part33

4.8K 316 73
                                    



Happy reading... Enjoy the story

Sinar matahari pagi menyoroti wajah tampannya yang berantakan. Seulas senyum tersungging begitu saja saat kedua bola mata yang indah itu menangkap sosok gadis kecil yang belakangan selalu ia rindukan kehadirannya. Entah karena sikapnya yang masih polos, gaya bicaranya yang menggemaskan atau karena dia menyebalkan tapi juga sulit untuk dilupakan. Baiklah... Edward akui jika pertemuan dengan gadis kecil yang kini terlihat mengedarkan pandangan kesekelilingnya itu memang membuatnya kesal dipercakapan pertama. Tapi entah kenapa hatinya seolah merasa dekat meski baru pertama kali bertemu pandang dan hatinya juga menghangat saat menatap bola mata berwarna sama dengannya.

"Uncle Tree!" Teriak Allysha saat pandangannya berhenti tepat dibawah pohon yang teduh. Allysha berlari mendekati Edward yang masih tersenyum dengan kernyitan aneh namun tetap memperhatikan langkahnya dari bawah pohon rindang tepat dimana saat pertama kali ia bertemu dengan puteri kecil yang sejak kemarin ditunggu kehadirannya.

"Uncle tree?" Tanya Edward saat Allysha baru sampai dihadapannya dengan napas terengah.

"Ya. Aku tidak tahu namamu yang sebenarnya tapi aku bertemu denganmu dibawah pohon besar ini." Jawab Allysha setelah menormalkan napasnya lebih dulu. Ia terlalu kecil untuk berlari dari jarak yang tidak terlalu jauh bagi orang dewasa tapi semangatnya begitu besar. Tentu saja, anak kecil berlarian seorang diri menemuinya? Jelas Edward merasa senang tapi tiba tiba perasaan khawatir dihatinya mulai mengganggu pikiran. Dimana ibunya? Dimana pengasuhnya? Kenapa dia berlarian seorang diri dilingkungan rumah sakit yang sangat luas ini? Segelintir tanya mulai bermunculan diotaknya. Namun jawaban Allysha lebih menuntut meminta tanggapan.

"Jadi karena itu kau memanggilku dengan sebutan uncle tree?" Sejenak Edward mengabaikan pertanyaan diotaknya dan mulai menanggapi ucapan Allysha yang masih berdiri dengan wajah mendongak terlihat menunggu lawan bicaranya untuk bersuara.

"Ya. Tentu saja." Jawab Allysha menyunggingkan senyumnya.

"Lalu bagaimana jika aku bertemu denganmu saat sedang berdampingan dengan tempat sampah? Apa kau akan memanggilku dengan sebutan paman sampah juga?" Tanya Edward menarik perhatian Allysha.

"Boleh juga. Apa aku harus mengganti panggilanku padamu?" Allysha balik bertanya dengan polosnya.

"Yang benar saja... tentu saja tidak." Edward memalingkan wajahnya dengan senyuman yang entah kenapa begitu menenangkan dirinya sendiri. Aneh? Jelas, setiap yang ada pada diri gadis kecil yang masih belum ia ketahui namanya ini memanglah aneh. Tapi yang lebih anehnya lagi adalah sikap Edward yang masih saja mau menanggapi anak kecil yang menurutnya aneh. Lupakan.

"Apa kau selalu datang kesini untuk menemuiku?" Allysha kembali bertanya saat ingatannya dengan Edward beberapa hari lalu melintas dalam pikiran. Tentang pria asing yang pernah berjanji akan menemuinya ditempat saat ini keduanya berada, entah kenapa anak sekecil Allysha bisa merasakan betapa pria asing dihadapannya kini terasa sangat dekat dengan hatinya.

"Hampir setiap hari tapi kau baru datang hari ini."

"Maafkan aku, ibuku tidak suka kalau aku kerumah sakit setiap hari." Sesal Allysha merasa bersalah.

"Ya. Tentu saja. Ibumu takut kau tertular penyakit pasien disini." Balas Edward menyetujui.

"Ya. Itu yang selalu Daddy bilang kalau aku memaksa untuk ikut dengan Mommy kerumah sakit."

"Kau bilang masih bisa menemui sinar matahari pagi kalau aku tidak datang menemuimu. Jadi aku tidak salah kalau kau selalu menungguku tapi aku tidak datang menemuimu. Benarkan?" Tanya Allysha berharap perasaan bersalahnya hilang saat mengetahui kalau pria dewasa dihadapannya tidak kecewa dengan ketidakhadiran dirinya.

Breakable HEAVENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang