12.

955 114 13
                                    

Jimin dan Yoongi bergerak cepat memisahkan Taehyung yang terlihat siap membalas perlakuan Jungkook padanya. Sudut bibirnya pecah, mengeluarkan darah. Sedangkan Jungkook terlihat berang dengan sorot mata yang menggelap diliput pitam.

Jika saja tidak ditahan Jimin, mungkin Jungkook kembali melayangkan pukulan di wajah tampan Taehyung. Pula Taehyung yang sibuk mengatur napas dengan Yoongi yang berusaha menjauhkannya dari Jungkook.

Ya, Jungkook yang pertama menyerang Taehyung lantaran tidak sanggup menahan gejolak emosi yang meletup. Pikirannya begitu kalut saat Taehyung sama sekali kokoh dengan tatapan mengintimidasi yang melukai harga dirinya sebagai seorang pria.

"Sampai kapan pun Jiyeon tidak akan pernah jadi milikmu!" Begitu gelegar suara Taehyung tatkala Yoongi menariknya turun dari atap. Meninggalkan Jimin bersama Jungkook yang terlihat masih sangat bernafsu mendaratkan kepalannya.

"Lepas, hyung!" Pegangan Jimin di lengan atas si bungsu terlepas. Membiarkan Jungkook yang langsung mendudukkan bokong dengan punggung bersandar pada tembok pembatas. Kedua mata bulat itu terpejam dengan napas berantakan.

"Kau dungu atau bodoh?! Kenapa harus memakai kekerasan, sih?!"

"Kau tidak tahu rasanya menyukai seseorang sedalam ini, hyung."

Jemari Jimin menyugar surai kelamnya tanpa minat. Dilemparkannya tatapan setajam elang pada Jungkook yang bergeming. "Kau pikir aku mati rasa pada Seulgi?!" sentaknya tidak terima.

Lantas Jimin berjongkok di sebelah Jungkook. Memerhatikan lamat raut wajah kacau anggota termuda itu. Gurat patah hati yang terlihat jelas membuat Jimin mendengus, antara iba dan sebal di waktu bersamaan. Tetapi Jimin juga tidak mau menyalahkan Jungkook atas perasaan yang tidak bisa ditebak jatuhnya pada siapa. Pun pada Taehyung yang menurutnya tidak bersalah.

"Aku benar-benar tidak bisa memilih di antara kalian. Tapi kau sudah dewasa, Jung. Kau yang paling tahu apa yang benar dan salah."

"Secara tidak langsung kau menyalahkanku." Sorot itu berubah sinis. Bibirnya menyeringai remeh. Kemudian jelaganya tenggelam, membiarkan angin menerpa, mempermainkan wajah mendungnya.

"Aku tidak bilang begitu, tapi kau yang menyimpulkannya. Bukankah secara tidak langsung kau sudah menyadarinya?"

Jungkook menggeleng tak minat. Telunjuknya naik, bergoyang di depan wajah Jimin pelan. Kedua matanya yang terpejam perlahan menampilkan sorot kosongnya.

"Aku tidak merasa bersalah. Di sini aku juga memiliki hak dan bebas untuk mendapatkan siapa saja yang aku sukai."

"Begitu juga Taehyung!"

"Kau bilang netral, tapi kau membelanya. Lucu karena kalian sama sekali tidak ada yang mendukungku."

Tatapan Jimin berubah sendu. Anggota BTS lain bukannya tidak tahu masalah yang menerpa dua anggota termuda mereka. Hanya saja, mereka memilih tidak ikut campur dan membiarkan Taehyung juga Jungkook menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun agaknya sekarang masalah semakin pelik sejak Jiyeon memutuskan kembali dalam pelukan Taehyung, dan Jungkook yang tidak mau menyerah atas perasaannya.

"Aku tidak membelanya, tapi harusnya kau tahu apa yang harus kau lakukan. Bukankah itu tidak adil kalau kau tetap memaksakan keinginan dan merusak hubungan mereka?"

"Dia juga merusak hubunganku dengan Jiyeon!"

"Kalian tidak pernah memiliki hubungan itu jika kau tidak lupa."

Tubuh Jungkook sempat tersentak sebelum kemudian tertawa kecil menanggapi suara tajam Jimin. Mungkin hyungnya yang satu itu juga sudah lelah menghadapi keras kepalanya.

1000×; ー Kim TaehyungWhere stories live. Discover now