Aku berjalan memasuki pintu pagar. Kutatap setiap kamar, sepi, seperti tak berpenghuni.
Entah kenapa malam ini kesunyian membuatku merasa tak tenang, bulanpun enggan menampakkan diri membuatku hatiku begitu hampa.
Kudekap tubuhku yang berkeringat dingin.
Kepalaku rasanya akan pecah.Perlahan pintu terbuka dengan sisa tenagaku. Aku terdiam melihat kamarku yang gelap, sangat gelap, sampai kegelapan menguasai jiwa dan ragaku.
Seketika muncul cahaya terang menyilaukan mata, perlahan kembali normal sampai aku dapat melihat dengan jelas.
Aku mengedarkan pandanganku, aku terhenyak, aku bukan dikamar kossku, aku berada dirumahku, duduk disofa diruang tengah menghadap tv.
Aku tersadar ada orang yang duduk disisiku, tangannya menggenggam tanganku, terlihat guratan hijau dikulit keriputnya.
Kututur sampai wajahnya.Aku terkejut, tak percaya bisa bertemu dengannya, dia ibuku yang sangat aku rindukan, ibu tersenyum dengan hangat lalu mencium keningku.
Lalu mataku teralihkan oleh seseorang yang berdiri didepanku.
"bapak"
Aku memeluknya, aku menangis dipelukan kedua orangtuaku.
Seperti mimpi rasanya bisa bertemu lagi setelah berpisah selama setahun."Khaila kangen ibu sama bapak"
Aku menangis bahagia melepas rindu.
Mereka membelai rambutku.Sampai seseorang memanggilku.
"Khaila"
Suaranya sangat lirih, sangat dekat.
Saat membuka mata aku tersentak, semuanya kembali menjadi gelap, pelukan itu hilang, orangtuaku hilang. Aku seperti melayang diruang kosong yang sangat gelap, dadaku sesak, nafasku mulai tersendat.
Apa yang sebenarnya terjadi? Aku dimana?
Saat kehampaan mulai menjadi keputusasaan aku melihat setitik cahaya."Khaila bangun, sadar Khai sadar"
Suara itu datang kembali membawaku masuk kedalam titik cahaya dan sampai pada cahaya terang yang sesungguhnya.
Mataku terbuka, nafasku memburu.
Kulihat wajah seorang pria dengan matanya yang hijau, mata milik simanusia kucing.
Seketika aku langsung terbangun."aku dimana?"
Aku tidak bisa melihat sekeliling dengan jelas.
"tenang Khai, lu dikamar, tadi lu gak sadar sampe kejang-kejang"
Pria itu memelukku, hangat tubuhnya menenangkan.
Aku masih mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Aku benar-benar tidak mengerti.Kepalaku sangat pusing.Setelah semuanya mulai membaik aku melepaskan pelukannya.
Pandanganku mulai jelas.Aku menahan nafas melihat pria yang duduk didepanku, dia simanusia kucing yang pernah aku lihat sebelumnya.
Wajahnya tampak segar dengan rambut yang sedikit basah, kaos oblong hitam dipadukan dengan celana jeans selutut membuatnya terlihat sangat tampan.
Sampai dia tersenyum memperlihatkan gigi taringnya.
Dengan cepat aku mundur sampai punggungku menabrak tembok.
"pergi, tolong jangan sakitin gua lagi, gua mohon"
Aku menutup wajahku dengan kedua telapak tangan lalu menangis didalamnya.
Entah kenapa kali ini aku merasa takut melihatnya, mungkin aku terbawa perasaan oleh mimpiku bertemu orangtuaku, yang membuatku menjadi takut jika dia sampai menyakitiku lagi atau bahkan membunuhku, belum siap rasanya jika harus berpisah dengan ibu bapakku.
Aku berdo'a dalam hati sambil terus menangis. Mimpiku tadi seperti benar-benar nyata, dalam keadaanku yang seperti ini ingin rasanya segera pulang kekampung halaman, bertemu dengan keluargaku, namun apalah daya waktu cuti belum juga datang.
"minum dulu Khai"
Sekejap aku berhenti menangis.
Aku bingung melihat pria itu, kenapa dia jadi begitu baik padaku? Atau ini hanya aktingnya agar aku masuk kedalam perangkap tipu dayanya yang sewaktu-waktu akan langsung menerkamku membuatku berhenti bernafas.Dia menyodorkan segelas air putih, namun aku tidak juga menerimanya, bisa saja minuman itu adalah racun, kutatap mata hijaunya yang terlihat licik.
PRAAAANG
Gelas itu melayang menghantam tembok dan jatuh menjadi berkeping-keping.Lagi-lagi aku tersentak.
Pria itu berdiri berdecak pinggang, mata hijaunya berubah menjadi merah menyala, terdengar nafasnya yang menggebu.
Tubuhku gemetar melihatnya, dia terlihat sangat marah.
"gua mau lu pergi sekarang juga" dia menunjuk pintu dan masih menatapku.
Aku baru menyadari gigi taringnya bertambah panjang.
Kurasakan luka dileherku yang belum mengering, masih terasa perih. Mungkin setelah ini leherku akan dibuat terputus olehnya.Kupejamkan mata, terbayang wajah kedua orangtuaku, terlintas memori bersama mereka, ketika aku sakit mereka dengan tulus merawatku, potongan-potongan kebahagiaan tergambar dalam pikiranku.
Sungguh aku sangat merindukannya, jika saja mereka ada disini.
Pria itu tiba-tiba duduk bersimpuh dihadapanku.
Mata merahnya kembali menjadi hijau.Aku dibuat bingung olehnya, sekejap dia bersikap baik padaku, lalu dia berubah lagi menjadi benar-benar kejam. Sekarang tiba-tiba dia ambruk seperti tidak punya tenaga.
Entah darimana datangnya keberanian, aku turun dari ranjang mendekati pria bertaring itu.
"lu gapapa?" suaraku sangat pelan.
Dia berdiri lalu berjalan kearah jendela. Kami bisa melihat kegelapan dibalik tirai yang menutup, gelap seperti perasaanku saat ini.
Aku baru sadar jika badanku sangat panas, aku menggigil.
"kenapa lu gapergi dari sini Khaila? Gua gamau jadi pembunuh"
Aku diam tidak bisa mencerna ucapannya.
Sampai dia berbalik menghampiriku."kenapa lu gak pergi? Gua orang jahat, gua bisa aja bikin lu mati disini, kenapa lu gak pergiiii?"
Dari sorot matanya aku bisa merasakan jiwanya berada dalam keterpurukan.
"gua gabakalan pergi, sebelum gua tahu apa alasannya lu berbuat seperti ini sama gua? Sebenernya apa yang terjadi sama elu?"
"gua gamau jadi pembunuh, gua gabisa ngendaliin diri gua sendiri. Gua mohon lu pergi dari sini"
Matanya berlinang.Hatiku benar-benar rapuh, tidak bisa rasanya membiarkan seseorang berada dalam kesedihan.
Kakiku sudah melangkah tanpa ada perintah dari otakku, lalu aku memeluknya. Walaupun aku hanya bisa mendekap dadanya, dia sangat tinggi.
Wangi tubuhnya membuatku tersenyum, aroma sabun lemon segar milikku.
"lu yang tenang" aku mengusap punggungnya.
Dia membalas pelukanku,membuat dadaku berdebar.
Penglihatanku tiba-tiba memudar, keringat dingin mengucur dari badanku yang sangat panas. Samar-samar terdengar suara adzan subuh berkumandang.
Lalu hening
KAMU SEDANG MEMBACA
Khaila & Kucing Tampan
Teen FictionKhaila wanita pekerja keras dan selalu bersemangat. Dia hidup sendiri jauh dari keluarganya, sampai dia bertemu seekor kucing yang akan membuat hidupnya berubah. Akankah Khaila bertahan atau pergi setelah mengetahui kebenarannya?