"Oiya Zee, nanti lo anterin kembang kantil ini yah. Alamatnya nanti gue kasih tau," ucap Kak Sinta, orang kepercayan pemilik toko bunga tempat Zee bekerja.Zee melotot. "Kembang kantil. Serius kak? Dih, baru kali ini customer pesen kembang kantil. Untuk apa coba, persembahan?"
Kak Sinta tertawa. "Gak tau Zee, gue juga heran. Baru kali ini ada yang pesen kayak gini. Dipenjelasannya sih katanya buat dekorasi rumah dia. Gue aja sampai bingung sekaligus ketawa ngakak."
Zee makin dibuat bingung. Ada-ada aja sih yang pesen. Kembang kantil untuk dekorasi rumah? Wah, pasti itu rumah buat persembahan, atau rumah itu berisi makam-makam orang. Atau jangan-jangan orang yang pesen adalah psychopat gila yang mengoleksi mayat-mayat hasil bunuhannya. Duh, ini kayaknya malah dia yang gila. Mana mungkin anjrit, dasar aku si korban film, haduh.
"Yaudah beres, Kak. Mau kapan nih Zee anter? Sekarang atau gimana?" Tanya Zee yang mulai bersiap-siap.
"Sekarang aja deh Zee, biar nanti abis ini lo istirahat. Nanti kan karyawan yang bagian siang sejam lagi pada dateng. Nah, ntar lo istirahat deh. Kasian gue, pasti lo capek ya?"
Zee tersenyum. "Capek sih iya, namanya juga cari duit, pasti capek. Ya mau gimana lagi, Kak. Zee cuma lulusan SMA. Kerja kayak gini juga udah cukup buat Zee, udah bikin Zee bersyukur banyak karena bisa bantu-bantu Bunda. Malah Zee berterimakasih banget sama Kak Sinta karena udah izinin Zee kerja disini. Kalo gak ada Kak Sinta Zee gak tahu harus gimana?"
Sinta merentangkan tangannya, dan Zee tahu bahwa kini masih ada temannya yang mau mendekapnya sekedar memberi semangat.
"Ululu, adek gue. Udah pinter, cantik, berbakti, pekerja keras. Gue yakin pasti Tuhan bangga sama lo. Semangat ya, pasti akan ada akhir yang bahagia kalau lo sabar akan semuanya."
"Iya makasih, Kak. Zee tahu pasti akan ada akhir yang bahagia buat Zee dan sekeluarga," ucap Zee sembari melepaskan pelukannya.
"Sekeluarga? Yakin? Ayah lo kan udah nelantarin lo?"
"Biar begitu, dia tetep Ayahnya Zee, Kak. Zee marah sebenernya, tapi Zee menghargai dia lebih tua dari Zee, dan gak menolak fakta kalo dia tetep Ayah Zee, hero buat Zee dan Verisya. Ya, walaupun sekarang dia bukan pahlawan lagi buat anak gadisnya. Dia udah jadi hero bagi putri barunya, dan Zee harus terima." Zee tersenyum pedih.
"Yaudah Zee anter sekarang ya? Bye, Kak."
"Hati-hati ya, Zee."
Sinta tersenyum bangga ketika melihat punggung Zee yang kini menjauh dari pandangan. Huh, wanita itu benar-benar anak yang baik. Dia tahu kok, Zeevanya Valery itu wanita yang kuat.
_________°_________
"Bener disini 'kan ya alamatnya? Kak Sinta gak salah 'kan? Tapi kok ... Rumahnya kayak gak berpenghuni gini ya. Ih jadi takut!" Monolog Zee sembari menatap gerbang rumah dihadapannya itu."Apa jangan-jangan bener dugaan Zee kalo ternyata yang pesen kembang kantil ini adalah psycho. Plis! Zee masih mau hidup ya tuhan, Zee gak mau mati duluan sebelum Zee ngerasain nikah, eh gak-gak." Zee menghapus pikiran konyolnya. Mengigit kukunya adalah kebiasaan Zee ketika sedang gugup, dan Zee sedang melakukan itu sekarang.
"Masuk gak, masuk gak, masuk gak. Ih! Zee bingung. Masuk gak ya?"
"Masuk aja."
Deg.
"Jangan bilang itu ... Plis, plis, buat kamu yang ngomong jangan bunuh Zee ya, Zee anak baik kok. Zee dateng kesini cuma mau nganter kembang kantil pesenan kamu itu. Jangan bunuh Zee, plis!"
KAMU SEDANG MEMBACA
You, My Home
Teen Fictioncover by @.pinterest Ini adalah kisah Alger H. Javier, remaja puber yang menyukai wanita yang umurnya terpaut jauh dengannya. Zeevanya Valery. Written by larisazalia