Prolog

281K 10.9K 326
                                    

Selamat datang di karya pertamaku.

***

Tahun ini, gue sudah menginjak angka 20. Namun kegilaan di dalam hidup gue perlahan mulai muncul, salah satunya dijodohin. Dan lebih sialnya lagi, pria tersebut merupakan dosen di kampus gue.

"Ayah sama sekali gak meragukan niat untuk menjodohkan kamu, Ra. Ayah sudah kepala 5, kalau Abang kamu gak bisa memberi menantu, maka kamu harus melakukan itu. Semakin kesini, Ayah merasa kamu butuh seseorang untuk menjaga kamu ... semisalnya Ayah sudah gak ada lagi."

Omong kosong, bahkan gue mempunya seorang Abang. Gue gak butuh perlindungan dari orang lain saat ini.

"Aku masih muda, sama sekali belum siap untuk menikah. Aku gak mau, Yah." Tolak gue, tentunya

Ayah tersenyum, sangat tipis. Tapi lengkungan bibir yang terangkat sedikit itu semakin membuat kegaduhan yang luar bisa berkecamuk di hati gue, apalagi saat senyum tipis itu menghilang. Digantikan dengan suara Ayah yang kembali bergema, "kamu sudah legal, gak masalah kalau menikah sekarang. Umur kamu sudah mencukupi. Setidaknya, anggap ini permintaan terakhir Ayah, ya?" katanya, penuh harapan.

Ini yang gue benci. Gue tahu, umur Ayah mulai memasuki kondisi rawan terhadap kesehatan tubuhnya sendiri. Tapi ... bukan berarti hal tersebut membuat Ayah seolah-olah akan mati. Maksud gue, everyone will die, tapi itu sama sekali gak pantas untuk dijadikan sebuah alasan sama Ayah. Ya kayak sekarang contohnya.

Bahu gue merosot saat tatapan penuh harap itu tak juga pudar, bukan hanya Ayah saja. Bunda pun menatap gue dengan cara yang sama. Gue membenci diri sendiri yang gak bisa memberikan argumen penolakan, bukan karena tak ingin. Tentunya gue ingin sekali menolak meskipun sudah mengetahui apa ujung yang akan gue terima, namun dengan rasa pasrah bercampur tak tega saat melihat sorot mata kedua orang tua gue, dengan anggukan lemah gue mengiakan.

"Oke, terserah," itu final, gue sama sekali gak menjawab apapun lagi. Lalu beberapa detik kemudian Ayah tersenyum, sangat lebar. Bahagia sekali tampaknya.

Permasalahan berikutnya, gue gak cinta. Meskipun Bunda bilang, dia baru berusia 26. Jarak yang lumayan, gue gak mempermasalahkan itu. Tapi... hubungan tanpa cinta dan Ayah sama Bunda yakin gue bakal baik-baik aja? Impossible.

Kepala gue pusing, sial!

***

H

ope you like this story

Cerita yang sudah sangat antimainstream dan abal-abal banget, haha. Kalau berminat baca aja, mana tau nyaman.

03-02-20

Sebelumnya sudah tamat, sedang tahap revisi.
16-11-21


Batam.

COLD LECTURER (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang