4.

1.7K 197 15
                                    

Jiyeon keluar dari ruang pemimpin agensi dengan wajah muram. Bibirnya ditekuk ke bawah dengan mata mulai berkabut. Berulang kali Jiyeon mencoba menata napas, sayangnya perasaan sesak mendominasi.

Dengan langkah tergesa, Jiyeon berjalan menuju kamar mandi. Mengunci pelan pintunya kemudian berjalan ke arah cermin. Menatap pantulan bayangan dirinya yang tampak menyedihkan. Lantaran tak kuat menahan beban perasaan, sebuah isakan lolos dari celah bibir tipisnya. Semakin lama isakannya bertambah keras, tak terbendung layaknya luapan air bah.

Sesekali Jiyeon menggigit bibir bawahnya, mencoba meredam kekacauan hati. Kedua tangannya menumpu beban tubuh di pinggir wastafel kamar mandi. Kepalanya menggeleng pelan, masih tidak menerima keputusan sang pemimpin perusahaan.

Jiyeon tidak boleh mempromosikan album barunya.

Setelah lima tahun sejak perilisan album pertama, Jiyeon sangat antusias menggarap album barunya. Akan tetapi, pihak agensi malah membatasi ruang geraknya. Entah untuk kebaikan siapa karena yang pasti Jiyeon amat terluka.

Bunyi ponsel yang berdering sejenak menghentikan tangisan Jiyeon. Tangannya merogoh saku blazer mencari keberadaan ponsel. Sementara itu sebelah tangannya yang lain mengusap kasar sisa air mata di pipi.

Jeon Jungkook is calling

Sejenak Jiyeon menimang. Haruskah ia menjawab telepon tersebut. Sedetik kemudian ibu jarinya sudah menggeser tombol hijau di layar.

"Hm?"

Jiyeon sedang malas basa basi. Gumaman pelannya cukup mewakali kata pembuka. Sedangkan suara datar Jiyeon menyiratkan si gadis sedang tidak mau bicara panjang lebar.

"Kau di agensi? Aku sedang dalam perjalanan pulang mungkin aku bisa menjemputmu sekalian,"

Suara pria dalam sambungan itu terdengar cemas. Seolah sangat mengerti beban yang sedang Jiyeon jalani. Untuk beberapa menit Jiyeon terdiam, bimbang dengan tawaran Jungkook.

Jiyeon tahu dia sedang membutuhkan seseorang untuk berkeluh kesah.

Tapi apakah orang itu Jungkook?

"Noonaー"

"Tidak perlu, Jung. Aku akan segera pulang setelah ini."

Tangan Jiyeon naik, memijat keningnya yang dihantam pening. Matanya terpejam dengan ponsel yang masih menempel di telinga. Sementara tubuhnya disandarkan pada tembok marmer kamar mandi.

"Tidak tidak, tunggu aku. Tiga puluh menit lagi aku datang."

Tanpa menunggu bantahan Jiyeon, Jungkook mematikan sambungan mereka. Mengabaikan Jiyeon yang menghela napas kasar. Gadis itu memasukkan ponselnya ke dalam saku serampangan. Kemudian kembali mengacak surai ungunya hingga berantakan total.



ㅤㅤ
ㅤㅤ



•••
ㅤㅤ
ㅤㅤ





ㅤㅤ

Setengah jam berlalu, Jiyeon mendapat pesan masuk dari Jungkook. Pria itu sudah sampai di basement agensi. Kala membaca pesan Jungkook, Jiyeon termenung sejenak. Ingatannya tiba-tiba terlempar pada Taehyung, mengingat betul kalimat menenangkan yang Taehyung layangkan untuknya pagi tadi.

Akan tetapi, Jiyeon memilih buta. Setelah menyisir rambut dengan ke sepuluh jemari, gadis itu melangkahkan kaki keluar agensi. Memantapkan hati menemui Jungkook yang sudah menunggunya.

1000×; ー Kim TaehyungWhere stories live. Discover now