Suasananya menjadi hening.
Apa kucing itu sudah pergi? Atau dia menghilang seperti adegan sulap?Kucoba mengintip diujung mata, ternyata dia masih duduk disofa dan terus menatapku.
"kenapa lu gak pergi dari sini Khaila ? "
DEG, jantungku berdegup sangat kencang, dia menyebut namaku? Dia ingat namaku? Apa aku tidak salah dengar?
Dia berbicara dengan nada pelan, suaranya sangat lembut, suara pria dewasa. Mungkin dalam wujud manusia dia seumuran denganku, mungkin juga dia tampan. Dalam hati ingin sekali tertawa rasanya.Terlintas dalam benaku untuk berpura-pura pingsan, aku ingin tahu apa yang akan dia lakukan.
"ini tempat gua, gua udah lama tinggal disini, gapernah ada yang berani tinggal disini, tapi kenapa lu masih tetap bertahan?"
Aku diam tak bergerak.
"mendingan lu pergi, sebelum gua habisin lu disini"
Aku tetap diam, Entah sudah berapa lama aku berpura-pura pingsan, pegal rasanya.
"Khaila"
Kudengar suaranya mulai mendekat.
"Khaila lu mati?" dia menepuk pipiku dengan tangannya.
Tapi bukan tangan seekor kucing yang kurasakan, tangan lembut itu seperti tangan manusia.Apa mungkin dia sudah berubah jadi manusia.
Jantungku berdebar, gelenyar aneh mengalir dalam tubuhku.Aku cukup takut untuk membuka mata, bisa saja dia langsung membunuhku jika dia tahu aku hanya berpura-pura, padahal aku sangat penasaran akan sosok kucing dalam wujud manusia ini.
Entah apa yang harus aku lakukan sekarang."Khaila bangun, galucu kalo lu sampe mati" dia menggoyangkan tubuhku.
Aneh, bukankah dia bilang dia akan menghabisiku, tapi kenapa malah dia berharap aku bangun, sebenarnya apa yang manusia kucing ini inginkan? Hatiku bertanya-tanya.
Dia meraba dadaku, jantungku berdetak kencang tak beraturan.
"syukurlah ini bocah masih idup"
Aku sudah tidak sanggup lagi berpura-pura, apapun yang terjadi aku akan bangun.
Namun sebelum mataku terbuka tiba-tiba sesuatu menyentuh bibirku, sangat lembut, kurasakan hembusan nafas beradu dengan nafasku. Dia menciumku, entah apa alasannya.Jantungku seperti berhenti berdetak, otot-otot syaraf dalam tubuhku kaku tak sanggup menerima perlakuannya.
Jika aku terus diam mungkin aku akan benar-benar pingsan.
Perlahan kubuka mataku, sangat pelan, remang-remang kulihat wajahnya, mata sedikit sipit berwarna hijau, hidungnya mancung bak perosotan anak TK, sudah kuduga dia sangat tampan.
Sebelum mataku terbuka sempurna aku berpura-pura mengerjap seperti halnya orang yang baru sadar. Lalu kupegang kepalaku yang pusing, benar-benar pusing.
Saat itu pula aku tersadar, wajah itu, yang baru saja aku lihat, wajah tampan itu hilang, berganti dengan wajah kucing berbulu abu-abu.
Secepat itukah dia berubah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Khaila & Kucing Tampan
Teen FictionKhaila wanita pekerja keras dan selalu bersemangat. Dia hidup sendiri jauh dari keluarganya, sampai dia bertemu seekor kucing yang akan membuat hidupnya berubah. Akankah Khaila bertahan atau pergi setelah mengetahui kebenarannya?