Fox and Raven

8K 601 59
                                    

Naruto mengingat betul, mata seindah batu amethyst yang menatapnya, Kilauan menyenangkan yang seolah menggelitik perutnya, terasa sangat hebat dan tidak terlupakan. Rasa yang baru pertama kali pria pirang itu rasakan.

Jemari tangannya meraih cocktail dan meminumnya perlahan, menyesap tiap rasa manis dan pahit yang melalui kerongkongannya. Mata safir birunya menatap pada langit malam yang seakan begitu kelam, menelan tiap rasa yang saat itu mengalir silih berganti di relung hatinya.

Kaki kanannya ia naikkan dan timpang di paha kanannya, tangan lainnya meraih Glock yang berada tepat di meja di belakang tempat duduknya, ia memutar lagi kursi dan menatap pada kaca besar di markas utama yang memperlihatkan bisingnya ibu kota Tokyo saat itu. Ia memutar-mutar pistol berukuran 8,03 inchi itu. Mata birunya yang semula berpendar menyenangkan seketika menggelap saat seseorang datang, ia berbalik dan mengklik Glock miliknya lalu memutar kursi, menunggu dan mengarahkan Glock itu pada siapapun yang muncul dari sana tanpa permisi.

Mata biru Naruto tersentak lalu melempar Glock-nya begitu saja saat Sasuke berdiri disana. Memakai pakaian yang sama dengannya. Hitam mendominasi, ia mengenakan kaca mata hitam yang menutupi mata elangnya. Sasuke mendengus.

"Apa yang kau lakukan?"

"Hanya termenung," jawab Naruto pelan.

"Kau tidak tahu malam ini pekerjaan kita banyak?"

"Kelompok mana lagi yang kini berbelot?" tanya Naruto,

"Kelompok kecil di bagian timur Tokyo," kata Sasuke. Ia berjalan mendekat dan meraih pistol yang berjejer di lemari kaca di samping meja besar dimana Naruto duduk. Ia mengambil pistol berwarna hitam dengan model colt 1911. Pistol keluaran dari Amerika yang sampai di markas mereka. Pistol yang lebih sering di pakai Sasuke dalam setiap misi mereka.

Naruto menatap malas, ia menguap kecil dan meraih lagi cocktail yang sebelumnya ia taruh, ia memandang pantulan wajahnya di dalam minuman beralkohol berwarna merah darah itu, bibir nya berkedut. "Harus kita turun tangan langsung Raven?" tanya Naruto.

Sasuke mengangkat alisnya, "Jika kau tidak mau, aku bisa pergi sendiri. Kau tahu, ada atau tidak ada dirimu bukan berarti besar bagiku, fox."

Naruto menatap dan menyeringai, "Oh... Benarkah? Sepertinya mau melupakan peranan pentingku atas kejadian memalukan tahun lalu? Kau bahkan tidak bisa memberantas satu tikus got yang menyelinap di markas kita."

Sasuke menggeram kesal, ia ingat bagaimana Yahiko menggenggam erat kelemahannya, ia menggunakan Sakura untuk mengancam dirinya, dan pembunuh kelas S semacam dirinya ternyata takut untuk kehilangan satu perempuan penting dalam hidupnya. Ia ragu-ragu dan hal itu menjadi bahan ejekan Naruto hingga sekarang.

"Sepertinya kau ingin membicarakan sesuatu padaku. Katakan saja. Jangan berbelit-belit."

Naruto menyeringai, ia menyukai setiap Sasuke paham apa yang ia maksud. Lelaki Uchiha itu akan langsung ke inti permasalahan dan mengurangi waktu mereka untuk berdebat. Naruto menghela napas. Ia melihat Sasuke yang melepas kaca mata hitam dan jas hitamnya. Lalu duduk tepat di hadapannya, mendongak angkuh dengan kaki yang terangkat dan di taruh di atas meja kaca.

"Well, katakan sesuatu tentang Hinata Hyuga."

Sasuke menatap dirinya skeptis, ia mendecak dan tidak menyukai topik kali ini, ia menjentikkan jari dan seorang pelayan masuk. Membawakan wisky yang biasa ia minum jika datang ke markas, setelah pelayan itu pergi Sasuke menggoyangkan gelas itu. Menatap Naruto dari ujung matanya.

"Jangan menyentuhnya," kata Sasuke memperingatkan.

"Kau hanya sepupu, jika kau ingat itu Sasuke."

"Dia terlalu polos untuk dunia hitam seperti kita."

Beautiful Girl brings love ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang