"Cats are intended to teach us
that not everything in nature
has a purpose."
-Garrison Keillor-
[Dua.]
Kamu pernah bilang, kamu jatuh cinta. Aku yang saat itu mendengarnya jelas terkejut, aku bahkan tidak tahu harus mengatakan apa sampai kamu menggendong seekor kucing berbulu putih.
"Nih, pacar keduanya Juni selain Jani."
Aku menatapmu malas, namun kamu justru tertawa puas.
"Ketauan ya, Jani itu cemburuan," netramu penuh jenaka, "takut kehilangan, ya?"
Jelas aku diam seribu kata, mana mungkin aku tidak takut kehilangan seorang Juniandra Aksara? Kamu itu sepuluh dan aku hanya dua, jelas tidak sebanding dilihat darimanapun jua. Bahkan bukan hanya aku yang mengatakannya, namun seisi dunia juga pasti menentang kita.
Saat itu, nampaknya kamu paham isi kepalaku. Dengan lembut jemarimu menggenggam jemariku, sedang tangan kananmu mengelus kucing milikmu.
"Jangan takut, Juni itu cuma punya Jani."
"Cheesy."
Bibirku mencibir, tapi diam-diam aku merona juga. Dasar Juniandra, pandai sekali menerbangkan hati manusia. Bahkan kamu tidak terlihat bersalah, justru asyik bermain dengan kucing yang kamu beri nama Si Merah.
"Tau gak kenapa namanya Merah?"
"Kenapa?"
"Soalnya bulunya putih."
"Ha?"
"Namanya merah bulunya putih, biar kayak bendera Indonesia. Hehe."
©2020, mengukirhujan.
-5 Februari-
KAMU SEDANG MEMBACA
j u n i [✔]
Fanfic"Selamanya itu ada, hanya bukan untuk kita." // Juniandra bagi Rinjani adalah semesta, dan singkatnya, Rinjani kehilangan semestanya karena kesalahannya. // [Renjun Local Fanfiction | 1/4 NCT 00']