Chapter 5: Who she likes the most?

476 63 28
                                    

Disclaimer:

~All characters not mine~

Secret of Angel © Yaongyi

Naruto © Masashi Kishimoto

Kim Taehyung & Park Jimin milik Sang Pencipta

PANDORA BOX © Mell Hinaga Kuran

.

.

.

.

.

.

Sepeninggal Suho, Seojun dan Kakashi, Dorm X-Boyz benar-benar seperti kapal pecah. Jimin dan Taehyung—duo rusuh itulah yang menjadi penyebabnya. Mereka berlaku bebas bagaikan seekor tupai yang terlepas dari kandang.

Ini sudah hari kedua. Hinata merasa kewalahan menghadapi mereka. Ditambah kondisinya yang tidak normal membuat ia sedikit stres. Tak bisa beristirahat meski sejenak karena mereka selalu saja mengerubutinya seperti semut mengerubuti gula. Ia sudah tak tahu lagi harus bagaimana untuk menjinakkan keliaran mereka.

Kini ia tengah duduk di kamar sembari menikmati secangkir teh hangat dan setoples cemilan. Tangannya memegang sebuah buku novel bergenre romantis yang ia pinjam dari perpustakaan Suho. Tentunya atas ijin si empunya.

Bicara tentang Suho, Hinata merasa lebih dekat dengannya setelah pembicaraan mereka. Ia pun jadi lebih mengenal lelaki itu. Masih tak menyangka bahwa ia memiliki darah Jepang yang berasal dari Ayahnya. Mengingat pembicaraan mereka waktu itu, Hinata tersenyum sendiri dengan semburat merah menghiasi wajah tanpa disadari. Hangat tangan Suho, tatapan mata serta senyum lembutnya masih terbayang jelas di benak Hinata. Bahkan jantungnya akan berdebar tak jelas saat mengingat hal yang berhubungan dengan Lee Suho.

'Pasti aku sudah gila.' Rutuk Hinata dalam hati. Memukul kepalanya pelan, berharap tak lagi membayangkan Suho. Ia hanya ingin menikmati istirahatnya dengan membaca novel romantis, bukan malah membayangkan lelaki yang saat ini tengah terbang meninggalkan Korea.

"Hoy, Hinata! Hinata-chan!" Suara Jimin memanggil namanya.

Lamunan Hinata pun hancur seketika. Ia menatap lelaki imut yang berdiri di depannya sambil berkedip bingung. "A-ada apa, Jimin-oppa?"

Bibir Jimin cemberut kesal, melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku sudah memanggilmu berulang kali. Dan kau tanya ada apa? Harusnya aku yang bertanya begitu."

Hinata tersenyum canggung dan malu, "Ma-maaf. Aku hanya sedikit melamun. Jadi, apa ada yang bisa kubantu?"

Tanpa aba-aba Jimin menarik tangan Hinata agar segera berdiri. Tubuhnya yang belum siap akan hal itu hampir terhunyung jatuh jika saja Jimin tak sigap menahannya ke dalam pelukkan.

"Uups. Hampir saja!" Lengan Jimin melingkar begitu pas di pinggang ramping Hinata. Tindakan itu berdampak besar pada kinerja jantung si gadis yang wajahnya telah memerah sempurna.

"O-oppa ... A-apa yang kau lakukan?"

"Menahanmu agar tak jatuh." Jimin berujar ringan. Ia agak memberi jarak sehingga tubuh mereka tak menempel terlalu dekat. Sedikit menunduk untuk menatap wajah Hinata yang berada di bawahnya, "Kau sangat pendek dan mungil, Hinata-chan." Senyum malaikat Jimin yang polos seolah tanpa dosa setelah mengatai Hinata seperti itu membuat si gadis kehilangan kata. Tak mampu bersuara dan tak tahu harus membalas apa.

PANDORA BOX [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang