3.

1.9K 206 20
                                    

"Dari mana?"

Langkah kaki Jiyeon terhenti kala mendengar suara deep husky yang sangat dia hafal menyapa rungunya. Perlahan tungkai Jiyeon berbalik, mendapati presensi Taehyung duduk layaknya don juan di salah satu sofa apartemennya. Meski dilingkup gelap, Jiyeon akui jika Taehyung masih tampak begitu memukau. Tatapan tajam bagai elang sang pria begitu membius hingga tanpa sadar Jiyeon berjalan mendekat. Cukup dekat sampai Jiyeon harus menunduk demi menatap langsung kedua mata elang Taehyung.

Kedua pasang mata mereka saling menatap, menyelami kedalam jiwa masing-masing. Tidak ada sepatah kata yang terucap. Hanya suara deru napas yang mengudara di antara mereka. Jiyeon dengan napasnya yang tak tenang dan Taehyung dengan napas menggebu, entah mengapa. Ketegangan atmosfir di antara mereka masih cukup kuat kendati pertengkaran terakhir sudah berlalu beberapa hari lalu.

Pandangan Taehyung jatuh pada bibir merah darah setengah terbuka Jiyeon tampak begitu menggoda. Membuatnya bangkit, mensejajari tubuh sang mantan kekasih. Perlahan pria tampan itu menundukkan wajah, mengamati keindahan fitur wajah Jiyeon dalam jarak teramat dekat. Sudut bibirnya tertarik ke atas mendapati sang gadis hanya diam tak bergerak. Secepat itu juga Taehyung membungkam ranumnya dalam sebuah ciuman panjang yang berujung lumatan penuh perasaan.

Sangat terburu. Ciuman Taehyung begitu menuntut, membuat lemas seluruh persendian Jiyeon hingga ia tak mampu berpijak di antara kedua kaki. Dengan sigap kedua lengan Taehyung memerangkap, mengangkat tubuh ramping itu semakin dekat dengan dada bidangnya. Meminta Jiyeon merasakan degup jantung tak beraturan Taehyung yang masih sama, seperti sedia kala. Tanpa membuang waktu, Taehyung menautkan kedua tangannya di bawah bokong Jiyeon, menggendong si cantik jelita tanpa melepas pagutan mereka.

Kala ciuman mereka berjarak, Jiyeon dapat melihat semua emosi dalam mata kelam Taehyung. Rindu, marah, kecewa, gelisah, cemburu, cinta, semuanya bercampur menjadi satu. Kumpulan emosi yang menjadikan Jiyeon lemah, hingga rela menjatuhkan diri dalam segala permainan yang telah mereka ciptakan. Maka Jiyeon kembali menabrakkan belah bibir mereka seiring langkah kaki Taehyung membawanya ke dalam kamar tidur.




ㅤㅤ
ㅤㅤ



•••
ㅤㅤ
ㅤㅤ





ㅤㅤ


Jemari lentik Jiyeon sibuk bermain di atas permukaan dada bidang Taehyung yang tidak tertutup sehelai benang pun. Sedangkan kedua iris kembarnya sibuk saling tatap dengan kelamnya obsidian Taehyung yang sangat menghanyutkan. Begitu indah, begitu memabukkan.

Jika seluruh fans di luar sana tidak bisa jika harus memilih bagian favorit dari keseluruhan fitur wajah Taehyung, maka Jiyeon bisa. Adalah mata kelam Taehyung sebagai jawabannya. Hanya karena Jiyeon tenggelam, tidak sanggup naik ke permukaan lantaran terseret masuk keindahannya terlalu dalam. Bagi Jiyeon, mata indah Taehyung begitu teduh. Entah mengapa ia selalu merasa aman dan nyaman kala menatapnya.

Tepat semenjak kemerosotan karirnya kala itu, berat bagi Jiyeon untuk bangkit hingga berada di titik ini. Jiyeon rakus akan hadirnya matahari pagi yang menandai jika ia ternyata masih bisa hidup untuk keesokan hari. Sementara batinnya dilingkupi sesak tak berujung yang memintanya untuk menyerah, memaki semesta dengan segala ketidakadilannya. Mata Taehyung begitu serupa, sehangat mentari pagi yang selalu Jiyeon damba kemunculannya.

Masih segar dalam ingatan Jiyeon, pertama kali Taehyung menghampirinya saat mereka bertemu di backstage sebuah acara pada 2015 silam. Pria itu menatapnya penuh puja yang ditanggapi tawa ringan oleh Jiyeon. Tentu saja Jiyeon sudah biasa dipuja lantaran parasnya. Hanya saja kala itu ada yang berbeda. Jiyeon layaknya baru saja menemukan sesuatu yang hilang dalam dirinya, ia menemukannya dalam tatapan Taehyung. Perasaan berdebar yang menyenangkan.

1000×; ー Kim TaehyungWhere stories live. Discover now