Terimakasih Luka

51 3 0
                                    

Memelihara luka menyedihkan, ya?

Luka yang terpelihara, yang terus tumbuh subur seiring waktu. Luka yang terbentuk dari air wajahmu, yang meninggalkanku dititik terendahku.

Ada yang beranggapan bahwa waktu bisa menyembuhkan luka, mereka salah. Waktu tidak membuatku sembuh, hanya membuatku terbiasa dengan luka.

Dahulu, hariku terbiasa dengan senyuman yang mengembang milik wajahmu. Kini, hariku terbiasa dengan luka hasil pemberianmu.

Jauh sekali rasanya aku terlempar dan hidup bersama luka. Memeliharanya hingga menjadi bagian darinya.

Ada ironi yang minta dikasihi, ada kecewa yang merasuk jiwa, ada rasa yang putus asa, ada logika yang terus terpaksa, ada luka yang tertancap sangat dalam.

Luka dan segala rasa yang ia bawa, sukses membuat hatiku terutup rapat. Mendorong semua yang datang untuk pergi menjauh hanya karena trauma.

Luka menemani malamku yang kosong, menjadi satu-satunya yang mau mendengarkanku di kesunyian. Dalam kesendiaran, luka menawarkan pertemanan.

Tidak pernah diriku memiliki niatan untuk menghapus luka ini, biarkan ia melekat di dalam sini.

Jiwaku semakin kebal, ketika luka datang dan menawarkan penyesalan, aku tidak tergiur karena sudah terlatih.

Garis waktu sudah membuatku terbiasa dengan luka, mungkin luka ini sudah mengering. Sudah saatnya kembali membuka hati, melupakan luka yang terus dipendam

Terimakasih luka karena sudah membuatku dewasa, karena sudah menemani malamku, karena sudah membuatku berproses. Sekarang aku akan selalu mengingat luka tanpa rasa sesak di dada.

Waktu bukan menyembuhkan luka, tapi hanya membuatnya kering.

Memeluk Diriku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang