[HIATUS dan akan kembali pada bulan Oktober]
Pertemuan pertama yang menyebalkan, di tambah dengan masalah perjodohan yang tidak di dasari oleh rasa cinta.
Akankah mereka tetap bersama atau malah berakhir perpisahan?
.
.
.
"Hei, berhenti kau, brengse...
"Ya Tuhan, kalian serasi banget, Cantik dan Tampan," tante Jennie yang menyadari bahwa Felix berdiri disebelahku dengan sedikit terkejut.
"Iya tante makasih," kataku sambil tersenyum ga rela di katain serasi sama si dingin ini. .
"Yasudah sini, Tante rekomendasikan gaun sama jas yang pastinya akan cocok untuk kalian," aku hanya mengangguk.
"Kamu ikut sama kariawan tante ya tampan," kata tante Jennie ke Felix, "Buat ganti jas yang udah tante siapin, nanti nuggu disini lagi aja ya," kata tante Jennie lalu mengajakku masuk keruangan kusus.
"Ini gaun kusus yang tante buatkan untuk kamu, karna mamamu sudah jauh-jauh hari memesankannya untukmu. Trus ini model yang saat ini sangat diminati, yang sudah tante disain agar makin cantik dibadanmu," penjelasan tante Jennie yang panjang lebar sambil menunjukkan gaun dan aku hanya mengangguk tak mengerti.
"Bagus banget tante, kayaknya bakalan nyaman kalau dipakai, terus cantik lagi," jawabku asal.
"Iya dong, buatan Tante tuh pasti Ok," aku hanya tersenyum menanggapinya.
"Tunangan kamu siapa namanya? Felix kan?"
"Iya Tante."
"Felix pasti dah nunggu, kamu cepetan cobain gaunnya."
Setelah beberapa menit aku berganti gaun, aku pun keluar dan mendapati Felix yang tengah duduk di ruang tunggu. Seketika, dia langsung berdiri dan memandangiku dari atas ke bawah.
Mungkin dia terpukau, karna sekarang aku menggunakan gaun berwarna putih yang memberikan kesan elegan, bagian depan yang sedikit terbuka, bagian punggung yang hampir menampakkan semua bagian punggungku dan bagian bawah yang menjulur panjang ke belakang.
"Cantik," gumamnya pelan tapi masih bisa kudengar.
"Apa?" tanyaku yang membuatnya langsung tersadar dari lamunannya.
"Ah maksud gua, gaunnya cantik," jawabnya aga salah tingkah. Dia seperti akan berjalan kearahku tapi tidak jadi.
"Tante tau gaunya cantik, tapi kalau bukan karna Dhianda yang pakai, pasti ga bakalan secantik ini dong Tampan," ucap tante Jennie tiba-tiba saat keluar dari belakangku. Felix hanya menunjukkan smirk miliknya.
"Makasih tante, berkat tante juga gaunnya cocok dibadanku."
"Kamu ini bisa aja Dhi."
. . .
19.30
Sehabis ke butik dan mampir ke toko untuk memilih cincin. Aku dan Felix, akhirnya balik ke mobil dan Felix mulai melajukan mobilnya.
"Kita mau kemana lagi?" tanyaku ke Felix.
Drrrt...drrrt...drrrt...
Handphone Felix tiba-tiba bunyi.
"Bentar," katanya padaku sambil mengambil handphone miliknya.
"Lix," kata seseorang dari seberang telefon.
"Kenapa Chan?"
"Malem ini Minho ngajakin ke Club, mau ikut ga lo?"
"Kalian aja gua lagi sibuk."
'Iyalah sibuk, orang mau married juga.' Batinku yang tak sengaja menguping pembicaraan mereka.
"Sibuk ngapain? Oh gue tau, pasti lagi sama tunangan lo ya? Lanjutin aja, sorry bro udah ganggu," Saat Bangchan bicara seperti itu, Felix melirik ke arahku dan mengakhiri telfonnya.
"Siapa?" tanyaku basa-basi.
"Bangchan."
"Oh kirain."
"Kirain siapa?"
"Engga, ga jadi. Kita mau kemana sih?" tanyaku karna dia melajukan mobilnya menuju kesebuah Cafe.
. . .
At The Cafe
Aku berjalan mengikuti langkah Felix yang mulai memasuki Cafe. Saat dia tiba-tiba berhenti aku pun tak sengaja menabrak punggungnya.
"Aw," teriakku sambil memijit jidatku, "Kenapa berhenti mendadak sih?" kataku sambil melihat dia dan kudapati seseorang yang sangat kurindukan berdiri di depan Felix.
"Kakak," keterkejutanku milihat kakaku bersama dengan suaminya yang menggendong anak mereka. Aku langsung lari kearah kakaku dan memeluknya.
"Kemarin, Mama bilang kaka ga bisa pulang, trus sekarang?" omelku padanya yang hanya tersenyum .
"Iya kemarin rencananya ga mau pulang, males liat mukamu dek," kata Bang Sungjin, suami kakaku yang langsung mendapatkan cubitan dari Kakakku.
"Ih jahat Bang Jin mah."
"Bercanda dek, lagian tunanganmu itu yang langsung mesenin tiket pesawat buat pulang. Padahal, sudah aku bilangin ga usah," setelah mendengarnya, Aku langsung melihat kearah Felix yang hanya diam.
'Sejak kapan mereka akrab?' batinku bertanya-tanya.
"Sayang pelanin suaramu, Eunwoo lagi tidur," kata kakaku.
"Kalo aja tadi Eunwoo ga tidur, pasti udah aku uyel-uyel tuh," kataku sambil ketawa.
"Kamu ini ya dek kebiasaan deh."
Pada akhirnya kita duduk memesan makanan dan mengobrol panjang lebar di Cafe ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
// Lebih awal loh ini up nya, Ayo bantu share ke temen kalian, jangan lupa vote terus, dan juga comment kritik dan sarannya. Gomawo.