Menginap

24 1 0
                                    

Aku dibawa si maniak ke apartemen miliknya. “Ayo turun” ucapnya saat kami sudah tiba di basement tempat parkir.

“Tidak mau. Aku tadi hanya setuju untuk menerima permintaan maafmu bukannya kencan denganmu. Jadi aku tidak mau turun sekarang. Nanti ada orang lain lihat pasti akan terjadi salah paham. Dan lagi mereka pasti berpikir kalau kita berdua benar-benar berkencan. Lagian kenapa juga kamu harus pakai baliho segede itu untuk....”

Tiba-tiba wajahnya berada kurang dari sejengkal dariku. Jantungku seketika berpacu cukup cepat. Ya ampun. Apa yang akan dilakukannya sekarang? Menciumku lagi? Jangan harap. Sebenarnya aku ingin menghindar tapi tatapannya membuatku membeku.

“Jangan berisik, aku tidak suka orang terlalu banyak bicara dan aku hanya menyuruhmu untuk turun tapi kau bicara panjang lebar itu membuatku pusing, kau mengerti?” entah bodoh atau terhipnotis aku malah menganggukkan kepalaku. “Baguslah, kalau sudah mengerti, ayo turun” ia mengelus kepalaku kemudian turun dari mobil.

Sialan. Barusan dia memperdayaku. Mau tak mau akupun turun. Tetapi bukan mengikutinya,  aku memilih berjalan menuju pintu keluar. Aku tidak akan begitu mudah diajak masuk ke apartemen seorang pria. Apalagi pria yang mengajakku si maniak sok pecinta binatang. Tidak akan. Lebih baik aku pulang bertemu ketiga adikku.

“Ya ampun kenapa ke sana? Jalannya lewat sini” ucap pria menarik tanganku untuk mengikutinya. Siapa lagi kalau bukan si maniak.

“Aku bilang aku tidak mau. Adikku sedang menungguku pulang dan aku tidak mau masuk apartemen seorang pria. Apalagi pria itu kau. Orang lain akan berpikir yang tidak-tidak jadi jangan harap aku mau ikut. Kau ini sebenarnya ngerti bahasa manusia nggak sih atau aku perlu menggunakan bahasa hewan?” teriakku kesal.

Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya dan menoleh padaku. “Bisakah? Coba praktekan, aku paham dengan bahasa hewan” ia melepaskanku.

Entah dimana urat maluku saat itu, aku seketika meniru seekor kucing saat merajuk di depan tuannya. Sambil mengedipkan mata dan menunjukkan puppy eyes dan seolah menjilati lenganku, kuarahkan kepalaku ke lengannya dan menggosok-gosokkannya di sana.

“Wah... Kau lucu sekali”  ucapnya menangkupkan kedua telapak tangannya di wajahku lalu menggosok-gosokkan kedua hidung kami. Lagi-lagi tindakannya membuatku terkena serangan jantung. “Aku jadi ingin membawamu pulang. Ayo” ia tiba-tiba mengangkat tubuhku ala bridal dan membawaku masuk ke lift.

“Kau ini... Turun kan aku sekarang” seruku meronta turun tak peduli banyak pasang mata menatap kami.

“Eits....kau tidak boleh nakal, aku bisa menghukummu” ancamnya.

Mendengar dia mengucapkan kata menghukum aku langsung tau dia akan menciumku lagi. Seketika nyaliku menciut, bahuku menyusut, aku terdiam dan tak berkutik. Siapapun tolong aku, jeritku dalam hati.

Saat pintu lift terbuka dia membawaku ke apartemen no. 218. Ia menekan beberapa digit angka lalu pintu terbuka. Ia membawaku masuk dan mendudukanku di sebuah sofa yang empuk. “Tunggu sebentar di sini. Akan kukenalkan Jollie padamu”

“Jollie?” pekikku seketika.

Aku tau kalau Jollie itu seekor anjing dan aku tidak pernah membayangkan kalau akan bertemu Jollie secara langsung. Bukannya aku tidak suka anjing aku hanya alergi dengan bulu-bulu mereka.

Mataku membulat seketika saat hewan itu berjalan ke arahku bersama tuannya. Anjing keturunan husky. Ya Tuhan selamatkan aku. Jollie seketika menyerangku karena aku orang asing yang baru pertama kali datang ke sini. Entah apa yang terjadi setelah itu, pandanganku menghilang.

Aku terbangun sudah terbaring di atas tempat tidur dengan selang infus di tangan kiriku. Kepalaku pening dan nafasku lemah. Sepertinya aku barusaja pingsan. Menyadari ini bukan rumahku, mataku membulat. Aku ingat, aku di apartemen manusia sok. Aku pasti pingsan karena serangan mendadak dari Jollie. Seketika aku terbangun.

CrazyLuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang