-Shikamaru's side-

576 32 0
                                    

“Pukul sepuluh nanti kau ada syuting iklan untuk produk parfume, lalu dilanjutkan dengan pembicaraan kontrak bersama Asuma Sarutobi-san pada pukul dua. Dan pada pukul empat kau ada pemotretan untuk majalah.”

Penjelasan yang panjang lebar itu keluar dari bibir gadis pirang berkuncir empat kepada sosok pemuda berambut hitam yang diikat seperti nanas, yang nampak tengah memejamkan matanya di sebelah sang gadis.

“Hei, pemalas! Kau mendengarkanku tidak?”

Pemuda tersebut hanya menguap tak mengindahkan perkataan sang gadis.

Berdecak kesal, sang gadis bergumam, “Kau sama sekali belum berubah.”

Gadis pirang itu beranjak dari sofa yang ditempatinya bersama sang pemuda, lalu melangkah menuju dapur yang ada di ruang apartemen milik pemuda pemalas.

Selepas kepergian gadis tersebut, sang pemuda mulai membuka matanya secara perlahan. Rupanya sejak tadi ia mendengarkan apa yang dibicarakan gadis itu. Setiap kata, bahkan gumaman terakhir gadis itu sebelum beranjak dari sisinya. Maniknya terfokus pada arah pergi gadis itu.

“Bersiap-siaplah! Kita akan berangkat tiga puluh menit lagi,” teriak sang gadis dari arah dapur.

“Bukankah syutingnya pukul sepuluh?”

“Iya. Tapi kita harus tiba di lokasi satu jam sebelum syuting. Untuk mempersiapkan dirimu,” jelas gadis yang merupakan manajernya itu.

“Bekalmu kumakan,” ujar sang pemuda disusul dengan melahap sepotong telur gulung dari dalam kotak bekal.

“Hei, itu sarapanku!” seru sang gadis berlari dari dapur ke arah sang pemuda, dengan air mineral di genggamannya. Kemudian merebut sumpit yang dipegang oleh sang pemuda nanas. Nara Shikamaru. Seorang aktor muda yang tengah naik daun.

“Merepotkan. Aku juga lapar, Temari!”

“Kau kan bisa membuat sarapanmu sendiri!”

“Tidak akan sempat. Bukankah tiga puluh menit lagi kita akan berangkat?”

“Kalau begitu, buat ramen instan saja.”

“Itu tidak baik untuk kesehatanku.” Setelah berhasil merebut kembali sumpit dari tangan gadis pirang bernama Temari itu, Shikamaru kembali menyumpit sepotong lauk yang ada di dalam kotak bekal tersebut.

“Tapi, itu kan sarapanku,” gumam sang gadis, pasrah atas perbuatan pemuda di sebelahnya itu.

“Buka mulutmu!” perintah Shikamaru.

“Eh?” Sesuatu yang terasa gurih menempel tepat di bibir Temari.

“Kita makan bersama.”

Dengan sedikit ragu, Temari mulai membuka mulutnya menerima suapan dari Shikamaru.

Keduanya tampak menikmati waktu sarapan mereka dengan ditemani keheningan yang terasa canggung. Temari yang tampak tenggelam dengan pikirannya sendiri. Dan Shikamaru yang sejak tadi tak berhenti tersenyum–sangat tipis.

Setelah selesai menghabiskan bekal mereka, keduanya segera bersiap-siap dan meluncur ke lokasi pertama yang akan dituju. Dan dimulailah kesibukan mereka untuk hari ini.

Hubungan seperti apa yang biasanya terjadi pada sepasang kekasih yang kemudian putus hubungan? Pertemanan? Bisa jadi. Permusuhan? Sebagian besar, iya. Tapi hubungan seperti apa yang terjadi antara Shikamaru dan Temari saat ini, setelah berakhirnya kisah cinta diantara mereka beberapa tahun silam? Entahlah. Keduanya, baik Shikamaru maupun Temari, tak dapat menjelaskannya. Temari tampak biasa saja, namun terkadang semburat merah selalu menghiasi pipinya setiap kali mengingat perlakuan Shikamaru terhadapnya. Shikamaru? Jangan ditanya! Meskipun bertampang malas dan selalu tertidur, Shikamaru masih sangat mencintai Temari. Dia suka kecerewetan Temari, dia selalu suka mendengar suara Temari setiap kali gadis itu membacakan jadwal kegiatannya, maupun ketika menasihatinya. Karena itu, tanpa sadar matanya selalu terpejam setiap kali Temari mulai berbicara.

Takdir Tuhan memang tak pernah ada yang bisa menduganya. Setelah beberapa bulan berakhirnya hubungan keduanya, ternyata mereka dipertemukan kembali. Saat itu Shikamaru tengah mencari manajer untuk dirinya, karena manajer lamanya telah mengundurkan diri. Lalu seorang gadis datang mengajukan diri. Tanpa sepengetahuan sang gadis bahwa aktor muda berbakat nan tampan yang akan diasuh olehnya adalah Shikamaru, sang mantan kekasih.

Waktu berlalu begitu cepat. Dan kini waktu tengah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Temari terlihat tengah membereskan beberapa barang milik Shikamaru. Sementara sang pemuda duduk tenang di dekatnya.

“Setelah ini jadwalku kosong, kan?” tanya Shikamaru dengan tampang mengantuk yang menjadi ciri khasnya.

“Ya. Besok pun kau tak ada jadwal sama sekali,” jawab Temari sambil mengecek buku catatan miliknya yang berisikan jadwal kegiatan aktor muda itu.

“Baguslah,” ungkap Shikamaru yang mulai memejamkan matanya.

“Hei, jangan tidur!” seru Temari, namun tak dihiraukan oleh Shikamaru.

“Besok kau ada acara?”

“Tidak.”

“Kalau begitu, temani aku!”

“Kemana?” lagi-lagi pertanyaannya tak dihiraukan. “Ayo kita pulang!” Temari mulai melangkah meninggalkan Shikamaru di belakang.

“Besok pagi, kutunggu pukul delapan!” ujar Shikamaru yang entah sejak kapan sudah berada di sebelah Temari.

“Untuk apa?” tanya Temari yang mulai memasuki mobil Shikamaru.

“Kita kencan!” jawab Shikamaru begitu menduduki bangku kemudi di sebelah Temari, disusul dengan melajunya kendaraan roda empat tersebut.

Tbc~

______________________________________________

Vote or Comment?

Makasih buat yang udah bersedia mampir di ff-ku :’)

Man in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang