Diriku ada di bab berapa dalam ceritamu?
Indah sekali rasanya menjalani hari dengan seseorang yang kita cintai. Menghabiskan waktu dengan hal-hal kecil yang kadang tidak jelas, namun selalu berbekas.
Bergandengan, berbagi cerita, mendengarkan keluh kesah, indah sekali.
Namun aku lupa satu hal, bahwa hidup tak selalu senang dan indah.
Aku lupa, indah itu sementara. Hingga akhirnya ia digantikan oleh luka.
Yang kita cintai dengan sepenuh hati, kini harus kita relakan berlabuh ke hati lain. Bukan menetap di hati kita. Dengan kata lain, berpisah.
Perpisahan dengan alasan baik-baik lebih menyakitkan dari perpisahan dengan alasan menyakitkan. Karena aku tidak memiliki alasan untuk membenci dirimu apalagi melupakanmu.
Ada yang harus aku sadari, bahwa aku hanya menjadi bagian dari perjalananmu, bukan menjadi bagian dari dirimu. Bahwa aku bukanlah epilog hidupmu, hanya salah satu bab dalam ceritamu.
Seperti hujan yang menurunkan rintik air ke bumi, yang ditunggu-tunggu sebagian orang karena sedang kemarau. Lalu hujan turun, namun tidak selamanya.
Seperti senja yang menjadi pembatas terang dan gelapnya hari. Senja yang sangat indah, namun sementara.
Aku tidak membenci hujan, tidak juga membenci senja.
Aku hanya tidak mau terjebak dengan keindahan dan kenyamanan mereka. Karena aku mengerti, itu sementara.
Aku sadar, aku hanya bagian dari ceritamu, hanya salah satu bab dalam hidupmu, tapi aku selalu berharap bahwa aku adalah bab yang menyenangkan dengan cerita yang mengesankan.
Dan akhirnya aku hanya menajadi potongan ceritamu
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Diriku
Non-FictionUntuk yang sedang berdamai. Yang sedang mencari. Yang sedang patah. Yang sedang tumbuh. dan untuk diriku.