Tak ada rasa kantuk menghampiri Uwi bahkan ketika jam mulai menunjukan pukul satu malam. Ia sudah lelah tapi pikirannya memaksa dia untuk tetap terjaga. Ia merasa menjadi manusia yang sangat egois dan tidak berperasaan. Menganggap saudaranya seperti kuman yang perlu ia basmi, berkata tak sopan pada ibunya, berharap ayahnya kembali pada mereka dan tetap memanjakannya.
Tapi pernahkah mereka berfikir, bahwa Uwi amat kesusahan karena Ale? Hampir setiap waktu sang ibu meminta ia menyayangi Ale, mengajak Ale bermain dan segala macam hal yang sebenarnya tak ingin Uwi lakukan. Uwi membenci saudaranya dengan alasan yang jelas, dan perkataan Aldi sangat tidak masuk akal.
Merasa kehilangan ketika Ale pergi? Ia rasa tidak.
Setelah insiden tadi sore pun Ibu tak mengatakan sepatah apapun, Uwi juga belum berminat untuk meminta maaf dan memutuskan untuk mengabaikan itu. Toh ibunya akan kembali seperti sediakala ketika meminta ia menjadi babysitter bocah bodoh.
Ia harus cepat cepat tidur. Besok adalah weekend, dimana ia harus melakukan pekerjaan paruh waktu ditoko roti milik pamannya –tentu saja dengan tetap mengawasi Ale. Sementara Uwi bekerja, Ale diberi tugas oleh paman untuk merawat ikan peliharaan pamannya. Ale tampak akrab dengan mereka semua (mungkin karena kapasitas otak mereka tak jauh berbeda)
***
Uwi memulai aktifitas sabtu paginya dengan mencuci baju, ia harus menahan diri untuk tidak memaki dan merusak harinya sendiri ketika mencium aroma tak sedap dari celana dan sprei yang kemarin digunakan oleh Ale. Uwi mungkin akan membunuh saudaranya sendiri jika hal itu terjadi lagi.
Setelah mencuci ia lanjut menjemur pakaian, menyetrika, membereskan seisi rumah dan menyiram bunga. Hal tersebut ia lakukan setiap hari guna membantu meringankan pekerjaan sang ibu. Ibunya yang bekerja sebagai pengawas disalah satu pabrik minuman kemasan memang dituntut bekerja dibawah pembagian shift yang selalu berubah tiap minggunya.
Saat ia melangkahkan kaki kedapur, Uwi melihat Ale yang baru terbangun dan keluar dari kamar. Reflek Uwi melihat celana saudaranya itu dan bernafas lega, 'aman!'. Ia masih memperhatikan –lebih tepatnya menatap tajam apa yang akan dilakukan Ale. Uwi baru melepas pandangannya ketika Ale mengambil sebuah notebook dan pulpen yang sengaja disediakan dimeja dekat televisi dan mulai menuliskan sesuatu dikertas tersebut. Untuk ukuran berkebutuhan khusus, Ale termasuk orang yang rajin.
Ale tengkurap di lantai tanpa banyak bicara, membuka notebook yang beberapa halamannya sudah diisi dengan soal soal matematika dasar dan berbagai kalimat yang tulisannya amat berantakan. Persis anak sekolah dasar yang sedang belajar menulis dan berhitung, Ale melakukan hal yang sama, hanya saja ia masih sulit menuliskan beberapa huruf dan menghitung angka yang jumlahnya banyak. Ale berfikir dengan keras, menggenggam pulpennya dan menatap penuh harap Uwi yang baru selesai memasak dan meletakan sarapan mereka diatas meja dekat Ale.
"Arleta Dian Febrian bukan Arieta Dlah Fedrlah. Kamu harus bisa membedakan huruf I dan L, B dan D serta H dan N" Uwi mengawasi sembari memakan sarapannya dan menonton serial TV sebelum berangkat paruh waktu, sebenarnya tak ada acara yang menarik pagi ini, "Ulangi sampai benar"
Ale mengangguk paham dan menundukan kepalanya, pandangannya lurus dan fokus pada notebook yang ia pegang. Dengan hati hati ia menulis ulang nama lengkapnya dan berhenti ketika ia merasa salah lagi.
"Makan dulu, kembali belajar setelahnya. Otakmu bisa terbakar dan kamu bisa melubangi kertas itu jika menatapnya terlalu tajam" Ale langsung menuruti apa yang dikatakan Uwi, meninggalkan begitu saja notebook dan pulpen, lalu menyantap nasi goreng buatan saudaranya.
"Uwi, enak. Ale suka" Ale seperti tak memiliki ingatan bahwa kemarin ia mengatakan hal 'krusial' yang belum Uwi jawab. Dan Uwi tak peduli. Uwi mengambil notebook Ale dan memeriksa halaman demi halaman sebelum menulis sesuatu dalembar yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
IKATAN [ON GOING]
Teen Fiction"Mungkin ini yang dimaksud ikatan antarsaudara. Sedalam apapun kamu membencinya, kamu akan tetap menemukan ruang untuk menyayanginya" Project: 29 Januari 2020-Maret 2020