tiga

16 1 0
                                    

Hari ini aku habiskan untuk membereskan kamar, aku menyewa angkot untuk membawa semua barang dari kossan lamaku.
Yah, sebelum ini aku juga ngekos, tapi kossan lamaku bermasalah, selalu banjir jika turun hujan, membuatku tak pernah merasa aman.

Kupindahkan semua barangku, disini aku harus hemat. Mengingat aku hanya bekerja sebagai kasir disupermarket yang gajinya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan sedikit aku kirimkan untuk orangtuaku dikampung. Bagiku membeli barang baru hanyalah sebuah tindakan pemborosan.

Kurentangkan kedua tanganku kesamping, hari ini sangat melelahkan.

Aku duduk dipinggir ranjang menatap tirai yang sudah kututup, diluar sudah gelap, hujanpun turun membasahi bumi.

Kurebahkan badanku, sangat pegal.
Aku berharap bisa aman ditempat ini, semoga tidak ada banjir lagi.

Tak terasa mataku terpejam, setelah hampir sampai dialam mimpi tiba-tiba "DUARRRR" suara petir mengagetkanku.
Aku bangkit dari kasur empukku sambil mengusap dada, lalu kugaruk leherku yang gatal, badanku terasa sangat lengket.
Aku harus mandi.

Aku berjalan sambil menguap, saat membuka tirai aku terhenyak, ada sesuatu didapurku yang gelap, dia duduk dimeja, terlihat jelas matanya menyala dikegelapan.Dia menatapku.
Aku menelan ludah, mencoba bersikap tenang. Kunyalakan lampu dengan perlahan.

"yaampun" aku menepuk jidat.

Seketika senyumku merekah, ternyata dia hanya seekor kucing, kucing abu-abu berbulu lebat.
Entah darimana datangnya dan milik siapa, aku tidak peduli.
Aku hanya ingin segera menggendongnya.
Aku sangat suka kucing, aku juga punya kucing peliharaan dirumahku dikampung, namanya Opi.

"ihh kamu lucu banget, aku Khaila, nama kamu siapa?" aku menjulurkan tanganku untuk mengusap bulu lebatnya.

Tiba-tiba dia meraih tanganku dengan cepat lalu menggigit jariku.

"awwwww"

Gigi taringnya menembus jari telunjukku sampai berdarah, kuhisap jariku dan meniupnya agar tidak terlalu perih.
Kucing itu lalu melompat keruangan depan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

Kenapa kucing itu menggigitku? Apa dia takut padaku? Apa aku terlihat menyeramkan?

Aku tertawa lirih melihat jariku. Aku tak marah padanya, terkena cakaran dan gigitan kucing bagiku sudah biasa.     
   
                     ********

Sudah setengah jam aku bergelut dengan air dikamar mandi baruku.
DINGIN, tapi membuat jiwa dan ragaku merasa hidup kembali setelahnya.

Aku berdiri didepan tirai merasa bingung dengan kamarku yang gelap, padahal didapur dan kamar mandi terang, apa mungkin lampunya mati.

Aku berjalan perlahan dengan cahaya remang dari dapur. Kuraba dinding untuk menemukan saklar lampu.

TEKK
Lampu menyala.

Aku semakin bingung, tidak ada yang rusak dengan lampunya, hanya saja tadi dia memang dalam keadaan dimatikan.
Aku mengangkat bahu tak peduli, mungkin aku hanya lupa jika tadi aku yang mematikan lampunya.

Kulihat sikucing abu-abu berada diranjangku, sepertinya dia tertidur. Sangat menggemaskan.

Hujan masih turun dengan damai tanpa ada lagi suara petir.
Baju tidur pink bergambar beruang membuatku merasa hangat, perutku juga sudah kenyang dengan sebungkus mie instan ditambah beberapa potong kue coklat dari bu Dewi.

Mie instan menjadi makanan favoritku akhir-akhir ini, entah karna aku terlalu sibuk atau malas untuk memasak makanan yang lain. Kulkasku juga masih kosong, tidak ada bahan makanan disana.
Tak masalah apa yang kumakan, yang penting perutku terisi.

Aku duduk disofa dengan manatap layar ponselku, kubuka facebook tak ada yang menarik, akhirnya aku memutuskan membuka youtube untuk menonton chanel favoritku, chanel keluarga dengan sebelas anak, membuatku merasa bahagia saat menonton mereka.
Rasanya seperti aku berada dirumah bersama keluargaku.

drrttttt
Ponselku bergetar.

"Besok kita masuk sore Khai, gua tunggu didepan gang"

Pesan dari Nazwa teman kerjaku membuatku tersenyum lebar, dengan begitu aku masih punya banyak waktu untuk beristirahat sampai besok. Aku benar-benar merasa lelah.

Lelah sampai aku tak sanggup melanjutkan tontonanku.

Kulirik ranjangku, ada sikucing disana membuatku tak sabar untuk berbaring bersamanya.

Sangat senang rasanya ada yang menemani dihari pertamaku tinggal disini.

Aku mengendap-endap menuju ranjang, takut jika sikucing terjaga.
Belum sampai perjalananku, dia membuka mata hijaunya, menatapku dengan sangat tajam.

Aku jadi salah tingkah.

"heheee selow-selow, kita tidur bareng ya" aku membuat senyuman manis.

Tapi dia tak bergeming, dia malah memperlihatkan deretan gigi tajamnya.
Entah apa yang merasukimu kucing?

Aku mulai mendekatinya.

"PERGI"

Seperti disambar petir disiang bolong.
Apa itu tadi? Sikucing mengeluarkan suara dengan bahasa yang aku mengerti?
Aku menggeleng.

Dengan gemetar aku duduk diranjang berharap tadi aku hanya salah dengar.

Kucing itu berdiri, bulunya mekar.

"GUA BILANG PERGIIII"

Dia menerkam wajahku dengan sangat keras sampai aku terjengkang. Cahayapun mulai meredup sampai benar-benar gelap.

Khaila & Kucing TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang