tujuh

10 0 0
                                    

Supermarket adalah salah satu tempat favoritku, karna aku akan pergi kesini setiap hari.
Ya, aku bekerja setiap hari selama 8 jam, dapat libur hanya 2 kali dalam sebulan. Walaupun begitu aku tetap bersyukur karna dari sini aku bisa menghasilkan uang untuk bertahan hidup.

Sore ini sangat ramai. Semua karyawan terlihat sangat bersemangat, kecuali aku.
Kepalaku masih terasa pusing ditambah luka dileher yang masih sangat perih. Walau begitu, sebagai kasir aku harus tetap tersenyum melayani setiap pembeli yang datang.

Haripun mulai gelap, begitupun pembeli, sudah tidak seramai tadi.

Nazwa yang berada dimeja kasir disampingku menari-nari dan bernyanyi mengikuti irama lagu yang diputar di ponselnya.
Jika saja kepalaku tidak pusing aku akan langsung bergabung dengannya.

"lu sakit Khai? Diem mulu dari tadi"

"engga, pusing dikit doang, udah minum obat ko" aku tersenyum meyakinkan.

Nazwa sangat baik padaku, jika dia tahu keadaanku mungkin dia akan minta menginap ditempatku dan menemaniku sampai aku benar-benar sehat.

Aku senang jika dia main ketempatku, tapi kali ini situasinya berbeda. Aku tidak ingin dia tahu ada manusia kucing dikamar baruku, atau nanti kucing itu juga akan membuat Nazwa sama sepertiku.

Aku menelan ludah, akan kurahasiakan semuanya sampai aku mendapatkan titik terang.

Malam semakin larut, tempat ini sudah sangat sepi pengunjung, hanya ada beberapa karyawan disini. Nazwa pun sudah terlihat beberapa kali menguap.

Kulihat jam diponselku dengan gelisah, aku meninggalkan kucing itu dan menguncinya dikamar, sedang apa dia sekarang? Bagaimana dengan kamarku?
Kepalaku semakin pusing jika terus memikirkannya.

Kupijat keningku, semoga semuanya akan baik-baik saja.

Sebagai manusia normal, bekerja sampai larut malam membuatku merasa sangat letih dan juga lapar.

Setelah semua pekerjaanku selesai aku akan mampir dulu membeli nasi goreng langgananku yang berada disebrang jalan tempatku bekerja.

Si penjual tampak sibuk mengolah dagangannya, aku duduk menunggu antrian sambil memesan ojek online untuk mengantarku pulang, tidak akan ada angkot jika sudah larut malam.

Nazwa baru saja pulang diantar abang ojek yang siap siaga 24jam.

"pesen apa neng Khaila?"
Laki-laki paruh baya tersenyum kearahku. Dia mang Arip sipemilik warung, kami sudah saling kenal.

Aku mematikan layar ponselku lalu tersenyum melihatnya.

"nasi goreng satu, dibungkus ya mang"

"tumben neng, biasanya makan disini"

"lagi gaenak badan mang, pengen cepet pulang, entar makan dikossan aja"

Aku tersentak mengingat kossan, manusia kucing itu masih ada disana, aku menguncinya didalam.
Yaampun, apa dia juga lapar?

Terbayang wajah tampan itu, mungkin sekarang dia sedang kelaparan.

"mang Arip, nasi gorengnya tambah satu lagi ya"

Tidak sanggup rasanya jika manusia kucing itu sampai kelaparan, walaupun dia sangat menyebalkan.

Mang Arip mengacungkan jempol dan langsung bertarung dengan peralatan masaknya.

Khaila & Kucing TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang