珍贵 | b e r j a s a

263 77 29
                                    

"Death leaves a heartache

no one can heal,

love leaves a memory

no one can steal."

Madeline Miller—

[Catatan tentang Juni] (Kindly play the song in media as you read this part or play Memories by Maroon5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Catatan tentang Juni]
(Kindly play the song in media as you read this part or play Memories by Maroon5.)

"Jani, di idup kamu siapa orang yang paling berjasa?"

Kalau ditanya tentang itu, para manusia yang dekat dengan keluarganya pasti menjawab orang tua. Lain lagi dengan para siswa yang secara mau tak mau mengakui gurulah yang berjasa. Segelintir lainnya akan menjeda sejenak kemudian menjawab Tuhan yang Maha Esa. Tapi, kalau aku yang ditanya, mungkin aku hanya akan bungkam tanpa kata.

Bukan, bukan tanpa alasan.

Sejujurnya, aku tidak terlalu dekat dengan dua sosok yang ku panggil Papa dan Mama. Bahkan justru mereka yang merentangkan jarak sejauh Jakarta-Surabaya. Dan aku juga tidak dekat dengan sosok yang dielu-elukan sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Bagiku mereka hanya seseorang yang memberikan ilmu dan selesai.

Lalu, aku akan menjawab siapa?

Jika ditanya hari ini, aku masih meragu akan jawabanku nanti. Tapi, kalau ditanya dua tahun yang lalu, tanpa ragu aku akan menjawab.

Kamu.

Sejak tahun ke dua di sekolah menengah atas, kamu selalu menemani aku dan mengajari aku begitu banyak hal. Mulai dari matematika, sepeda, sampai membagi cerita, kamu yang mengajarkannya. Kamu juga yang mengajarkan aku artinya merelakan, apa itu melepas sekaligus mengikhlaskan.

Juni, hari ini aku lulus.

Empat tahun lalu, aku masih tidak membayangkan bisa berdiri di atas podium dengan toga dan dengan gelar lulusan terbaik. Sejujurnya, sedikit banyak, aku pernah membayangkan kita berdiri di atas podium bersama-sama. Kamu akan tersenyum menatap aku dan aku akan melakukan sebaliknya.

Tapi, takdir itu tidak selalu berjalan sesuai keinginan kita.

Kamu pergi saat kamu bahkan belum sempat merasakan duduk di bangku mahasiswa. Semua perjuangan kamu berujung sia-sia, dan impian yang kamu milikki harus ikut dikubur bersama kamu. Juni, apa sedikit saja, kamu pernah merasa bahwa dunia itu tidak adil? Soalnya, aku iya.

Sebenarnya, aku masih tidak mengerti cara kerja takdir.

Misalnya, saat aku dulu tidak tahu mau jadi apa dan pada akhirnya mengikuti keinginan orang tuaku untuk jadi dokter. Sedangkan kamu yang sejak awal sudah tahu ingin jadi seniman justru tidak punya kesempatan. Bukankah itu kedengarannya tidak adil?

j u n i [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang