Afasia adalah gangguan komunikasi yang disebabkan kerusakan pada bagian otak yang mengandung bahasa. Afasia dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara, mendengarkan, membaca, dan menulis, tetapi tidak memengaruhi kecerdasan.
Afasia disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
1. Penyakit stroke;
2. Tumor otak;
3. Cedera parah pada kepala yang menyebabkan otak (pada bagian tertentu, disebutkan dalam Bahan Ajar Sistem Neuropsikiatri [tautan di akhir], yaitu bagian hemisfer serebri kiri otak) rusak;
4. Penyakit yang menyebabkan sel-sel otak mengalami kemunduran.Afasia terbagi menjadi beberapa macam, salah satunya Afasia Sensoris atau kerap disebut Afasia Wernicke. Dalam kisah ini, Mea Culpa, sang Dekoder menderita afasia jenis tersebut.
Afasia Sensoris sendiri ditandai dengan penurunan pemahaman secara kronik. Bicara tetap lancar dan normal mondar-mandir, tapi kata-kata penderita sulit dimengerti. Penamaan, pengulangan kata-kata yang didengar, serta kemampuan membaca dan menulis juga nyata terganggu.
Sumber:
https://www.alodokter.com/afasia
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/09/Bahan-Ajar-1_Afasia.pdf***
Perhatian:
Mohon untuk mengoreksi penulis bila ada kesalahan, mengingat penulis bukan ahli dalam bidang neuropsikiatri dan termasuk kedokteran. Penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya dan mengimbau pada para pembaca untuk tidak menjadikan ringkasan informasi ini sebagai rujukan.
Materi selengkapnya bisa anda sekalian lihat di tautan pertama atau tautan kedua yang lebih penulis rekomendasikan.
Terimakasih.
Salam,
Sadaraa
KAMU SEDANG MEMBACA
Mea Culpa [Lengkap]
ContoRealita berkata, sang Enkoder tak berdaya. Gadis itu menampik, membuat pelik. Huruf-hurufnya bertahta di baris teratas, menggempar mereka yang tak gemar berkias. Namun, hai, pemuda itu rupa-rupanya datang. Mantan pengidap afasia sensoris yang ditata...