9. Jealous

12 2 2
                                    

Flashback On

Semua dimulai sejak delapan tahun yang lalu. Saat itu Luke baru pindah ke Bandung karena ayahnya yang dipindah tugaskan bekerja di sana. Luke masih kelas 3 SD. Dia masih lugu dan polos.

Minggu-minggu pertama di sekolah baru agak memberatkan untuknya. Luke mendadak merasa tidak bisa beradaptasi dengan baik. Padahal, sebelumnya saat masih sekolah di Jakarta, ia punya banyak sekali teman.

Suatu hari, saat pelajaran olahraga berlangsung, ada sekelompok anak yang berusaha mengganggu Luke. Mereka mengajak Luke bermain pada awalnya. Namun, anak-anak itu berlaku curang dan mengerjai Luke.

"Kamu curang! Nggak gitu cara mainnya!" teriak Luke pada anak bertubuh paling besar di antara mereka.

Tapi anak itu malah tertawa dan menghampiri Luke. Ia mencengkram kerah seragam Luke dan berkata, "Nggak usah sok deh! Ini kan cuma permainan. Mau kuhajar kamu, hah?!"

Luke berusaha melepas tangan anak itu dari kerahnya, namun usahanya sia-sia. Bagaimanapun, Luke kalah tenaga dibandingkan dengannya.

Bruk!

Tiba-tiba saja ada bola yang menghantam kepala anak itu. Tangannya pun melepas kerah baju Luke. Luke bingung apa yang terjadi. Ia melihat sekeliling dan mencari siapa pelakunya.

Seorang anak perempuan berjepit rambut stroberi berdiri di seberang mereka. Tatapan matanya penuh amarah. Anak yang kepalanya terhantam tadi pun bangkit berdiri dan hendak berlari ke arah anak perempuan itu.

Namun, Luke mencegahnya. Ia menyelengkat kaki si anak itu dan dia pun berhasil terjatuh. Tanpa buang-buang waktu, Luke berlari, menggapai tangan anak perempuan di depannya dan kabur bersama.

Mereka masuk ke dalam perpustakaan dan bersembunyi di balik sebuah rak besar. Setelah merasa aman, Luke menatap anak perempuan itu. Tapi dia hanya menyengir lebar ke arah Luke.

Luke menghela napas, "Kenapa kamu lempar bolanya?"

"Sengaja."

"Kamu bisa dipukulin sama dia kalau tadi aku nggak lari sama kamu."

"Makasih, hehe," ucap anak perempuan itu sambil tetap tersenyum melihat Luke.

"Aku yang makasih. Namamu siapa?"

"Flora," jawabnya cepat sembari mengulurkan tangan.

Luke menjabat tangannya, "Nama aku--"

"Luke. Udah tau."

Luke menatap Flora bingung, bertanya-tanya bagaimana anak itu bisa mengetahui namanya.

"Nggak usah bingung. Temenan, yuk!" ujar Flora menyadarkan Luke dari lamunannya.

Luke menatap Flora sebentar sedangkan gadis kecil itu tetap tersenyum pada Luke dengan mata berbinar.

Luke pun mengangguk.

Flashback Off

"Hati gue nggak kenapa-kenapa, Luke," jawab Flora tersenyum simpul saat ditanya mengenai hatinya.

"Gue lega kalo gitu."

Flora mengayunkan kakinya, menatap ke arah sepatu converse nya yang sudah lusuh. "Mumpung lagi ngomongin perasaan nih. Lo udah punya pacar belum?"

"Hah?" Luke terperangah. Ia menjilat es krim yang menempel di sekitar bibirnya lalu menyahut, "Nggak ada."

"Cih, nggak mungkin."

"Ya, abis gimana? Kemaren gue baru ditolak," ujar Luke dengan nada malas.

"Elo? Ditolak?"

Luke mengangguk dengan puppy eyes nya.

Destiny · lrhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang