Kann kebiasaaan, main nyelonong ae tanpa mencet si bintang_-
-
Langkah kaki Keo terhenti ketika merasakan tarikan pada tangan kirinya, kepalanya menunduk menatap satu minionnya yang kini tengah berjongkok dengan kepala mendongak menatap kesal dirinya.
"Kenapa berhenti?" tanya Keo seraya menatap heran minionnya itu, membuat Valle yang tengah menggandeng Cia juga Alfan itu ikut menoleh.
"Tadi Alpin ngajaknya lali-lali Daddy! Ish, kenapa dali tadi malah jalan telus sih?" rajuknya dengan bibir mencebik.
Dan fyi, jika hari ini ialah hari minggu, dimana seharusnya Keo bermalas-malasan di atas kasur dengan perempuannya yang ia jadikan gulingan. Tapi dua minion kembarnya itu mengacaunya dengan merengek meminta lari pagi keliling kompleks. Membuatnya mau tak mau harus mau keluar dari zona nyamannya bersama Valle di atas kasur, lalu berakhir dengan kaki yang kini sudah berjalan dengan tangan yang saling menggandeng keluarga kecilnya untuk keliling kompleks.
"Perut kamu bulet gitu mana bisa lari?" sahut Cia, membuat tatapan kesal adik tengilnya itu berpindah padanya.
Alfin berdecak, "Cici ngelemehin Alpin? Alpin gini-gini pelnah menang lomba lali sama kelinci tau," jawabnya bangga yang justru membuat Valle terkekeh.
"Kelincinya siapa yang Alfin ajak lomba lari? Alfin kan nggak punya kelinci," tanya Valle dengan sedikit kekehannya.
"Ada, Alpan pinjem ke Om Bembi kemalin,"
"Emang Om Bembi punya kelinci yaa, Mom?" tanya Cia lagi, yang hanya digelengi kepala tidak tahu oleh Valle.
Alfin menghela nafasnya pelan, "Alpan," panggil minion itu pada saudara kembarannya. Membuat Alfan yang sedari tadi diam itu menatapnya dengan satu alis terangkat, "Apa?"
"Ayo lali," ajaknya.
Alfan menggeleng, "Males," membuat Alfin mencebik kesal.
Pandangannya kembali terdongak menatap sang Daddy yang kini juga tengah menatapnya dengan satu alis terangkat, "Alpin ngambek, lepasin tangan Alpin,"
"Dad nggak mau," jawabnya menggoda.
"Daddy ish, kenapa nggak mau?"
"Nanti kalau Dad lepas terus kamu ilang gimana? Kan nangkepnya susah,"
Minion itu berdecak, "Dad kila Alpin kambing?" sewotnya yang hanya diangguki polos oleh Keo.
Cia juga Alfan kompak terkekeh, eh atau lebih tepatnya hanya Cia yang terkekeh, tidak dengan Alfan, karena adiknya itu hanya menarik tipis sudut bibirnya ke atas.
Berbeda dengan Valle yang hanya menatapnya datar, jika Keo bilang Alfin ialah kambing, lalu mereka berdua sebagai orang tua Alfin apa?
"Alpin mau lali Daddy, bial nanti pelut Alpin bisa kelas kaya pelut Daddy." ujar Alfin.
Keo menghela nafasnya pelan, mengambil posisi jongkok untuk menyetarakan tingginya dengan satu minion batu nya ini, "Emang kalau Alfin lari, perut Alfin bisa langsung keras kaya Daddy?"
Alfin menghela nafasnya berat, bibirnya mencebik menatap Keo yang kini tengah menggodanya dengan satu alis yang dinaik turunkan.
"Perut Alfin aja juga bulet gini, mana bisa lari sih? Ntar kalo Alfin malah ngegelundung gimana?" sambung Keo seraya memegang perut bulat minionnya ini.
Valle terkekeh mendengarnya, "Palingan juga jadi gelundungan tahu," ikut sertanya membuat Alfin yang terbully itu semakin mencebikan bibirnya.
"Mommy kok gak belain Alpin sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Married With Enemy (TERBIT)
Teen FictionBagimana rasanya jika secara tiba-tiba kalian di jodohkan dengan si ketos dingin yang setiap hari selalu menggagalkan aksi membolosmu? Bagaimana rasanya jika secara tiba-tiba kalian di jodohkan dengan si pembuat onar super cerewet yang kerjannya sel...