Jeno ditarik paksa oleh petugas menuju ruangan yang Jeno yakin adalah tempat dimana jalan cerita hidupnya akan berakhir. Sudah tiga hari setelah sidang diadakan dan Jeno dijatuhi hukuman mati dengan kursi listrik, namun Renjun masih belum menampakan batang hidungnya. Jujur, Jeno kecewa karena Renjun tidak menemuinya, namun rasa kecewa itu kalah oleh rasa khawatir. Jeno takut kalau Renjun kenapa kenapa di luar sana meski ada Chenle sepupunya yang serba bisa dan Jisung yang rela melakukan apapun untuk Renjun.
Omong omong tentang Jisung, Jeno tidak pernah mendengar namanya lagi. Jeno juga tidak tahu kemana perginya tikus kecil pengganggu hubungannya dengan Renjun, Jeno juga tidak peduli sebetulnya.
Jeno duduk di atas kursi listrik, tangan dan kakinya diikat menempel ke kursi tersebut, mulutnya juga dipasang kain. "Sudah siap?" Tanya petugas tersebut. Jeno menunduk, bergumam tidak jelas membuat petugas keheranan kemudian melepas kembali ikatan kain di mulut Jeno, "Bisakah kau pakai kain ini untuk menutup mataku? Mulutku tidak perlu ditutup, aku tidak akan berteriak, janji." Pinta Jeno yang kemudian disetujui oleh petugas.
"Oh ya, dan jangan bertanya aku sudah siap atau belum. Jawaban ku pasti tidak, langsung saja setrum aku tanpa bertanya."
Petugas tersebut menghela nafas jengkel, "baiklah baiklah." Balasnya seraya mengikatkan kain di kepala Jeno untuk menutupi mata Jeno.
Jeno mendengar suara pintu terbuka kemudian mendengar suara langkah kaki yang menjauh, mungkin ini saatnya Jeno harus mengucapkan selamat tinggal pada love of his life-nya. Meski Renjun tidak mengunjunginya, Jeno akan tetap mencintai Renjun.
"Selamat tinggal, Injunie."
"Siapa yang akan pergi, Jeno-ya?"
Tubuh Jeno menegang mendengar suara yang sangat Jeno kenali, "Apa yangㅡ"
Ikatan di kepala Jeno terbuka, mata Jeno membulat melihat Renjun yang ada di ruangan eksekusi dengan darah yang menempel dimana mana dan memegang pisauㅡbedah?
"Terkejut?" Renjun tersenyum kemudian melepaskan belt yang mengikat Jeno. Jeno mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan kemudian kembali syok karena petugas yang membawa Jeno tadi terkapar di lantai dengan mulut tersumpal kain dan leher yang setengah terpisah dari tubuhnya.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Menjemput mu tentu saja, tidak ada yang boleh mengambil mu dariku." Renjun membuang pisau bedah yang ia genggam kemudian memeluk Jeno, menenggelamkan wajahnya di dada Jeno.
"Lalu? Kamu membunuh siapa saja?" Tanya Jeno lagi. Renjun mendongak lalu tersenyum, tangan yang berlumuran darah ia bawa untuk mengelus pipi Jeno, membuat pipi Jeno ikut terkena cairan anyir tersebut, "Semuanya."
"Jisung? Bagaimana dengan Jisung?"
Renjun mengangkat kedua bahunya, "Ia sedang direhabilitasi karena mengalami trauma pasca kejadian, aku yang mengirimnya ke rumah sakit. Yah, siapa juga yang tidak trauma setelah disekap?"
Jeno terdiam menatap Renjun yang tersenyum kemudian Jeno terkekeh pelan, "As expected from my boy." Jeno mengusap surai Renjun kemudian mengecup puncak kepala Renjun.
"I know, that's because I loved you too much." Bisik Renjun kemudian menempelkan bibir mereka berdua.
°too much°
Lampu bioskop menyala menandakan film yang tayang sudah selesai. Ini bioskop dan seharusnya para penonton tetap diam meski film sudah selesai tayang, namun kali ini suara tepuk tangan memenuhi ruangan bioskop.
"Kerja bagus. Akting yang sungguh luar biasa, Jeno-ssi, Renjun-ssi." Changmin memberi selamat kepada Jeno dan Renjun kemudian menjabat tangan keduanya.
"Yah ini juga berkat arahan dari sutradara, kita tidak akan bisa membuat film ini tanpanya." Jeno terkekeh, tangannya merangkul pundak Renjun untuk mendekat.
Jeno dan Renjun keluar teater bioskop sambil berbincang tentang film yang mereka bintangi dan dinobatkan sebagai 'film lgbt pertama yang menyita banyak pehatian masyarakat' karena pemerannya yang merupakan anggota boy group terkenal.
Lampu kilat dan suara jepretan kamera memenuhi terdengar di sepanjang red carpet kala Jeno dan Renjun keluar dari teater bioskop bersamaan, para wartawan berlarian mengerjar mereka dan berebutan untuk bertanya.
Jeno tersenyum dan merengkuh pinggang Renjun di hadapan kamera, tangannya melambai menyapa semua wartawan dan fans yang datang.
"Jeno-ssi Jeno-ssi, bagaimana tanggapan mu terhadap title 'film lgbt pertama yang menyita banyak perhatian masyarakat'?"
Jeno tersenyum, "Aku senang jika film ini bisa diterima di masyarakat."
"Renjun-ssi, apa yang membuat mu ingin membintangi film lgbt ini?"
"Aku ingin mencoba hal baru yang belum pernah aku lakukan dan ini adalah salah satunya."
"Jeno-ssi, Renjun-ssi bagaimana kalian menjaga kemistri?"
Jeno tertawa, "Entahlah, kami mesra secara natural. Di belakang kamera pun kami tetap mesra, ya kan?" Tanya Jeno sambil mencolek dagu Renjun.
Renjun membuang muka menahan malu, membuat Jeno dan seluruh hadirin yang ada memekik gemas.
"Jeno-ssi, apakah anda pernah berpikir untuk menjadikan Renjun-ssi sebagai kekasihmu sungguhan?"
Jeno kembali tersenyum, namun bukan jawaban yang Jeno berikan, melainkan sebuah ciuman di bibir Renjun di hadapan seluruh hadirin. Mungkin ini akan menjawab pertanyaan wartawan tersebut.
ㅡENDㅡ
•14 februari 2020•
Huft, akhirnya selesai juga ni buku. Maaf kalau endingnya mengecewakan kalian, maaf juga kalau aku ada salah ketik atau salah kata di buku ini dan bikin kalian gak nyaman.
Di antara tiga ending yang aku punya, aku memilih ending yang ini karena ingin membuat kalian kesal wkwkwkwk.
Yah, inilah akhirnya. Terimakasih banyak, aku seneng banget dapat antusias kalian untuk buku ini, berkat support kalian aku bisa tamatin buku ini dan aku akan berusaha sebaik mungkin untuk kedepannya.
Dan, aku sangat menerima kritik dan saran dari kalian, jadi jangan sungkan ya. Aku malah seneng kok kalo kalian ada yang ngasih aku kritik atau saran, karena itu bisa ku buat sebagai motivasi untuk jadi lebih baik lagi.
Akhir kata,
Thank you for you support, Aren!
KAMU SEDANG MEMBACA
ɴᴇғᴀʀɪᴏᴜs: [1] too much °noren ✔
Fanfictionɴᴇғᴀʀɪᴏᴜs series; "i loved you too much. sorry" warning! • buku ini bertema boyxboy. • ada adegan kekerasan dalam buku ini. • semua tokoh dalam buku ini hanya milik tuhan dan tokoh itu sendiri. • jangan termakan mentah - mentah watak dari tokoh yang...