"Kamu serius gak ngerti bahan-bahan buat kue, Al? Dih, kerjaan kamu ngapain sih dirumah?" Tanya Zee kesal. Pasalnya daritadi Alger selalu merepotkan, tanya ini-itu, salah ambil barang, sampai-sampai Zee harus turun tangan dengan masuk ke dalam supermarket karena Alger yang mengadu kalau dia diomelin kasir supermarketnya.
"Lagian kamu gimana, sih? Heran aku. Pantes diomelin. Kamu ambil barang apa ngajak berantem, sih? Semua barang jatuh semua?" Cerocos Zee.
"Ya, kan Al susah ambil, Kak," ujar Alger.
Zee mendelik, kemudian melotot saat matanya menatap kearah keranjang yang terdapat obat tetes mata.
"Yaampun Ager! Ini mau buat kue, plis. Ngapain kamu masukin obat tetes mata ke keranjang?"
Gak ngerti lagi deh sama Alger.
"Lah, mana tau kalo itu obat tetes mata. Orang gue asal ngambil kok. Salahin aja terus!"
"Ya, emang kamu yang salah!"
"Iya, cewe mah selalu bener."
"Diam!"
"Iya diem."
Butuh waktu sepuluh menit untuk Zee mencari-cari bahan pokok untuk membuat kue. Alger, kerjaan dia cuma gelendot di belakang punggung Zee, kadang mainin rambut Zee, dan Zee kesal akan itu. Jadi, ia hanya bisa menghela nafas pasrah. Terlampau tahu bahwa pemuda puber itu memang butuh perhatian. Eh, atau cari perhatian?
Selepas dari supermarket, Alger melajukan motornya ke kawasan Jalan Cemara. Tepat dimana rumah Alger berada.
Sedang asik menyetir, dirinya dibuat bingung dengan mimik wajah Zee yang terlihat gelisah dibalik tubuhnya. Alger melirik ke arah kaca, netranya menatap lekat, sampai membuat si empu yang ditatap heran.
"Kamu kenapa, sih?" Tanya Zee sembari memukul punggung Alger.
"Lo yang kenapa?"
"Aku?" Zee menunjuk dirinya sendiri. "Emang aku kenapa? Gak jelas kamu. Orang gak pa'pa."
Alger merotasikan bola matanya. "Ngeles mulu kek bajaj. Kenapa gelisah? Nyak nggak gigit kok, nggak usah takut."
Tebakan Alger telak mengundang gelisah yang tampak tambah. Zee kemudian menundukan kepalanya sembari menggigit plumnya.
"Mmm ... Aku cuma takut nanti bakalan canggung sama Mamahmu. Dan wait, sebenernya panggilan kamu ke Mamahmu itu apa, sih? Tadi emak, sekarang Nyak."
Alger tertawa. "Mulut gue fleksibel. Jadi, suka-suka. Dan, untuk canggung, tenang ... Mami gue orangnya enak kok diajak ngobrol. Pandai komunikasi. Yakin deh, setelah sampai disana lo gak bakal serius diajak buat kue."
Zee menaikan alisnya. "Lho, memang kenapa?"
"Ya, karena pasti Mami lebih suka ngomongin keburukan gue nanti. Pasti nanti lo bakal gibahin gue sama Mami," gerutu Alger.
Zee tertawa. "Memang iya? Umm ... Yaudah deh."
"Yaudah apa?" Tanya Alger bingung.
"Ya–yaudah, kayaknya enak juga gibahin kamu. Pasti kamu anak Mami kalau dirumah, hahaha," ucap Zee tertawa sembari meledek.
"Sialan."
Zee spontan langsung menjitak kepala belakang Alger. "Heh, mulut! Anak sekolah kok gitu!"
Alger meringis, bibirnya mengerecut. Menunjukannya dengan melihat spion motor. Zee tertawa, kemudian mengelus kepala Alger. "Cup, cup, anak Mami."
Alger seketika terdiam.
Otak kotornya tiba-tiba bekerja.
Anak Mami?
KAMU SEDANG MEMBACA
You, My Home
Teen Fictioncover by @.pinterest Ini adalah kisah Alger H. Javier, remaja puber yang menyukai wanita yang umurnya terpaut jauh dengannya. Zeevanya Valery. Written by larisazalia