, Midoriya sudah tidak sanggup lagi menutup telinga.

Teriakan anarkis para penggemar Bakugou Katsuki masih terdengar kuat. Namun Midoriya sudah tidak lagi merasa lemparan-lemparan itu mengenai tubuhnya. Tidak ada lagi rasa sakit.

Midoriya memberanikan membuka mata. Betapa ia dibuat terkejut mendapati Todoroki Shout, telah berada di dekatnya. Lelaki itu pasang badan di hadapan serangan brutal para mahasiswa.

Tubuh yang berdiri bak patung porselen di atas podium tadi, kini tengah merangkulnya dengan erat. Lelaki itu tidak mengucap sepatah katapun. Namun tangan pucatnya tidak berhenti memeluk, melindungi Midoriya.

Midoriya masih membelalak tidak percaya di tempatnya. Napasnya sesak, terhenti berkat rengkuhan erat seseorang di sampingnya.

Belum sempat Midoriya mengucap apapun ketika tiba-tiba merasa tangannya ditarik secara paksa oleh seseorang. Ia meringis sakit untuk tangannya yang dicengkeram dengan erat.

Midoriya ingin menepis tangan itu. Saat mendongak, Seketika Midoriya tercekat.

Bakugou menarik tubuh Midoriya mendekat., menggengam kuat pergelangan tangannya. Lelaki itu memaksa Midoriya berdiri menjauhi Todoroki.

Meteor Garden [BakuDeku Ver.] *HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang