Bagian 8

50 6 0
                                    

'Di sini tidak ada... Di mana dia ya?'
Bayu berputar mengelilingi taman belakang sekolah, tetapi percuma, karena tidak ada seorangpun di sana.

Dia hanya terlambat beberapa menit sebenarnya. Sebelum Rendy menyadari dan pergi untuk bersembunyi.

Satpam sekolah ikut mencari di sekitaran taman belakang, tidak jauh dari tempat Bayu mencari. Dengan sebuah pertanyaan, Bayu menghampirinya. Namun jawaban dari Pak Abdul tidak jauh berbeda.

Bayu tak habis pikir, dia menyarankan untuk mencari di setiap ruang kelas yang tidak dipakai. Pak Abdul mengangguk saja dan mengikutinya.

Satu demi satu pintu dibuka. Cukup banyak kelas kosong di sekolah ini, ada 6 kelas yang tidak berpenghuni. Itu dikarenakan sistem sekolah yang ketat. Walau merupakan sekolah favorit ujian masuknya sangatlah sulit. Hanya orang-orang tertentu pastinya, yang berhasil masuk.

***


"Haaaah?" Gina tampak kecewa setelah mendengar rencana Rendy yang begitu simpel dan menjebak.

"Eh, ada yang salah kah?" Rendy tampak bingung. Yah, karena dia tak tahu jika sebenarnya Gina kabur dari rumahnya.

Kemudian terdengar suara Bayu dari luar,
"Ah, kebetulan ada Bayu. Aku akan meminta tolong padanya~" Ketus Rendy berdiri, dengan masih memakai celana pendeknya.

Namun aksinya batal setelah ada benturan keras dari belakang, yang sontak membuat Rendy terkapar.

Tak lama, hal itu disusul telapak tangan yang membekap mulutnya. Gina menindih dengan tubuhnya, berharap Rendy tidak berontak ataupun berteriak.

Tak berselang lama, Bayu sudah memegang gagang pintu kelas terakhir, dan siap menariknya. Namun, goncangan di saku celana menghentikan niatnya.

Ada telepon masuk. Tertera -Fadil Calling- di layar ponselnya. Bayu menghidupkan mode loudspeaker agar Pak Abdul bisa mendengar apa yang mereka obrolkan.

"... Hallo, Ada apa?" Ucap Bayu. Terdengar beberapa teriakan dan perdebatan di balik sana. "Apa yang terjadi di sana?"

"Ah, abaikan itu untuk sekarang... Cepat ke ruangan. Ada Pak kepala sekolah..."  Jelas Fadil dari balik ponsel.


Dengan ekspresi wajah terkejut, Bayu menutup telepon dan langsung berjalan cepat menuju ruang OSIS. Pak Abdul yang menguping, mengikuti karena penasaran.

Mendengar suara kaki menjauh, Gina menghela nafas lega. Walau ada satu hal yang membuatnya cemas.

"Anu... Kau mau memperkosa 'ku ya?" Ketus Rendy yang mulutnya sudah terbebas itu.

Pikiran Gina sontak pecah, "Hah? Mana mungkin lah!" Gina bangun dengan wajah kesal. Dia kembali duduk dilantai, karena tak kuasa berdiri.

'Bagaimana ini? Ayah sudah mulai bergerak' Batin Gina panik. Setelah cukup lama berdebat dalam hati. Gina menarik satu keputusan. "Rendy~ Aku punya rencana- Ah bukan, permintaan" Gina tampak serius.

"Hmm... Apa?" Rendy menatap wajahnya.

"Culik aku..."

Hening

***


"Baik.., kita sudah sampai di kost'an ku" Rendy membungkuk dan menurunkan Gina. "Kau cukup berat, ya" Rendy tertawa kecil sambil menoleh ke belakang.

"Hah?" Mata mereka bertemu. Tangan Gina mencengkram erat bahu Rendy.
Retina matanya menusuk tajam. Rendy tak sengaja menginjak ranjau.

"Maaf~"

Nostalgia Tak BerwarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang